Senin, 08 November 2021

0503. Ruwaym binahmad

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah

(Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul 3. Ruwaym Bin Ahmad



Abu Muhmmad Ruwaym bin Ahmad (wafat 303 H/915 M.), berasal dari Baghdad dan menjadi tokoh terbesar di sana. Ia di kenal sebagai ahli qiro'at dan seorang ahli fiqih dari mazhab Dawud.


Di antara ucapannya: 

“Di antara kebijaksanaan orang yang bijak, hendaknya ia memberi keluasan hukum kepada temannya, sedang untuk dirinya memilih hukum yang sempit. Sebab, keleluasaan bagi mereka sebagai bentuk penyertaan ilmu. Sedangkan penyempitan untuk dirinya sebagai aturan wara’.


Abdullah bin Khafif berkata: 

“Aku pernah meminta kepada Ruwaym, Berilah aku wasiat.

Ia menjawab:

"Perkara tasawuf tiada lain kecuali mencurahkan jiwa. Bila anda berkenan, maka Anda masuk dengan semangat tersebut. Bila tidak, Anda jangan menyibukkan dengan lorong-lorong kaum sufi”


Ucapan-ucapan Ruwaym yang lain:

“Engkau duduk besama manusia pada umumnya, lebih selamat dari pada duduk bersama kaum Sufi. Khalayak manusia duduk di atas aturan-aturan, sedangkan kelompok Sufi duduk di atas hakikat. Tuntutan khalayak adalah menerapkan praktik lahiriah syariat, sedangkan mereka menuntut dirinya dengan hakikat wara’ dan pelestarian kejujuran hati. Barang siapa duduk dengan mereka, lantas kontra dengan mereka dalam suatu persoalan hakikat, Allah swt, akan mencabut cahaya iman dari hatinya”


“Aku pernah melintasi salah satu jalan di Baghdad pada terik siang hari, sedang aku sangat haus. Aku berusaha mencari minuman di suatu rumah. Seorang bocah wanita membukakan pintunya sembari membawa cangkir. Ketika ia memandangku, bocah itu berkata. “seorang sufi minum di siang hari” Maka, sejak saat itu aku tidak pernah berbuka (putus puasa)


“Apa bila Allah swt, menganungerakan rezeki kepada Anda dengan ucapan dan perbuatan, Allah swt, akan menghilangkan ucapan, dan melestarikan perbuatan. Sebab yang demikian merupaka nikmat. Namun, apa bila Allah swt. melestarikan ucapan dan menghilangkan perbuatan, itulah musibah. Apa bila kedua-duanya di hilangkan, itulah penderitaan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar