Tampilkan postingan dengan label 📄kajian Tarekat Qadiriyah wa naksabandiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 📄kajian Tarekat Qadiriyah wa naksabandiyah. Tampilkan semua postingan

Daftar isi kajian tarekat Qadiriyyah Wa naksabandiyah

 


Penutup

 

Tarekat Naqsyabandiyah yang didirikan Syaikh Abdul Wahab Rokan satu abad

yang lalu, sudah memperlihatkan kecenderungan bahwa berbagai lapisan sosial

masyarakat telah menjadi pengikut tarekat ini. Karena mereka menginginkan dan

menyadari bahwa kebutuhan lahir dan batin harus sejalan seimbang dan harmonis kalau

ingin kehidupan ini dilalui dengan ketenangan. Kharisma Syaikh Abdul Wahab Rokan

dengan keteguhan pendirian, satunya perkataan dengan perbuatan, dan menghadapi

dunia secara realitas apa adanya. Dengan demikian menjadikan tarekat ini semakin dicintai

dan beliau menjadi contoh teladan yang baik, walaupun beliau sudah tiada, tetapi keramatnya

masih tetap diharapkan oleh para pengikutnya.

Akhirnya, sebagaimana telah terbukti di masa lalunya, tarekat Naqsyabandiyah

Babussalam mampu memberi kontribusi yang sangat besar dan dalam bidang kehidupan,

ke depan dapat diharapkan tarekat Naqsyabandiyah Babussalam akan tetap memainkan

perannya yang sentral bagi kehidupan. Babussalam tetaplah akan menjadi mata air

ketentraman batin bagi umat disekitarnya. Babussalam akan tetap menjadi panduan spiritual

bagi umat yang akan terus semakin membutuhkannya.

7. Bidang Dakwah



Tidak terlalu berlebihan kalau disebutkan Syaikh adalah pemimpin spritual,

menduduki posisi elit dalam tarekat, dan selalu mendapat kesetian dari berbagai lapisan

pengikutnya. Kesetiaan yang menuntut penyerahan total tersebut merupakan tradisi

yang dituntut dari setiap murid. Apapun keputusan Syaikh, selalu diterima murid sebagai

sesuatu yang sakral, karena adanya keyakinan bahwa Syaikh selalu memperoleh petunjuk

dan barakah dari Allah.

Syaikh Abdul Wahab Rokan sebagai figur dan tokoh tarekat yang dihormati di Kerajaan

Langkat memanfaatkan posisi berharga itu untuk menjalankan misi dakwahnya. Ia memakai

strategi dengan menjalin hubungan baik dengan sejumlah raja-raja Melayu, seperti penguasa

Kerajaan Bilah, Panai, Kota Pinang, Asahan, Deli dan Langkat, semuanya terletak di pesisir

Timur Sumatera Utara. Bahkan, Sultan Musa Mu‘azzamsyah dari Kerajaan Langkat dikenal

sebagai murid Syaikh Abdul Wahab Rokan dan sultan diangkatnya sebagai khalifah. Di

kerajaan-kerajaan ini ajaran syariat dan tarekat benar-benar diamalkan, dan hingga

saat ini pun tarekat Naqsyabandiyah di pesisir Timur Sumatera Utara, Riau dan sebagian

Malaysia masih berafiliasi ke Babussalam.

Di samping hubungan baik dengan penguasa, Syaikh Abdul Wahab Rokan

menyampaikan dakwah Islam dengan pendekatan hubungan tali kekeluargaan. Untuk

itu, ia menikah hampir di setiap tempat yang dikunjunginya, tentu saja dalam melakukan

penikahan tersebut selalu mematuhi hukum syariat. Dengan banyak dan tersebarnya

keluarga sudah barang tentu akan memberikan kemudahan kepadanya dalam menyampaikan

dakwah terutama mengembangkan ilmu tarekat.

Masih dalam rangka pengembangan dakwah, Syaikh Abdul Wahab Rokan membangun

sebuah percetakan yang menerbitkan brosur-brosur dakwah dan buku-buku agama

tidak kurang dari delapan ribu eksemplar, dengan sepuluh judul, suatu jumlah yang cukup

besar saat itu. Dengan adanya percetakan ini nama Babussalam semakin lebih tersiar

ke berbagai kerajaan.48


6. Membina Persaudaraan





Tidak jarang sebagai sesama ikhwân yang mempunyai hubungan emosional, para

khalifah ini mengadakan pertemuan-pertemuan zikir dan tawajjuh. Pertemuan-pertemuan

ini (zikir dan tawajjuh) selain berfungsi melestarikan ajaran Tuan Guru, juga sebagai perekat

jaringan di kalangan para khalifah dan pengikut tarekat yang bisa menjadi perkumpulan

kooperatif. Suatu jaringan yang rapi terdiri dari Syaikh, khalifah, dan anggota tarekat

yang dalam hal ini menunjukkan bahwa tarekat bisa menjadi organisasi sosial dan

mempunyai potensi politik.

Setelah wafatnya Syaikh Abdul Wahab Rokan, bentuk jaringan ini semakin kuat

dan nyata melalui peran khalifah, upacara yang disebut hul berlangsung meriah setiap

tahunnya dalam rangka memperingati hari wafatnya Tuan Guru. Pada acara hul ini hadir

para Syaikh, khalifah, pengikut dan simpatisan tarekat Naqsyabandiyah Babussalam, baik

yang berasal dari tanah air maupun mancanegara dan diperkirakan mencapai puluhan

ribu orang. Peringatan hul ini diisi dengan membaca kembali riwayat hidup dan perjuangan

Syeh Abdul Wahab Rokan, berzikir, tawajjuh, dan ceramah agama, yang sebelumnya

didahului dengan melakukan suluk selama empat puluh hari.

Dengan demikian, ciri tradisional tarekat terbukti mampu membentuk rasa

solidaritas sosial dan sebagai jaringan pemersatu masyarakat tarekat. Dalam pertemuan

hul ini terjadi proses saling tukar informasi. Mereka bukanlah kelompok marjinal, eksklusif

atau terasing dari masyarakatnya, bahkan sebagian mereka adalah tokoh-tokoh masyarakat

yang berperan sebagai aktor dalam proses perubahan karena keterlibatan dalam kehidupan

sosial menjadi keniscayaan bagi mereka.


5. Bidang Pendidikan dan Pengkaderan


Hampir pada setiap tempat yang dikunjunginya, Syaikh Abdul Wahab Rokan selalu

mengangkat khalifah. Sepanjang hidupnya, ia telah mengangkat sebanyak 126 khalifah,

tersebar di daerah Langkat, Deli Serdang, Asahan, Panai, Kota Pinang, Tapanuli Selatan,

yang semunya berada di Sumatera Utara. Di Riau, terdapat di daerah Kubu, Tembusai,

Tanah Putih, Rambah, Indragiri, Rawa, Kampar dan Siak. Juga terdapat di Sumatera Barat,

Aceh dan Jawa Barat. Sementara di mancanegara terdapat di Malaysia seperti di Batu

Pahat, Kelantan, Kelang, Selangor dan Perak. Sementara itu ada juga khalifah yang berasal

dari Cina.44

Di samping mengangkat khalifah, masih ada murid yang khusus datang menuntut

ilmu ke Babussalam. Mereka berasal dari Sumatera Utara, Tapanuli, Aceh, Jawa, Bugis,

Bangka dan Bengkalis. Dari mancanegara berasal dari Malaysia seperti daerah Perak, Perlis, Trenggano, Kelang, Malaka, Pahang, Pulau Pinang, Kedah dan Kelantan. Ada juga murid

yang berasal dari India, Siam, Singapura dan Patani.45Karenanya, Babussalam menjadi

pusat tarekat terbesar di Nusantara.

Secara teratur, para pengikut tarekat mengadakan pertemuan-pertemuan dalam

rangka melaksanakan zikir bersama atau mengadakan suluk/khalwat selama sepuluh,

duapuluh, bahkan bisa empat puluh hari. Hubungan tradisi yang emosional ini merupakan

suatu ikatan yang kuat di kalangan sesama pengikut tarekat.

Tidak semua khalifah yang diangkat oleh Syaikh Abdul Wahab Rokan memiliki

persulukkan tetapi hanya sebagian saja yang membukanya di daerah masing-masing.

Di Indonesia, dapat ditemukan di Padangsidempuan, pimpinan Khalifah Abdul Manan,

di Labuhan Bilik (Panai) dipimpin Khalifah Junid, di Air Bangis (Sumatera Barat) dipimpin

Khalifah Hasan, di Gunung Selamat (Labuhan Batu) dipimpin Khalifah AM Thaib, sementara

di Kerinci (Jambi) dipimpin oleh Khalifah Ramadhan, di Rokan (Riau) dipimpin oleh Khalifah

M. Saleh, di Alas (Aceh Selatan) dipimpin oleh Khalifah Panjang.46

Perkembangan tarekat Naqsyabandiyah Syaikh Abdul Wahab Rokan juga terjadi

di Malaysia. Di sana dapat dijumpai beberapa tarekat yang berafiliasi dengan tarekat

Naqsyabandiyah Babussalam, semisal di Batu Pahat (Johor), dipimpin Khalifah Usman,

di Perlis dipimpin Khalifah Hasan, setelah ia wafat diganti Khalifah Dawi, di Temong

(Perak), dipimpin Khalifah Muhammad Yatim, sementara di Pahang dipimpin Khalifah

Umar, yang kemudian digantikan Khalifah Imam Ishaq dan di Kuala Lukut (Negeri Sembilan), dipimpin Khalifah Tambi. Salah satu tarekat Naqsabandiyah yang terbesar di Malaysia

terdapat di Kajang (Selangor), dipimpin oleh Khalifah Yahya bin Laksamana. Persulukan

ini berada lebih kurang delapan kilometer dari kota Kajang, terletak di balik perkebunan

kelapa sawit. Di sana, terdapat bangunan mesjid besar, sebuah asrama, rumah suluk dan

rumah para pengikut Syaikh Yahya.47



4. Bidang Politik


Sebagaimana dijelaskan Bruinessen bahwa para Syaikh Naqsyabandiyah umumnya

cenderung mendekati penguasa dan mencari pengikut di kalangan elite politik.40

 Keterlibatan

para tokoh tarekat dalam politik yang dilakukan ialah untuk mendukung suatu sistem

politik yang ada. Dalam kasus Babussalam, Syaikh Abdul Wahab Rokan mendukung

Kesultanan Langkat. Dengan paradigma ini, kerjasama tokoh tarekat dengan penguasa

merupakan sesuatu yang tidak terelakkan. Apa yang diperankan oleh Syaikh Abdul

Wahab Rokan yang bekerjasama dengan Sultan Langkat adalah data sejarah bahwa

adanya keterlibatan dalam politik.

Dalam dunia pergerakan kemerdekaan Indonesia, Syaikh Abdul Wahab Rokan

ikut memainkan peranan penting. Pada tahun 1332/1913 ia mengirim delegasi ke

musyawarah nasional Syarekat Islam (SI) di Jawa. Anggota delegasi adalah dua orang

putra Tuan Guru, Pakih Tuah dan Pakih Tambah dan seorang tokoh bernama H. Idris Kelantan,

mereka langsung bertemu dengan H.O.S. Cokroaminoto dan Raden Gunawan.41

Setelah delegasi ini kembali dari Jawa kepada mereka diberikan wewenang untuk

mendirikan Syarikat Islam cabang Babussalam, yang diketuai oleh H. Idris Kelantan,

sekretaris Hasan Tonel sedang Syaikh Abdul Wahab Rokan sebagai penasehat.42 Pendirian

Syarikat Islam di Babussalam tidak terlepas dari strategi Tuan Guru sebagai suatu bentuk

perlawanan terhadap kolonial Belanda.

Dengan demikian Syaikh Abdul Wahab Rokan seorang yang cerdas dalam berpolitk

pada zamannya. Menurut teori Alex Inkles salah satu ciri manusia modern adalah aktif

berpolitik.43 Dari ciri-ciri manusia modern tersebut Syaikh Abdul Wahab Rokan dapat

dikategorikan sebagai manusia modern pada zamannya dan dengan posisinya itulah

nampaknya tarekat Naqsyabadiyah Babussalam dapat bertahan sampai kini dan dapat

menyebar bukan saja didalam negeri tetapi juga ke mancanegara.



3. Bidang Ekonomi


Untuk memajukan kehidupan rakyat Syaikh Abdul Wahab Rokan mengembangkan

usaha perekonomian dengan membangun perkebunan, peternakan, perikanan, dan

percetakan.

Dalam bidang perkebunan Syaikh Abdul Wahab Rokan membuka perkebunan jeruk

manis, perkebunan karet dan perkebunan lada. Di bidang peternakan, beliau membuka

pertambakan ikan (tambak ini sampai sekarang masih ada walaupun sudah kurang

terurus), peternakan ayam, kambing dan lembu.

Pada tahun 1326/1908 Tuan Guru membeli mesin cetak huruf Arab untuk mencetak

kitab-kitab, dengan harga Rp 2500,-. Mesin cetak ini merupakan leter Arab yang pertama

di Langkat, dan dapat mempekerjakan puluhan pekerja yang diambil dari penduduk

Basilam. Kitab-kitab yang pernah dicetak dipercetakan ini antara lain:

1. ‘Aqîd al-Imân, sebanyak 1000 eksemplar

2. Sifat dua puluh, sebanyak 1000 eksemplar

3. Nasihat Tuan Guru, sebanyak1000 eksemplar

4. Syair Nashîhat al-Dîn, sebanyak1000 eksemplar

5. Permulaan Dunia dan Bumi, sebanyak 500 eksemplar

6. Dalil yang cukup, sebanyak 500 eksemplar.37

Kecuali mencetak kitab-kitab yang disebut di atas, percetakan ini juga menerbitkan

brosur dan siaran lainnya sebagai sarana dakwah. Dengan adanya percetakan ini nama

Babussalam semakin tersiar ke seluruh penjuru. Hubungan persahabatan dengan para

pemimpin Islam di berbagai negara bertambah erat.38

Pandangan Syaikh Abdul Wahab Rokan tentang ekonomi dapat dilihat dalam

wasiatnya yang ketiga, di mana dalam wasiat itu ditegaskan bahwa dalam berniaga sangat

diperlukan berserikat dan menabung yang sekarang dapat diartikan seperti koperasi.

Wasiat itu adalah sebagai berikut:

Jangan kamu berniaga sendiri, tetapi hendaklah berserikat. Dan jika hendak mencari

nafkah, hendaklah dengan jalan gega (tenaga sendiri) seperti berhuma dan berladang

dan menjadi amil. Dan dalam mencari nafkah itu maka hendaklah bersedekah pada

tiap-tiap hari supaya segera dapat nafkah. Dan jika dapat ringgit sepuluh maka hendaklah

sedekahkan satu dan taruh sembilan. Dan jika dapat dua puluh sedekahkan dua. Dan

jika dapat seratus, sedekahkan sepuluh, dan taruh sembilan puluh. Dan apabila cukup

nafkah kira-kira setahun, maka hendaklah berhenti mencari itu dan duduk beramal

ibadat hingga tinggal nafkah kira-kira empat puluh hari, maka barulah mencari.39

2. Bidang Kehidupan Sosial


Perkampungan Babussalam diatur sedemikian rupa dengan struktur masyarakat

dan tata aturan secara Islami, sehingga bisa disebut sebagai perkampungan Muslim. Di

perkampungan ini selain ada musala seperti yang dijelaskan di atas, rumah penduduk

diatur berjejer di depan dan di samping musala, sehingga setiap azan dapat didengar oleh

seluruh penduduk yang ada di desa Babussalam. Pada saat ketika azan, muazin naik ke

tempat yang tinggi dari musala, karena pada saat itu belum dikenal pengeras suara.

Sebagai daerah yang berstatus otonom,34 Babussalam diatur dalam Peraturan-

Peraturan Babussalam yang isinya antara lain:

1. Tidak boleh membiarkan ayam berkeliaran. Apabila ada ayam berkeliaran sanksinya

dipandang sebagai milik bersama, sehingga boleh siapa saja menyembelihnya.

2. Tidak boleh merokok di depan umum.

3. Tidak boleh memakai peci hitam, harus memakai kopiah putih (lobe) atau memakai serban.

4. Tidak boleh berpangkas, tetapi harus bercukur (gundul).

5. Tidak boleh memakai perhiasan yang menyolok khusus bagi wanita.

6. Tiga kali berturut-turut tidak salat berjamaah akan dihukum.35

Bagi yang melanggar peraturan tersebut akan diberi sanksi yang dinamakan dam

(hukuman) yaitu bertobat di halaman mesjid besar, selama beberapa jam dengan meneriakkan

astaghfir allâh dan kalau menurut pertimbangan Syaikh Abdul Wahab Rokan kesalahan

itu berat, maka beliau mengusir orang tersebut dari Babussalam.36

1. Bidang Sarana Fisik.

Perubahan di Babussalam



1. Bidang Sarana Fisik.


Setelah Syaikh Abdul Wahab Rokan menetap di Langkat dan Sultan memberikan

tanah seluas yang diperlukan, pada tahun 1300/ 1883 didirikan desa Babussalam, sebelah

barat kota Tanjung Pura, di hulu sungai Batang Serangan.

Dalam perkembangan selanjutnya sebutan Babussalam lambat laun berubah menjadi

Basilam, sebagai perkembangan pemudahan ucapan. Pada waktu itu Babussalam merupakan

salah satu pusat utama tarekat Naqsyabandiyah Indonesia, dan barang kali yang terbesar.32

Syaikh Abdul Wahab Rokan bersama muridnya membuka perkampungan baru

Babussalam dengan langkah awal yang dilakukan ialah mendirikan sebuah musala

sederhana terbuat dari kayu yang berukuran 10 x 16 depa (lebih kurang 15 x 24 meter).

Selain sebagai tempat salat, bangunan ini juga dijadikan sebagai tempat suluk, zikir, wirid

dan pendidikan serta tempat bermusyawarah. Kemudian dalam perkembangan berikutnya, barulah dibangun rumah suluk untuk laki-laki dan wanita, rumah fakir miskin, dan

tempat penampungan anak yatim.

Setelah perkembangan penduduk Babussalam demikian besar, musala yang lama

tidak mampu lagi menampung jamaah. Pada tahun 1320/1902 Madrasah Besar didirikan

oleh Syaikh Abdul Wahab Rokan sebagai pengganti musala yang dibangun pada tahun

1300/1882 yang berukuran kecil. Madrasah Besar yang baru ini berukuran 25x52 meter,

terdiri dari tiga tingkat masing-masing tingkat mempunyai fungsi sendiri. Walaupun

namanya madrasah tetapi memiliki fungsi sama dengan mesjid yaitu untuk tempat salat

dan mengaji.33 Selain madrasah besar, dibangun pula rumah suluk yang memiliki peran

penting dalam kegiatan persulukan. Rumah suluk tidak hanya berperan sebagai tempat

tinggal atau tempat beristirahat para pengikut suluk, tetapi juga sebagai tempat di mana

proses penyucian jiwa berlangsung. Di rumah suluk diadakan latihan dalam bentuk pelak-

sanaan zikir sesuai dengan ajaran yang dikembangkan. Karena itulah bangunan ini

menjadi prioritas penting. Sejak awal berdirinya persulukan Babussalam terdapat dua

bangunan rumah suluk, satu buah untuk laki-laki dan satu lainnya untuk wanita.

Kegiatan suluk semasa Syaikh Abdul Wahab Rokan sampai sekarang selalu ada, kendati

jumlahnya mengalami pasang surut.











2. Rabitah & tawasul


Sesudah dalam keadaan zikir, tentu saja konsentrasi terpusat kepada Allah, dan di saat ingatan tertuju kepada Allah itu, tentu saja rupa Syaikh atau guru tidak terbayang lagi, apa lagi dalam keadaan fana’ fî Allâh (hilang kesadaran), tenggelam dalam menyaksikan kebesaran Allah.

Hakikat rabitah pada ahli tarekat ialah bersahabat atau sebanyak mungkin beserta dengan mursyid (guru) yang pandai-pandai, yang hatinya selalu ingat kepada Allah. Melihat kepada orang-orang yang demikian atau kasih sayang kepada orang-orang itu, tidaklah di maksudkan memperhambakan diri kepadanya atau mempersekutukan dia dengan Allah. Jadi rabitah itu adalah termasuk sifat kebiasaan manusia yang pasti ada pada dirinya.

Rabitah yang artinya berkait atau bertali, dalam tarekat terbagi tiga : 

Pertama, rabitah wajib. 

Kedua, rabitah sunat. 

Ketiga, rabitah harus

seperti melihat hal-hal baik ketika seseorang hendak mengikuti yang baik. Menghadirkan rabitah bagi pengikut tarekat, bertujuan supaya selalu ingat kepada Syaikh (mursyid). Dengan merasa selalu di awasi dan diperhatikan oleh Syaikh seorang pengikut tarekat akan merasa malu dan takut kalau melakukan sesuatu yang bersifat pelanggaran dari apa yang di ajarkan Syaikhnya. Bimbingan yang di berikan Syaikh dalam amalan-amalan tarekat bukan dianggap sebagai suatu campur tangan, melainkan sebagai kawan dalam perjalanannya menuju ke sisi Tuhan.

Rabitah merupakan pembimbing untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagaimana yang di ungkapkan Kiai Bisri Mustafa sebagai berikut:

Allah Ta’ala Maha mengetahui dan Maha mendengar. Saudara jangan mengira bahwa tawassul kepada Allah Ta’ala dengan nabi-nabi atau wali-wali itu sama dengan memohon kenaikan tingkat kepada pihak atasan dengan perantaraan kepala kantor saudara. Pengertian tawassul yang demikian itu tidak benar. Sebab berarti mengalihkan pandangan Terhadap yang dituju (pihak atasan), beralih kepada pihak perantara sehingga di samping  mempunyai kepercayaan terhadap kekuasaan pihak atasan, saudara juga percaya kepada kekuasaan pihak perantara. Tawassul kepada Allah Ta’ala tidak demikian halnya. Kalau saudara ingin contoh tawassul kepada Allah Ta’ala dengan nabi-nabi atau wali-wali, coba saja perhatikan misal di bawah ini:

Ada seorang majikan yang kaya raya dan memiliki perusahaan besar. Dia mempunyai beberapa orang pembantu yang paling dipercaya dalam mengendalikan perusahaannya. Saya ingin diterima menjadi pekerja dalam perusahaannya. Kebetulan saya kenal dengan salah seorang pembantu majikan tersebut untuk keperluan lamaran perkerjaan, saya diantar oleh pembantu majikan yang saya kenal tadi. Kepada majikan itu saya sampaikan maksud saya yaitu mohon diterima menjadi pegawai dalam perusahaannya, dan kenalan saya tersebut saya harapkan dapat membantu saya agar lamaran saya mendapat perhatian cukup dari sang majiakan.

Kepada siapa sebenarnya saya mengajukan lamaran saya?. Kemudian apakah sia-sia saja saya di antar oleh teman saya tersebut sewaktu saya menghadap sang majikan? Dalam suluk Babussalam cara melaksanakan Rabitah adalah sebagai berikut:

1. Menghadirkannya di depan mata dengan sempurna.

2. Membayangkannya di kiri dan kanan, dengan memusatkan perhatian kepada rohaniahnya sampai terjadi sesuatu yang gaib. Apa bila rohaniah mursyid yang di jadikan rabitah itu lenyap, maka murid tidak dapat menghadapi peristiwa yang terjadi. Tetapi jika peristiwa itu lenyap maka murid harus berhubungan kembali dengan rohaniah guru, sampai peristiwa yang di alami tadi atau peristiwa yang sama dengan itu muncul kembali. Demikianlah di lakukan murid berulang kali, sampai ia fana dan menyaksikan peristiwa gaib tanda kebesaran Allah. Rabitah menghubungkannya dengan Allah dan murid di asuh dan di bimbingnya terus menerus, meskipun jarak mereka jauh, seorang di barat dan seorang di timur.

3. Menghayalkan rupa guru di tengah-tengah dahi. Memandang rabitah di tengah-tengah dahi itu, menurut kalangan tarekat lebih kuat dapat menolak getaran dan lintasan dalam hati yang melalaikan ingat kepada Allah.

4. Menghadirkan rupa guru di tengah-tengah hati.

5. Mengkhayalkan rupa guru di kening kemudian menurunkannya ketengah hati. Meng- hadirkan rupa Syaikh dalam bentuk keempat ini, agak sukar melakukannya, tetapi lebih berkesan dari cara-cara sebelumnya.

6. Menafikan dirinya dan menetapkan keberadaan guru. Cara ini lebih kuat untuk menangkis aneka ragam ujian dan gangguan-gangguan.

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

Kami pemilik blog ini tidak menganjurkan melakukan robito ini, kami mempostingnya artikel ini hanya sekedar untuk bahan penelitian kami terhadap ajaran ajaran tarekat (kadirian wa naksabandia).

Tapi terlepas dari itu kami selain menganut tarekat sazilia tapi kami juga adalah termasuk penganut ajaran tarekat qadiria tapi dari penjelasan di atas untuk ajaran tarekat qadiria wa naksabandia ini kami merasa ajaranya agak sedikit berbeda jika di bandingkan dengan ajaran tarekat qadiria (murni), dan terasa ada sedikit pendangkalan hakikat. Wallahu a'lam.

Antara Tarekat qadiria dan tarekat qadiria wa naksabandia itu memang berbeda,

Tarekat kadiria hanya murni dari ajaran syakh Abdul Qodir, tapi tarekat qadiria wa naksabandia ini selain dari ajaran syakh Abdul Qodir dia juga di campuri ajaran naksabandi (murid syakh Abdul Qodir) memang mereka guru dan murid, tapi kami merasa sedikit berbeda, Wallahu aklam bissowab, kami tidak memahami ajaran ajaran mereka.



1. Zikir

Amalan


1. Zikir

Berzikir pada hakikatnya tidak hanya menyebut nama Allah, melainkan juga

menghadirkan-Nya dalam hati. Karena itu berzikir dilakukan haruslah melalui tata cara

yang digariskan oleh sang Syaikh tarekat. Khusus di suluk Babussalam, tata cara itu

terdiri dari:

1. Menghimpun segala pengenalan dalam hati.

2. Menghadapkan diri ke hadirat Allah SWT.

3. Membaca istighfar sekurang-kurangnya tiga kali.

4. Menghadirkan roh Syaikh tarekat Naqsyabandiyah.

5. Menghadiahkan pahalanya kepada Syaikh tarekat Naqsyabandiyah.

6. Memandang Rabitah. 7. Mematikan diri sebelum mati.

8. Munajat dengan menyebut Ilâhi Anta Maqsûdî wa Ridhâka Mathlûbî.23

Adapun tata cara berzikir pada tarekat Naqsyabandiyah Babussalam lengkapnya

adalah sebagai berikut:

Duduk dengan air sembahyang di atas tempat yang suci menghadap kiblat dengan

duduk tawaruksebelah kiri supaya hampir pandang kepada hati sanubari, maka hendaklah

dipejamkan kedua mata dan dihimpunkan segala pengenalan di dalam hati sanubari,

dihadapkan ingatan kepada ke hadirat Allah SWT. Tiada Seumpama-Nya, maka

dibaca astaghfir allâh dua puluh lima kali dan diniatkan tubuh bersih dari pada segala

maksiat lahir dan batin, besar dan kecil, kemudian maka dibaca fatihah satu kali, qul

hua allâhu ahad tiga kali, dengan hadir hati itu kehadirat Allah SWT. dan demikian

menghadiahkan pahalanya ke hadirat Syaikh Naqsyabandiyah serta diitikadkan hadirnya

di hadapan kita minta tolong menyampaikan ma’rifat kita ke hadirat Allah SWT.

Setelah itu hendaklah dipertemukan ujung lidah dengan langit-langit dan bibir di

atas dengan bibir bawah, maka kita i’tikadkan diri kita sudah mati dan bahwasannya

nafas kita ini ialah akhir nafas dan dimandikan, dikafankan, disembahyangkan serta

ditanamkan ke dalam kubur hingga sampai hari kiamat dan huru hara di Padang

Mahsyar dan dii’tikadkan bahwasanya tiadalah siapa-siapa yang boleh syafaat akan

kita ke hadirat Allah Ta’ala, hanyalah guru kita tempat kita yang menerima tarekat

ini kepada kita yaitu rabitah. Maka kita hadirkan rupa guru itu yaitu kita seperti

kelakuan sewaktu dianya tawajjuh kepada kita maka apabila hadir ia telah nyata,

kita pandang dengan hati sanubari kita itu maka bahwasanya yang demikian itu


dinamakan rabitah yang boleh menolakkan was-was yang datang kiri dan kanan.

Kemudian kita hadapakan ingatan dan pengenalan kita ke hadirat zat Allah yang Maha

suci dari pada seumpamanya dan bandingan dan kita kata di dalam hati sanubari kita

itu yaitu munajat tiga kali…Ilâhi Anta Maqshûdî …tiga kali (hai Tuhanku Engkau jualah

maksudku dan keridaan Engkau jualah yang aku tuntuti). Setelah itu kita katalah

dengan hati sanubari itu zikir Allâh, Allâh, Allâh dengan bercepat-cepat serta diingat

akan maknanya yaitu zat Allah Ta’ala serta kita bilang dengan tasbih apabila sampai

seratus kali maka kita kata pula munajat itu kemudian maka kembali pula berzikir

Allâh, Allâh, Allâh itu barang sekuasanya tetapi jangan kurang dari pada lima ribu dalam

sehari semalam. Dan lagi hendaklah kita berzikir itu tetap sekalian anggota, sekali-

kali jangan bergerak-gerak dengan sekira-kira jika ada manusia hampiri kita itu niscaya

tiada tahu halnya berzikir itu maka datang was-was dan bimbang kiri kanan maka

hendaklah segera menghadirkan rupa rabitah. itu dalam hati sanubari dengan sempurna.24





Mawas Diri

 

Agar hidup ini selalu tentram dan damai harus dibarengi dengan upaya mendekatkan

diri kepada Allah, merasa selalu diawasi-Nya akan terhindar dari perbuatan munkar dan

akan menjadikan seseorang itu hidup jujur. Keyakinan seperti itu tertanam dalam Syaikh

Abdul Wahab Rokan sebagaimana dalam wasiatnya ke-42 sebagai berikut:

Maka hendaklah kamu iktikadkan dengan hati kamu, bahwasanya Allah Ta’ala ada

hampir kamu dengan tiada bercerai-cerai siang dan malam. Maka ia melihat apa-

apa pekerjaan kamu lahir dan batin. Maka janganlah kamu berbuat durhaka kepada-

Nya sedikit jua, karena Ia senantiasa melihat juga tetap hendaklah senantiasa kamu

memohonkan keredaan-Nya lahir dan batin (42).22

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Syaikh Abdul Wahab Rokan selain tetap

mementingkan kehidupan spiritual seperti zikir, suluk dan tawajjuh, ia juga mendorong

sifat mawas diri dalam menempuh kehidupan di dunia dan akhirat harus mendapat

perhatian yang seimbang, sebagaimana tercantum dalam pendahuluan wasiatnya yang

menegaskan bahwa martabat yang tinggi dan mulia hanya dapat dicapai bila ada keseimbangan

kehidupan dunia dan akhirat tersebut.


Rela Menerima Kenyataan

 

Kewajiban manusia adalah bekerja dan berusaha. Bekerja dan berusaha itu juga

bagian dari ibadah. Namun dalam bekerja sudah tentu harus mengikuti aturan-aturan

agama, tidak berbuat merugikan orang lain. Jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan

apa yang diharapkan maka tidak boleh berputus asa, sebaliknya kalau mengalami keberhasilan

tidak merasa sombong dan arogan serta menjauhi sifat ambisius. Rela menerima apa

yang diberikan Allah (rida) adalah salah satu ajaran Syaikh Abdul Wahab Rokan yang

tergambar dalam wasiat ke-6 dan ke-8 yang berbunyi:

Jangan kamu hendak kemegahan dunia dan kebesarannya, seperti hendak menjadi

kadi dan imam dan lainnya, istimewa pula hendak menjadi penghulu-penghulu. Dan

lagi jangan hendak menuntut harta benda banyak-banyak (6)… jangan dengki khianat

kepada orang Islam. Dan jangan diambil harta mereka itu melainkan izin syara (8).21

Etos Kerja

 

Ada asumsi bahwa para pengikut tarekat tidak memerlukan harta benda dalam

kehidupan di dunia ini. Sebab itu para pengikut tarekat dianggap tidak memiliki etos kerja

karena hanya berzikir, suluk dan berdoa. Pandangan ini bertolak belakang dengan apa

yang dilakukan Syaikh Abdul Wahab Rokan, yang bekerja keras membuka hutan belantara

menjadi perkampungan dan membangun pertanian yang cukup baik.

Karenanya, Syaikh Abdul Wahab Rokan telah mendorong para pengikutnya untuk

bekerja keras seperti wasiat yang ke-3, yakni: “…jika hendak mencari nafkah hendaklah

dengan jalan tulang gegah (dengan tenaga sendiri) seperti berhuma dan berladang dan

menjadi amil.”

Syaikh Abdul Wahab Rokan telah membuktikan bahwa dengan kerja kerasnya

ternyata telah berhasil mengembangkan perekonomian masyarakat Babussalam sekaligus

menjadi contoh kepada para pengikutnya.



Hidup Toleransi

 

Ajaran tarekat adalah ajaran damai, jauh dari sifat kekerasan. Ajaran saling

mengasihi, tidak saling menyakiti kepada sesama manusia, dan makhluk lainnya. Nabi

Muhammad SAW. menjelaskan bahwa wanita yang mengikat kucingnya dan kemudian

tidak memberi makan binatang itu akan masuk neraka kelak di akhirat. Sebaliknya, wanita

jahat yang memberi minum kepada anjing yang akan mati karena kehausan diampuni

dosanya oleh Allah.18

Contoh di atas menggambarkan bahwa sikap toleransi harus diberikan kepada sesama,

walaupun dengan orang yang tidak seagama (kafir) selama mereka tidak menggangu.

Tetapi bagi orang kafir yang menggangu harus dihadapi dengan tegas tanpa ragu-ragu.

Ajaran ini dapat dilihat pada wasiat ke-9 dan 34 yang berbunyi:

Jangan kamu menghinakan diri kepada orang kafirlaknatullah serta makan gaji dengan

mereka itu. Dan jangan bersahabat dengan mereka itu melainkan sebab uzur syara’

(9). Hendaklah berkasi-kasihan dengan orang sekampung dan jika kafir sekalipun

dan jangan berbantah-bantah dan berkelahi dengan mereka itu (34).19

Dari ajaran ini dapat dilihat bahwa tidak ada toleransi terhadap yang batil dan

memusuhi Islam, awalaupun beliau tetap mempersilahkan pengikutnya untuk menjalin

persahabatan dengan orang yang tidak seagama dengan tidak meninggalkan etika

pergaulan yang telah digariskan agama Islam.

Saling Tolong-Menolong

 Saling Tolong-Menolong

Syaikh Abdul Wahab Rokan yakin bahwa seseorang tidak akan hidup tentram kalau

hanya mementingkan diri sendiri. Hidup ini perlu saling tolong menolong karena sebenarnya

manusia fakir (faqr) tidak memiliki sesuatu apapun di dunia ini. Makna fakir ialah apapun

yang dimiliki baik harta, kekuasaan dan lain-lain, semuanya itu adalah milik Allah. Oleh

sebab itu si kaya perlu membantu dengan hartanya, penguasa menolong dengan kekuasaannya

dan yang lemah memberi bantuan dengan doanya. Semua lapisan saling bermanfaat

dan tidak ada sia-sia. Ajaran ini dapat dilihat pada wasiat ke-10 dan 41 berikut ini:

Hendaklah kamu kuat menolong orang yang kesepian sehabis-habis ikhtiar sama

ada tolong itu dengan harta benda atau tulang gega atau bicara atau doa. Dan lagi

apa-apa hajat orang yang dikabarkannya kepada kamu serta dia minta tolong, maka

hendaklah sampaikan seboleh-bolehnya (10). Apabila bertambah-tambah harta benda

kamu dan bertambah-tambah derajat kamu, tetapi amal ibadat kamu kurang, maka

jangan sekali-kali kamu suka akan yang demikian itu, karena yang demikian itu

kehendak setan dan iblis dan lagi faedah harta bertambah-tambah dan umur berkurang-

kurang (41).

Dari wasiat yang tertera di atas dapat dipahami bahwa harta dan kekuasaan tidak

ada manfaatnya kalau keduanya tidak digunakan untuk menolong sesama orang yang

membutuhkan.

Tegas dalam Pendirian

 

Syaikh Abdul Wahab Rokan dikenal sangat warak. Ia sangat teguh dalam pendirian.

Ia tegas terhadap maksiat, seperti memberantas perjudian, penyabung ayam dan minuman

keras. Dalam hal pergaulan ia bisa berbaur dengan masyarakat bawah, tetapi juga dapat

bergaul dengan para penguasa atau lapisan masyarakat elit, dengan tujuan untuk

menyampaikan ajaran Islam umumnya dan tarekat khususnya.

Ajaran ini dapat dilihat pada wasiatnya yang ke-35 dan 36 berikut:

Jangan diberi hati kamu mencintai akan maksiat, artinya membuat kejahatan, karena

yang demikian itu percintaan hati. Dan jika banyak percintaan hati membawa kepada

kurus badan (35). Jangan kamu jabatkan tangan kamu kepada apa-apa yang haram,

karena yang demikian itu mendatangkan bala (36).







Hidup Hemat dan Sederhana

Hidup Hemat dan Sederhana


Tambahan admin: Hemat maksudnya tidak poya poya dan berlebih lebihan, bukan pelit karna kebanyakan orang secara tidak sadar telah mengartikan hemat itu dengan kata pelit. Sehingga di waktu dia ingin hemat maka di waktu itulah pula dia bersikap pelit / kikir bahkan seraka.


Kembali ke kajian:

Salah satu ajaran tarekat yang menjadi pegangan para pengikutnya adalah zuhud

(zuhd) yaitu hidup hemat dan sederhana. Syaikh Abdul Wahab Rokan selelu mendorong

para pengikutnya dan membuktikan bahwa hidup zuhud adalah suatu perjalanan spiritual

menuju Allah. Hidup zuhud bukan berarti menafikan harta dan kehidupan dunia. Ia

melihat harta kekayaan adalah nikmat dan anugerah Allah yang pantas diterima dan

disyukuri. Namun walau memiliki harta, tidak harus digunakan secara berlebihan tetapi

dimanfaatkan untuk membantu orang-orang yang lemah dan serba kekurangan. Ajaran

ini dapat dilihat dari wasiatnya yang ke-3 yakni:

Di dalam mencari nafkah itu maka hendaklah bersedekah tiap-tiap hari… dan jika

dapat ringgit sepuluh maka hendaklah sedekahkan satu dan taruh sembilan. Dan

jika dapat dua puluh, sedekahkan dua dan jika dapat seratus, sedekahkan sepuluh dan

taruh sembilan puluh.15

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

13🔸 Fuad Said, Syekh Abdul Wahab, h. 149. 

14🔸Sejauh pelacakan penulis, asli tulisan wasiat ini tidak ditemukan lagi, namun isinya

tidak berubah. Wawancara dengan H.A. Fuad Said tanggal 5 Agustus 2001.

15🔸 Fuad Said, Hakikat Tarekat, h. 168.















Ajaran Syaikh Abdul Wahab Rokan

 

Para pengikut tarekat Naqsyabandiyah Syaikh Abdul Wahab Rokan Babussalam berpegang kepada ajaran Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan yang berasal dari pemikirannya yang tertuang dalam wasiatnya sebanyak 44 butir.14🔸

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

14 Sejauh pelacakan penulis, asli tulisan wasiat ini tidak ditemukan lagi, namun isinya tidak berubah. Wawancara dengan H.A. Fuad Said tanggal 5 Agustus 2001.


Pendidikan dan Perjalanan Hidup


Seperti kebanyakan anak-anak semasanya, pendidikan awal Abu Qasim di mulai dengan memasuki pendidikan agama. Untuk tujuan ini Abu Qasim belajar kepada seorang ulama terkenal dari Sumatera Barat yang bernama Haji Muhammad Saleh.10🔸setelah mengikuti pendidikan beberapa tahun, Abu Qasim melanjutkan pelajaran kepada guru lainnya di Tembusai, yaitu Maulana Syaikh Haji Abdul Halim saudara dari yang Di pertuan Besar Sultan Abdul Wahid Tembusai dan Syaikh Muhammad Saleh Tembusai, dua ulama tersohor di negeri Tembusai, Rokan, Riau. Abu Qasim menghabiskan lebih kurang tiga tahun untuk mendalami, ilmu nahwu, sharaf, mantik, tauhid, tafsir, hadis. Di antara buku yang dibacanya adalah kitab Fath al-Qarîb, Minhâj al-Thalibîn, Iqna’, dan Tafsîr al-Jalalain.11🔸Kedalaman ilmunya dalam bidang fiqih menyebabkan beliau diberi gelar “faqih”, dan karena itu, panggilannya berubah menjadi Fakih Muhammad.12🔸Perolehan gelar ini tidak membuat Abu Qasim puas. Dengan bantuan ayah angkatnya, Haji Bahauddin, Abu Qasim berangkat ke Makkah. Di kota suci Makkah Fakih Muhammad meneruskan studinya dan berguru kepada beberapa ulama kenamaan, seperti:

Syaikh Muhammad Yûnus bin ‘Abd al- Rahmân Batubara, 

Syaikh Zain al-Dîn Rahwa,  

Rukn al-Dîn Rahwa (yang berasal dari Indonesia),

Syaikh Muhammad Hasbullâh, Syaikh Zaini 

Dahlan-mufti mazhab Syafi’i.

Setelah menyelesaikan studinya di Makkah, beliau kembali ke kampung halamannya di Kubu, Tembusai, Riau. Di sana ia mulai menyampaikan dakwah dengan mengajarkan tauhid, fiqih dan ajaran tarekat Naqsyabandiyah. Untuk pusat kegiatan dakwahnya beliau membangun sebuah perkampungan yang disebut Kampung Mesjid. Kampung ini menjadi basis penyebaran agama Islam. Dari hasil dakwahnya ini, beberapa raja Melayu di pesisir Pantai Timur Sumatera Utara seperti Panai, Kualuh, Bilah, Asahan, Kota Pinang, Deli dan Langkat selalu mengundang Syaikh Abdul Wahab Rokan untuk berceramah di lingkungan dan kalangan istana. Sultan Musa Mu’azzamsyah dari Kesultanan Langkat menjadi pengikut tarekat Naqsyabandiyah yang setia sehingga ia diangkat menjadi khalifah. Kendati Syaikh Abdul Wahab Rokan mendalami tarekat, namun Ia hidup secara wajar, beliau juga berumah tangga dan memiliki keturunan. Bahkan Syaikh Abdul WahaRokan memiliki lebih dari satu orang istri. Ketika wafat pada tahun 1926, beliau didampingi oleh seorang istrinya yang bernama Siti yang berasal dari Batu Pahat, Malaysia. 

Kehadirannya sebagai ulama yang disegani dan yang selalu mendapat dukungan dari raja-raja Melayu, membuat Belanda mencurigai gerak-gerik Syaikh Abdul Wahab Rokan yang mengakibatkan ia tidak merasa nyaman lagi tinggal di daerah Rantau Binuang, akhirnya ia pun pindah ke Kualuh (Labuhan Batu) atas permintaan Sultan Ishak penguasa Kerajaan Kualuh, di sana ia membuka perkampungan sebagai pusat dakwahnya yang namanya sama dengan perkampungan di Kubu yaitu Kampung Mesjid. Setelah Sultan Ishak wafat, posisinya digantikan adiknya yang bernama Tuanku Uda, tetapi sangat disayangkan, Tuanku Uda kurang simpati kepada Syaikh Abdul Wahab Rokan. Sementara itu, Sultan Musa penguasa Kerajaan Langkat justru sangat mengharapkan agar Syaikh Abdul Wahab Rokan pindah ke Langkat. Setelah bermusyawarah dengan para muridnya, ia memutuskan untuk pindah ke Langkat, meninggalkan Kualuh. Di Langkat, tepatnya tahun 1300/1882, ia mulai membangun perkampungan dan pusat persulukan tarekat Naqsyabandiyah yang bernama Babussalam. Sesuai dengan sunnatullah, ada masa muda, tua dan akhirnya meninggalkan dunia yang fana. Tiga tahun setelah menerima bintang kehormatan, pada tanggal 21 Jumadil Awal 1345/ 27 Desember 1926, semua perjuangan berakhir, dan Syaikh Abdul Wahab Rokan wafat dalam usia 115 tahun.13

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

10🔸Seorang ulama terkenal asal Minangkabau ahli dalam seni baca al-Qur’an (qari’). Sampai akhir hayat beliau mengajar al-Qur’an dengan tekun, meninggalkan ribuan murid, termasuk Abu Qasim. Karena kewarakannya sampai wafat ulama ini tidak berumah tangga, karena menurutnya, sulit mencari isteri yang benar-benar sebagai wanita saleh. Hal ini diilustrasikan seperti mencari seekor burung gagak putih di tengah-tengah kumpulan gagak hitam. Karena itu, banyak sekali suami masuk neraka karena isteri. Ibid., h. 20. 

11🔸Ibid., h. 24. 

12🔸Pemberian gelar ini dilakukan melalui acara resmi, di hadapan suatu majelis, yang dihadiri khalayak ramai. Fakih berarti orang yang ahli dalam hukum fiqih atau sarjana hukum Islam. Gurunya melantik dengan ucapan: “Ikhwanul Muslimin, Abu Qasim bin Abdul Manap Tanah Putih, mulai sekarang ini alhamdulillâh di dalam penglihatan gurunya, dialihkan namanya dan di kurniai gelar dengan nama Tuan Fakih Muhammad bin Abdul Manap Tanah Putih berkat al-Fatihah”. Ibid., h. 24-25.

13🔸 Fuad Said, Syekh Abdul Wahab, h. 149.