Tampilkan postingan dengan label 📒Terjemahan Kitab Al-minahus sanniyyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 📒Terjemahan Kitab Al-minahus sanniyyah. Tampilkan semua postingan

wasiat ke 18 Aturan berzikir

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 18

Aturan berzikir


 


ولما ذكر شيئا من فضائل الذكر أخذ يتكلم على شيء من واجباته فقال :


Setelah menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan dzikir, berikutnya beliau (Syaikh Al-Matbuliy) menjelaskan tentang kewajiban-kewajiban dalam berdzikir, beliau berkata;




(وَلَا تُشْرِكْ مَعَهُ) أي مع الذكر (غَيْرَهُ)




“Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan suatu apapun dalam berdzikir”




فقد أجمعوا على أن كل شيء أشركه المريد مع الذكر قطعه عن سرعة السير وإبطاء فتحه بقدره كثرة وقلة .


 


Para ‘ulama’ sepakat bahwa seorang murid yang menyekutukan segala sesuatu dalam dzikir akan mengurangi kecepatan perjalanannya dan memperlambat terbukanya hati sesuai dengan kadar besar dan kecilnya kemusyrikan yang dilakukan.


 


وقالوا :يجب على الشيخ أن يأمر المريد أن يذكر الله تعالى بلسانه بشدة وعزم، فإذا تمكن من ذلك يأمره أن يستوي فى الذكر بين قلبه ولسانه، ويقول له : اثبت على استدامة هذا الذكر كأنك بين يدي ربك تعالى أبدا بقلبك ولا تترك الذكر حتى يحصل لك منه حال وتصير أعضاؤك كلها ذاكرة لا تقبل الغفلة عن الله تعالى، ولا تزد على الفرائض والسنن المؤكدة، ولا تشتغل بقراءة القرآن الكريم ولا بغيره فإن ذلك إنما هو ورد الكمل الذين عرفوا عظمة الحق تعالى,


 


Para ‘Ulama’ berkata; Bagi guru (thariqat) wajib memerintahkan murid-muridnya untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan lisannya dengan keras dan bersungguh-sungguh. Apabila hal itu telah kokoh, selanjutnya guru memerintahkannya untuk menyesuaikan dalam berdzikir antara lisan dan hatinya seraya berkata kepadanya; Bertahanlah dengan melestarikan dzikir ini seakan-akan engkau berada dihadapan Tuhanmu Yang Maha Luhur, janganlah engkau meninggalkan dzikir hingga engkau mendapatkan suatu derajat dari-Nya dan seluruh anggota tubuhmu menjadi ikut berdzikir serta tidak pernah lupa dari mengingat Allah Ta’ala, janganlah engkau menambah atas amalan-amalan fardlu dan sunnat mu_akkad, dan janganlah engkau menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur an Al-Karim atau yang lainnya, karena itu adalah wirid orang-orang yang sempurna yaitu orang-orang yang telah menyaksikan keagungan Allah Al-Haqq Ta’ala.


 


ثم بعد أن يلقنه الذكر يأمره بالجوع على التدريج شيئا فشيئا لئلا يقل قواه فينقطع عن الذكر, ويأمره أيضا بقلة اللغو والنوم وباعتزال الناس فإنه لا بد مع الإشتغال بالتوحيد من ذلك، وإلا فكل شيء حصل من نور التوحيد تطفيه ظلمة الأكل واللغو كما هو مقرر فى أركان الطريق، وقد عجز الأشياخ عن أن يوصلوا مريدا مع إخلاله بالأركان فلم يقدروا،


 


Kemudian setelah mengajarkan cara-cara berdzikir, selanjutnya guru memerintahkan murid-muridnya untuk mengosongkan perut secara bertahap sedikit demi sedikit agar tenaganya tidak habis sehingga dapat memutuskannya dari dzikir. Dan guru juga memerintahkannya untuk mengurangi waktu kosong dan tidur, serta menjauhkan diri dari orang-orang, karena sesungguhnya seorang murid harus menyibukkan diri dengan tauhid di samping hal tersebut, jika tidak, maka segala sesuatu yang telah di dapatkan yang berupa nur tauhid akan di padamkan oleh gelapnya tidur, penganguran dan bergaul dengan orang-orang sebagaimana hal itu telah di tetapkan dalam aturan-aturan thariqat, dan para guru tidak akan mampu untuk mengantarkan seorang murid lantaran melanggar aturan-aturan tersebut.




وقوله (وَلْيَكُنْ) أي الذكر جهرا


فإن الذكر جهرا أنفع لمن غلبت عليه الجمعية،




“Hendaklah engkau berdzikir dengan suara keras”


 


Karena berdzikir dengan suara keras lebih bermanfa’at bagi pemula yang belum mampu mengalahkan suatu karamaian.


 


وقد أجمعوا على أنه يجب على المريد الجهر بالذكر وإن ذكر السر والهويني لا يفيده رقيا، وينبغي أن يكون الجهر برفق فإنه إذا كان بغير رفق ربما يتربى له فتاق فى بطنه فيتعطل جهره،


 


Para ‘ulama’ sepakat bahwa bagi murid wajib berdzikir dengan suara keras, sebab berdzikir secara samar atau dengan suara rendah tidak akan berfaidah menaikkan derajatnya. Dan ketika berdzikir dengan suara keras hendaklah berdzikir secara pelan-pelan, karena apabila tidak pelan-pelan terkadang dapat meningkatkan lipatan pada perut sehingga suara dzikirnya menjadi hampa.


 


 


وقوله (بِقُوَّةٍ)


أي يجب على المريد أن يذكر بقوة،


 


“Hendaklah engkau berdzikir dengan kekuatan penuh”


 


فقد قالوا : إذا ذكر المريد ربه بشدة وعزم طويت له مقامات الطريق بسرعة من غير بطء فربما قطع فى ساعة ما لا يقطعه غيره فى شهر وأكثر،


 


Para ‘ulama’ berkata; Apabila seorang murid berdzikir kepada Tuhannya dengan kekuatan penuh dan kemauan yang kuat, maka derajat-derajat thariqat akan dapat ditempuhnya dalam waktu singkat, terkadang dalam waktu sekejap ia mampu menempuh apa yang orang lain tidak mampu menempuhnya dalam waktu sebulan bahkan lebih.


 


وقالوا : يجب على المريد أن يذكر بقوة تامة بحيث لا يبقى فيه متسع ويهتز من فوق رأسه إلى أصبع قدميه، والدليل على ذلك قوله تعالى : "ثم قست قلوبهم من بعد ذلك فهي كالحجارة أو أشد قسوة"، فكما أن الحجر لا ينكسر إلا بقوة كذلك الذكر لا يؤثر فى جميع شتات قلب صاحبه إلا بقوة،


 


Dan para ‘ulama’ berkata; Bagi murid wajib berdzikir dengan kekuatan penuh sehingga tidak ada keleluasaan dan gerakan yang tertinggal mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki yang tidak ikut berdzikir. Adapun dalil yang menunjukkan atas hal tersebut adalah firman Allah Ta’ala; “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi”. (Qs. Al-Baqarah 74).


Sebagaiman halnya batu yang tidak dapat hancur kecuali dengan kekuatan, demikian pula adanya dengan dzikir, dzikir tidak akan dapat memberikan pengaruh apapun dalam menyatukan bercerai berainya hati seseoranng kecuali dengan kekuatan.





وقوله (فِى جَمَاعَةٍ)


اي يجب أن يكون الذكر فى جماعة، لأن الذكر فى الجماعة أكثر تأثيرا فى رفع الحجب،




“Hendaklah engkau berdzikir secara berjama’ah”


 


(Maksudnya wajib berdzikir secara berjama’ah, karena berdzikir secara berjama’ah berpengaruh kuat dalam menghilangkan hijab).


 


وقد أجمع العلماء سلفا وخلفا على استحباب ذكر الله تعالى جماعة فى المساجد وغيرها من غير نكير بشرطه،


 


‘Ulama’ salaf maupun khalaf sepakat atas di sunnatkannya berdzikir kepada Allah Ta’ala secara berjama’ah di masjid-masjid atau tempat lainnya dengan tidak memungkiri syarat-syaratnya.


 


وقد شبه الإمام الغزالي رحمه الله تعالى ذكر الإنسان وحده وذكر الجماعة بأذان المنفرد وأذان الجماعة، قال : فكما أن أصوات المؤذنين جماعة تقطع جرم الهواء أكثر من صوت مؤذن واحد، كذلك ذكر الجماعة على قلب واحد أكثر تأثيرا فى رفع الحجب لكون الحق تعالى شبه القلوب بالحجارة، ومعلوم أن الحجر لا ينكسر إلا بقوة  جماعة مجتمعين على قلب واحد، لأن قوة الجماعة اشد من قوة شخص واحد .


 


Imam Al-Ghozaliy rahimahullahu Ta’ala menyerupakan antara dzikir seorang diri dan dzikir secara berjama’ah dengan adzan sendirian dan adzan brjama’ah. Beliau berkata; Sebagaimana halnya suara orang-orang adzan secara berjama’ah dapat menembus udara lebih kuat dari pada suara orang adzan sendirian, begitu pula berdzikir secara berjama’ah dengan menyatukan hati akan lebih kuat pengaruhnya dalam menghilangkan hijab, karena Allah Al-Haqq Ta’ala menyerupakan hati dengan batu, bahwa batu tidak dapat di pecahkan kecuali dengan menyatukan kekuatan dan hati, karena kekuatan orang banyak lebih besar dari pada kekuatan satu orang.


 


فإن قيل : أيما أفضل ذكر "لا إله إلا الله" أو زيادة "محمد رسول الله؟" فالجواب : الأفضل فى ذكر السالكين "لا إله إلا الله" دون غيرها حتى تحصل لهم الجمعية مع الله تعالى بقلوبهم، فإذا حصلت فالأمرظاهر، وإيضاح ذلك أن محمدا رسول الله إقرار والإقرار يكفي فى العمر مرة واحدة، والمقصود من تكرار التوحيد كثرة الجلاء لحجب النفس،


 


Apa bila di pertanyakan; Manakah dzikir yang palling utama, apakah hanya “LA-ILA-HA ILLALLAH” atau ditambah “MUHAMMADURRASULULLAH”?


Jawabnya; Dzikir yang paling utama bagi seorang salik (penempuh jalan menuju Allah) adalah; “LA-ILA-HA ILLALLAH” bukan yang lainnya, hingga ia berhasil menyatukan cintanya kepada Allah Ta’ala dalam hatinya. Apa bila telah berhasil, mau dzikir apa saja terserah. Adapun alasan di anjurkannya berdzikir hanya dengan kalimat “LA-ILA-HA ILLALLAH” tanpa di tambah “MUHAMMADURRASULULLAH”, karena kalimat “MUHAMMADURRASULULLAH” merupakan sebuah pengakuan, dan pengakuan dalam seumur hidup cukup satu kali. Sedangkan tujuan berdzikir dengan mengulang-ulang kalimat tauhid (LA-ILA-HA ILLALLAH) adalah karena lebih ampuh di dalam menghilangkan hijab hati.




قوله (مَعَ التَّعْظِيْمِ)


أي يجب على الذاكر أن يستحضر عظمة الحق تبارك وتعالى قبل الشروع فى الذكر .




“Hendaklah engkau berdzikir dengan penuh memuliakan dan mengagungkan-Nya”


 


Maksunya; Bagi orang yang berdzikir wajib menghadirkan keagungan Allah Al-Haqq Tabaraka wa Ta’ala sebelum mulai berdzikir.


 


قال الشيخ أبو بكر الكناني رحمه الله تعالى : من شرط الذاكر أن يصحبه الإجلال والتعظيم له وإلا لم يفلح صاحبه فى مقامات الرجال،


 


Syaikh Abu Bakar Al-Kannaniy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Termasuk syarat bagi orang yang berdzikir yaitu; Harus senantiasa memuliakan dan mengagungkan Allah Ta’ala, bila tidak, maka seseorang tidak akan berhasil mendapatkan derajat orang-orang yang sempurna”.


 


وكان يقول : والله لو لا أنه تعالى فرض علي ذكره لما تجارأت أن اذكره إجلالا له مثلي يذكر الحق تعالى ولم يغسل فمه بألف توبة مما سواه قبل ذكره .


 


Dan beliau berkata; “Demi Allah, seandainya Allah Ta’ala tidak mewajibkan kepadaku untuk berdzikir kepada-Nya, tentu aku tidak berani berdzikir kepada-Nya karena mengagungkan-Nya. Sementara orang-orang seperti diriku berdzikir kepada Allah Al-Haqq Ta’ala, padahal ia tidak pernah mencuci mulutnya dengan seribu taubat dari selain-Nya sebelum berdzikir kepada-Nya”


 


وأجمعوا على أن من لم يتحقق بآداب الذكر وهي عشرون أدبا فبعيد عليه الفتح، ومن واجبات الذكر التوبة من كل ما لا يعني قبل الشروع فيه، وكثرة الشكر بعده، وعدم الشرب عقبه، وعدم الإشتغال بجميع حقوق الخلق إلا ما كان عونا على السير .


 


Para ‘ulama’ sepakat bahwa orang yang belum mampu mengokohkan adab-adab berdzikir yang berjumlah 20 adab, jauh dari terbukanya pintu hati. Dan sebagian dari kewajiban dalam berdzikir adalah bertaubat dari segala perkara yang tidak berfaidah sebelum berdzikir, banyak bersyukur setelahnya, tidak segera minum setelah berdzikir, dan tidak menyibukkan diri dari segala urusan yang berhubungan hak-hak makhluk kecuali hal-hal yang dapat membantu perjalanannya menuju Allah Ta’ala.


 


وهذا آخر ما يسره الله تعالى بجمعه على "الوصية السنية" وأسأل الله تعالى من فضله أن ينفع به كل من وقف عليه، وأن يستر فضائحنا فى الدارين ، وأن لا يعاجلنا بالعقوبة، وأن يصلى ويسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين .


 


Inilah akhir dari apa yang Allah Ta’ala mudahkan dalam mengumpulkan washiyat-washiyat yang luhur. Aku memohon anugerah kepada Allah Ta’ala semoga Dia senantiasa menjadikan buku ini buku yang bermanfa’at bagi setiap orang yang membacanya, menutupi semua kejelekan-kejelekan kami di dunia dan di akhirat, tidak menyegerakan siksa-Nya kepada kami, dan semoga Dia senantiasa melimpahkan rahmat ta’dzim-Nya atas baginda kami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan seluruh para sahabatnya. Amin.


wasiat ke 17 Jangan lalai dari zikir

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 17

Jangan lalai dari zikir


ولا تترك الذكر


(فَإِنَّهُ عُمْدَةُ الطَّرِيْقِ وَأَكْبَرُ مِنَ الصَّلَاةِ)


Dan janganlah engkau meninggalkan dzikir,


(karena sesungguhnya dzikir adalah sandaran utama dalam menempuh jalan menuju Allah lebih utama dari pada shalat).


قال الأستاذ أبو على الدقاق رحمه الله تعالى : "الذكر ركن قوي فى طريق الله تعالى" بل هو العمدة فى هذا الطريق، ولا يصل أحد إلى الله تعالى إلا بدوام الذكر .


Al-Ustadz Abu ‘Aliy Ad-Daqqoq rahimahullahu Ta’ala berkata; “Dzikir adalah unsur yang paling kuat dalam menempuh jalan menuju Allah Ta’ala”. Bahkan dzikir merupakan sandaran utama dalam jalan ini. Dan seseorang tidak akan sampai menuju Allah Ta’ala kecuali dengan terus-menerus berdzikir.


وقال الشيخ أبو المواهب الشاذلي رحمه الله تعالى : إنما كان ذكر الله أكبر من الصلاة لأن الصلاة وإن كانت عظيمة، فقد لا تجوز فى بعض الأوقات بخلاف الذكر، فإنه مستدام فى عموم الحالات .


Syaikh Abu Al-Mawahib As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Dzikir lebih utama dari pada shalat, karena walaupun shalat itu merupakan perkara yang agung, shalat terkadang di larang dalam waktu-waktu tertentu, berbeda dengan dzikir, sesungguhnya dzikir selamanya di perintahkan dalam setiap keadaan”

(Solat yang di maksud di sini adalah solat jasad, semata bukan sholat da'im karna belum mencapai tingkatan sholat da'im)


وقال أيضا : اختلفوا أيما أفضل الذكر سرا أو جهرا، والذى أقول به أن الذكر جهرا أفضل لمن غلبت عليه القوة من أهل البداية، والذكر سرا أفضل لمن غلبت عليه الجمعية من أهل النهاية .


Beliau juga berkata; “Para ‘ulama’ berbeda pendapat tentang berdzikir yang lebih utama, apakah berdzikir secara samar atau berdzikir dengan suara keras?. Mengenai hal itu aku akan mengemukakan suatu pernyataan; Bahwa berdzikir dengan suara keras adalah lebih utama bagi orang yang terkalahkan oleh suatu kekuatan dari kalangan pemula, dan berdzikir dengan suara keras adalah lebih utama bagi orang yang mampu mengalahkan suatu karamaian dari kalangan orang-orang yang telah mencapai maqam puncak” (jadi zikir di sini hanya sekedar zikir bertasbih karna belum mencapai zikir batin)


وقال أيضا : أفضل صيغ الذكر للمريد قول "لا إله إلا الله" ما دام له هوى، فإذا فنيت أهويته كان ذكر الجلالة أنفع له، لأن ما تم هناك ما يغني حقيقة ، فافهم .


Beliau (Syaikh Abu Al-Mawahib As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala) juga berkata; “Bentuk dzikir yang paling utama bagi murid adalah kalimat “LA-ILA-HA ILLALLAH” selama hawa nafsunya masih bersemayam dalam hatinya, bila telah sirna, maka berdzikir dengan kalimat Jalalah (ALLAH) adalah lebih bermanfa’at baginya, karena sesuatu yang telah sempurna pada hakikatnya merupakan perkara yang telah cukup”


(وَ) اعلم أن الذكر (مَنْسُوْبُ الْوِلَايَةِ) أي مرسوم من الله تعالى للعبد كمراسم ملوك الدنيا بالوظائف ولله المثل الأعلى فمن وفق لدوام ذكر الله تعالى فقد أعطي المرسوم بأنه ولي الله تعالى ومن سلب ذلك فقد عزل عن الولاية ، فافهم .


Ketahuilah bahwa (dzikir merupakan tanda-tanda kewalian), maksudnya merupakan ciri-ciri kewalian yang Allah Ta’ala berikan kepada seorang hamba sebagaimana ciri-ciri raja di bumi berupa ke di siplinan, dan Allah mempunyai sifat Yang Maha Tinggi. Barang siapa yang mendapatkan pertolongan untuk terus-menerus berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka ia benar-benar di beri tanda bahwa ia adalah wali Allah Ta’ala, dan barang siapa yang terhalang dari berdzikir secara terus-menerus, maka ia benar-benar terlepas dari kewalian. Fahamilah!.


(وَ) اعلم أن الذكر (أَسْرَعُ فِى الْفَتْحِ مِنْ سَائِرِ الْعِبَادَاتِ)


Dan ketahuilah bahwa (dzikir merupakan kunci yang paling cepat dalam membuka hati dari pada ‘ibadah-‘ibadah lainnya).


قال سيدى على المرصفى رحمه الله تعالى : قد عجز الأشياخ فلم يجدوا للمريد دواء أسرع فى جلاء قلبه من مداومة الذكر، فحكم الذكر فى الجلاء للقلب كحكم الحصى فى النحاس، وحكم غير الذكر فى سائر العبادات كحكم الصابون فى النحاس، وذلك يحتاج إلى طول زمن .


Tuanku ‘Aliy Al-Murshifiy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Para guru (thariqat) merasa kesulitan, mereka tidak menemukan obat yang lebih manjur dalam membersihkan hati murid-muridnya dari pada dzikir secara terus-menerus. Dengan begitu, fungsi dzikir dalam hal membersihkan hati sama seperti fungsi kerikil dalam hal membersihkan tembaga, dan ‘ibadah-‘ibadah selain dzikir bagaikan sabun dalam hal membersihkan tembaga, ia membutuhkan waktu lama untuk dapat membersihkannya”.


وقال أيضا : السالك من طريق الذكر كالطائر المجد إلى حضرات القرب، والسالك من غير طريق الذكر كالزمن الذى يزحف تارة ويسكن أخرى مع بعد المقصد فربما قطع مثل هذا عمره كله ولم يصل إلى مقصده .


Beliau juga berkata; “Orang yang menempuh jalan menuju Allah Ta’ala (Salik) malalui jalur dzikir laksana burung yang terbang cepat menuju hadirat yang dekat, sedangkan Salik melalui jalur selain dzikir bagaikan orang yang lumpuh, sekali waktu merangkak dan sekali waktu diam, sementara tujuannya sangat jauh, maka terkadang ia dapat menghabiskan seluruh masa hidupnya namun tidak pernah berhasil mencapai tujuan”.


وأجمعوا على أن الفتح فى الليل أقرب منه فى النهار،


Para ‘ulama sepakat bahwa terbukanya hati di waktu malam lebih cepat dari pada di waktu siang.


وقالوا : كل من لم يذكر الله تعالى من غروب الشمس إلى الصباح فى مجلس واحد ما عدا وقت الصلاة فلا يجيء منه شيء فى الطريق،


Mereka berkata; Setiap orang yang tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala sejak terbenamnya matahari hingga shubuh dalam satu majlis selain waktu shalat, maka ia tidak akan mencapai sesuatu pun dalam perjalanannya.


وقالوا : من لم يحصل له من الذكر حال قوي وحضور مع الله تعالى فليس له قطع المجلس . فافهم .


Dan mereka berkata; “Barang siapa yang berdzikir, namun tidak menghasilkan kekuatan hati dan hadlirnya hati bersama Allah Ta’ala, maka tidak ada pilihan baginya untuk berhenti berdzikir”. Fahamilah!


(وَ) اعلم أنه (لَا يَصِلُ أَحَدٌ إِلَى الْحَضْرَةِ) الإلهية (إِلَّا بِهِ) أي بالذكر .


ketahuilah bahwa (seseorang tidak akan mencapai hadirat Ilahiy kecuali dengan dzikir).


قال سيدى أبو المدين التلمسانى رحمه الله تعالى : من دامت أذكاره صفت أسراره، ومن صفت أسراره كان فى حضرة الله تعالى قراره وإيضاح ذلك أن الحق تعالى لا يقرب إلى حضرته إلا من استحيا منه حق الحياء، ولا يصح لأحد أن يستحي كذلك إلا إن حصل له الكشف ورفع الحجاب، ولا يصح له الكشف ورفع الحجاب إلا بملازمة الذكر، وهذا طريق يصل بها المريد بسرعة، والمراد بحضرة الله تعالى حيث أطلقت فى لسان القوم : شهود العبد أنه بين يدي الله تعالى فما دام هذا مشهده فهو فى حضرة الله تعالى، فإذا حجب عن هذا المشهد فقد خرج منها . فافهم .


Tuanku Abu Madin At-Tilmisaniy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Barang siapa yang terus menerus berdzikir, maka hatinya akan menjadi bening, dan barang siapa yang bening hatinya, ia senantiasa berada di hadirat Allah Ta’ala”. Lebih jelasnya yaitu; Tidak akan dapat mendekat ke hadirat Allah Al-Haqq Ta’ala kecuali orang yang memiliki rasa malu kepada-Nya dengan malu yang sebenar-benarnya, seseorang tidak akan memiliki rasa mulu yang sebenar-benarnya kecuali hatinya telah tersingkap dan hijabnya telah terangkat, dan seseorang tidak akan tersingkap hatinya dan hijabnya tidak akan terangkat kecuali dengan dzikir secara terus-menerus. Inilah jalan yang dapat mengantarkan seorang murid pada hadirat Allah Ta’ala dengan cepat. Adapun yang di maksud dengan “Hadlratillahi Ta’ala” (hadirat Allah Ta’ala) sekiranya di lukiskan dengan kata-kata adalah; Seorang hamba menyaksikan bahwa dirinya berada dihadapan Allah Ta’ala, maka selama hal ini menjadi penyaksiannya, selama itu pula ia berada di hadirat Allah Ta’ala, namun apa bila ia terhalang dari penyaksian ini, maka ia telah keluar dari hadirat Allah Ta’ala. Fahamilah!.


(وَ) اعلم أنه (لَا يَحْصُلُ) لأحد (الْكَشْفُ وَالْإِخْلَاصُ) الكامل (إِلَّا بِهِ)


أي بالذكر وقد تقدم أن الكشف لا يحصل إلا به,


Dan ketahuilah bahwa (seseorang tidak akan mendapatkan kasyaf (tersingkapnya hati) dan ikhlash yang sempurna kecuali dengan dzikir).


Di atas telah di jelaskan bahwa kasyaf tidak akan di raih kecuali dengan dzikir.


والكشف على نوعين : حسي، وخيالي . فالخيالي : أن يغمض العبد عينيه عند رؤية شخص أو رؤية فعل، فإن بقي له الكشف فهو خيالي، وإن زال فليعلم أن الإدراك قد تعلق بما كان مخصوصا، ومن كشف له عما يفعله الناس فى قعور بيوتهم فهو كشف شيطاني يجب عليه التوبة منه فورا،


Kasyaf ada dua macam, yaitu; Kasyaf Hissiy dan kasyaf Khayaliy.


Kasyaf Khayaliy adalah seorang hamba yang memejamkan kedua matanya ketika melihat seseorang atau ketika melihat gerak gerik seseorang, apa bila ia masih dapat melihatnya, maka itu adalah kasyaf khayaliy, dan apa bila hilang dari penglihatannya (tidak dapat melihat apapun), maka ketahuilah bahwa penglihatannya memiliki hubungan dengan sesuatu yang khusus. Barang siapa yang mampu melihat apa yang di lakukan seseorang di dalam rumahnya, maka itu adalah kasyaf syaithaniyah, ia harus segera bertaubat dari kasyaf sesatnya itu.


وإيضاح قولهم : الكامل لا كشف له أي لأنه مشغول بأداء أوامر ربه تعالى التى عليه فى كل نفس فلا تدعه الأوامر المتوجه إليه يتفرغ لغيرها .


Penjelasan mengenai pernyataan ‘ulama’ yang berupa; “Insan kamil tidak lagi memiliki kasyaf”. Maksudnya; Karena ia di sibukkan dengan menunaikan perintah-perintah Allah Ta’ala yang di wajibkan kepadanya dalam setiap hembusan nafasnya, sehinnga perintah-perintah yang di hadapinya tidak menyisakan kesempatan sedikitpun untuk yang lainnya.


وأما كون الإخلاص الكامل لا يحصل إلا بالذكر فهو كذلك وقد رووه فى رسائلهم . فقالوا : إن أول ما يتجلى للعبد إذا اشتغل بالذكر توحيد الفعل لله تعالى وتوحيد الملك لله تعالى وتوحيد الوجود لله تعالى، فإذا تجلى له توحيد الفعل لله خرج كشفا ويقينا عن شهود كون الفعل له وخرج به أيضا عن طلب الثواب عليه وعن الكبر والعجب والرياء ودخل فى قضاء الإخلاص الكامل، فافهم .


Adapun yang di maksud “Ikhlash yang sempurna yang tidak akan di  dapatkan kecuali dengan dzikir”, para ‘ulama’ telah meriwayatkannya dalam beberapa risalahnya. Dan mereka berkata; Sesungguhnya pertama-tama yang akan tampak bagi seorang hamba apa bila menyibukkan diri dengan berdzikir adalah ke Esaan perbuatan bagi Allah Ta’ala, ke Esaan kekuasaan bagi Allah Ta’ala dan ke Esaan shifat wujud bagi Allah Ta’ala. Lalu ketika ke Esaan perbuatan bagi Allah Ta’ala telah tampak baginya, maka timbullah kasyaf dan keyaqinan akan penyaksian adanya perbuatan bagi-Nya, (adanya kekuasaan bagi-Nya dan adanya shifat wujud bagi-Nya), dan juga hilanglah tuntutan pahala kepada-Nya, kesombongan, ‘ujub dan riya’, hingga akhirnya ia memiliki keikhlasan yang sempurna. Fahamilah!.


وأكثر من ذكر الله تعالى (فَإِنَّهُ بِهِ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ) لحديث الطبراني : "لا يقعد قوم يذكرون الله تعالى إلا حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة وذكرهم الله تعالى فيمن عنده".


Dan banyak-banyaklah berdzikir kepada Allah Ta’ala, (karena dzikir dapat menyebabkan turunnya rahmat). Berdasarkan hadits riwayat Imam At-Thabraniy; “Tidaklah suatu kaum yang duduk berkumpul berdzikir kepada Allah Ta’ala, kecuali para malaikat akan mengelilingi mereka, di limpahkan kepada mereka rahmat, dan Allah Ta’ala akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di sisi-Nya”.


وقالوا : أول ما تنزل الرحمة على مجالس الذكر، فافهم .


Dan para ‘ulama’ berkata; “Rahmat pertama-tama akan turun pada majlis-majlis dzikir”. Fahamilah!.


(وَ) اعلم أن بذكر الله تعالى (يَزُوْلُ الْغَمُّ) الواقع للناس فى هذه الدار، فإن الهم والغم فيها إنما هو بقدر الغفله عن الله تعالى، فمن أراد دوام السرور فليداوم على الذكر، فلا يلومن العبد إلا نفسه إذا ترادفت عليه الهموم والغموم، فإن ذلك إنما هو جزاء بقدر إعراضه عن ربه عز وجل . فافهم .


Ketahuilah bahwa dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala, (kesedihan yang terjadi pada manusia di dunia ini akan hilang), karena kesusahan dan kesedihan tidaklah terjadi kecuali sebatas kelalaiannya dari mengingat Allah Ta’ala. Maka barang siapa yang menginginkan kebahagiaan yang lestari, hendaklah ia melestarikan dzikir, dan jangan salahkan siapa-siapa selain dirinya sendiri apa bila kesedihan dan kesusahan datang silih berganti, karena demikian itu hanyalah sebagai balasan yang setimpal dengan berpalingnya dari Tuhannya ‘Azza wa Jalla. Fahamilah!.


واعلم أن بذكر الله تعالى تذهب القسوة عن القلب . قال الحكيم  أبو محمد الترمذى رحمه الله تعالى : "ذكر الله تعالى يرطب القلب ويلينه ، فإذا خلا عن الذكر أصابته حرارة النفس ونار الشهوة فقسا ويبس وامتنعت الأعضاء عن الطاعة". فافهم .


Ketahuilah bahwa dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala dapat melunakkan hati.


Al-Hakim Abu Muhammad At-Turmudzi rahimahullahu Ta’ala berkata: “Berdzikir kapada Allah Ta’ala dapat membasahi dan melunakkan hati, apa bila seseorang kosong dari dzikir, maka panasnya nafsu dan api syahwat akan menimpanya hingga hatinya menjadi keras, kering dan seluruh anggota tubuhnya enggan menjalankan ketaatan”. Fahamilah!.


واعلم أن بمداومة ذكر الله تعالى تخمد الأمراض الباطنة من كبر وعجب ورياء وحسد وسوء ظن وحقد وغل ومكر وحب محمدة وغير ذلك . فافهم .


Ketahuilah bahwa dengan terus menerus berdzikir kepada Allah Ta’ala dapat menyembuhkan penyakit bathin seperti sombong, ‘ujub (bangga), riya’, dengki, buruk sangka, dendam, tipu daya, senang dipuji dan lain-lainnya. Fahamilah!.


واعلم أن بمداومة ذكر الله تعالى تنقطع الخواطر الشيطانية .


Dan ketahuilah bahwa dengan terus menerus berdzikir kepada Allah Ta’ala dapat menghilangkan bisikan syaithan.


والفرق بينها وبين الخواطر النفسانية أن خواطر الشيطان أكثره يدعو إلى المعاصي، وخاطر النفس أكثره يدعو إلى اتباع الشهوة,


Perbedaan antara bisikan syaithan dengan bisikan nafsu adalah; Bisikan syaitan lebih banyak mengajak pada kema’shiyatan, sedangkan bisikan nafsu lebih banyak mengajak untuk menuruti keinginan hawa nafsu.


وفرقوا بينهما أيضا بأن النفس إذا طالبتك بشيء ألحت فلا تزال ولا ترجع ولو بعد حين حتى تصل إلى مرادها إلا أن يدوم صدق المجاهدة . وأما الشيطان إذا دعاك إلى زلة فخالفته فاته ذلك ويوسوس بزلة أخرى، لأن جميع المخالفات عنده سواء .


ومعنى الخاطر خطاب يرد على الضمائر .


Dan para ‘ulama’ juga mengemukakan perbedaan antara bisikan syaitan dengan bisikan nafsu yaitu; Bisikan nafsu apa bila mengajakmu pada sesuatu, maka ajakannya terus berulang-ulang, tidak pernah berhenti mengajak dan tidak pernah putus asa sehingga ajakannya terpenuhi walaupun dalam waktu yang cukup lama, terkecuali bagi orang yang terus-menerus memeranginya dengan sungguh-sungguh. Sedangkan bisikan syaithan apa bila mengajakmu pada kemaksiatan dan kamu menolaknya, maka ia akan meninggalkan ajakannya itu dan ia akan mengajak pada kema’shiyatan yang lain karena semua kemaksiatan baginya adalah sama.


Adapun ma’na kata; “ Al-Khathir” adalah bisikan yang kembali pada hati.


واعلم أن بذكر الله تعالى تدفع الآفات .


Ketahuilah bahwa dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala dapat menolak marabahaya.


قال الإمام ذو النون المصري رحمه الله تعالى : من ذكر الله تعالى حفظه من كل شيء .


Imam Dzun-Nun Al-Mishriy rahimahullahu Ta’al berkata; “Barang siapa yang berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka Dia akan melindunginya dari setiap sesuatu”


وقالوا : الذكر سيف المريدين به يقاتلون أعداءهم من الجن والإنس وبه يد فعون الآفات التى تطرقهم،


Para ‘Ulama’ berkata; “Dzikir adalah pedang bagi setiap murid, dengan dzikir ia dapat memerangi musuh-musuhnya dari golongan jin dan manusia, dan dengan dzikir ia dapat menolak marabahaya yang akan menimpanya”


وقالوا إن البلاء إذا نزل على قوم وفيهم ذاكر حاد عنه البلاء،


Para ‘Ulama’ berkata; “Sesungguhnya apa bila suatu bencana menimpa suatu kaum dan di sana terdapat orang yang berdzikir, maka bencana tersebut akan menjauh darinya”


وقالوا : إن الذكر إذا تمكن من القلب صار الشيطان يصرع إذا دنا من الذاكر كما يصرع الإنسان إذا دنا منه الشيطان فتجتمع عليه الشياطين . فيقولون : ما باله؟ فيقال : إنه دنا من ذاكر فصرع .


Dan para ‘ulama’ berkata; “Sesungguhnya apa bila dzikir telah bersemayam di hati, syaithan akan pingsan apa bila mendekat pada orang yang berdzikir sebagaimana manusia akan pingsan apa bila melihat syaithan mendekatinya, kemudian syaitan-syaitan berkumpul dan bertanya; Apa yang terjadi? Syaitan yang lain menjawab; Ia pingsan karena mendekat pada orang yang berdzikir”


فاعلم ذلك يا أخي وأكثر من ذكر الله تعالى فإنه يمنع الشيطان من ركوبنا .


Ketahuilah hal itu wahai saudaraku, dan perbanyaklah berdzikir kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya dzikir dapat mengusir syaithan dari setiap kendaraan kita.


قال الشيخ أفضل الدين رحمه الله تعالى : إن الشيطان يركب أحدنا كلما غفل عن ذكر الله تعالى فإنه دائما واقف بجاه قلب العبد، فكلما غفل عن ذكر الله تعالى استحوذ عليه، وكلما ذكر الله تعالى نزل عنه، فلو كشف لأحدنا لرأى إبليس يركبه كما يركب أحدنا الحمار ويصرفها كيف شاء طول الليل والنهار كلما غفل وينزل عنه كلما ذكر الله تعالى


Syaikh Afdhalud-Din rahimahullahu Ta’ala berkata; “Sesungguhnya syaitan akan menunggangi salah seorang dari kita bilamana ia lalai dari berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan syaitan selamanya berdiri menghadap pada hati seorang hamba, manakala ia lalai dari berdzikir kepada Allah Ta’ala syaithan akan mengalahkannya, dan ketika ia berdzikir kepada Allah Ta’ala syaithan akan pergi darinya. Kalau seandainya mata hati salah seorang dari kita terbuka, niscaya ia akan melihat iblis menungganginya sebagaimana salah seorang dari kita menunggangi himar, dan syaitan akan mengendalikannya sesuka hatinya sepanjang siang dan malam setiap kali ia lalai dari berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan akan pergi apa bila ia berdzikir kepada Allah Ta’ala”


وأجمع القوم على أن الذكر مفتاح الغيب وجاذب الخير وأنيس المستوحش وجامع لشتات صاحبه، وإذا غلب على الذاكر امتزج بروج الذاكر حب اسم المذكور حتى أن بعض الذاكرين وقع على رأسه حجر فقطر الدم على الأرض واكتتب الله الله، فلو لم يكن من شرف الذكر إلا أنه لا يوقت بوقت لكان ذلك كفاية فى شرفه . وأجمعوا على أنه لا ينبغى تركه ولو مع الغفلة . فافهم .


Para ‘ulama’ sepakat bahwa dzikir adalah kunci keghaiban, dapat mendatangkan kebaikan,  menghibur hati yang gelisah, dan menyatukan berceria berainya hati orang yang berdzikir. Apa bila dzikir telah menguasai orang yang berdzikir, maka rasa cinta kepada Dzat yang di dzikirkan akan menyatu dalam ruh orang yang berdzikir, sehingga ada sebagian orang yang berdzikir, tiba-tiba sebongkah batu jatuh mengenai kepalanya, lalu meneteskan darah ketanah dan darah itu membentuk lafadz “ALLAH, ALLAH”. Ini merupakan keutamaan dzikir, kalau saja dzikir tidak memiliki keutamaan lain selain tidak di batasinya dengan waktu, kiranya itu saja sudah cukup utama. Dan ‘ulama’ sepakat bahwa tidak sepantasnya seorang hamba meninggalkan dzikir walaupun dalam keadaan lalai (hatinya) Fahamilah!.


واعلم أن فوائد الذكر لا تنحصر لأن الذاكر يصير جليس الحق تعالى من الأسرار والعلوم كلما ذكر لأنها حضرة لا يرد عليها أحد ويفارقها بغير مدد، لكن مع الحضور،


Ketahuilah bahwa faidah-faidah dzikir tidak dapat terhitung, karena orang yang berdzikir ketika itu menjadi satu majlis dengan Allah Al-Haqq Ta’ala dalam samudera rahasia dan ‘ilmu, karena hal tersebut merupakan suasana yang tidak seorang pun dapat sampai kesana dan tidak dapat memilah-milahnya tanpa pertolongan. Namun demikian itu harus di sertai hadirnya hati.


فيقال لمن ادعى أنه حضر بقلبه فى ذكره مع ربه تعالى : ما ذا أتحفك وأعطاك فى هذا المجلس؟


فإن قال : ما أعطانى شيأ . قلنا له : وأنت الآ خر لم تحضر معه فى ذكره، فاتخذ لك شيخا يزيل عنك الموانع المانعة لك عن الحضور، فإن لم يجد له شيخا، قلنا له : أكثر من ذكر الله تعالى باللفظ حتى يصير الحق تعالى مشهودك وهناك يصح الفتح، لأن الذكر لله تعالى حقيقة هو استصحاب شهود العبد أنه بين يدي ربه تعالى, والذكر باللسان إنما هو وسيلة إليه، فإذا حصل له الشهود استغنى عن ذكر اللسان فلا يذكر باللسان إلا فى محل يقتدى به فيه لا غير، لأن حضرة شهود الحق تعالى حضرة بهت وخرس يستغنى عن الذكر إذ هو بمنزلة الدليل، فإذا حصلت الجمعية بالمدلول استغنى العبد عن الدليل . فاعلم ذلك فإنه نفيس .


Jika di  katakan kepada orang yang mengaku bahwa hatinya dapat hadir bersama Tuhannya Ta’ala dalam dzikirnya; “Apa yang Dia berikan kepadamu dalam majlis itu?”


Lalu apa bila ia menjawab; “Dia tidak memberi sesuatu apapun kepadaku”. Maka aku akan berkata padanya; “Engkau ingat pada yang lain, hatimu tidak hadir bersama-Nya di saat berdzikir, karena itu carilah olehmu seorang guru yang dapat menghilangkan darimu beberapa perkara yang menghalangi hadirnya hatimu”. Dan apa bila ia tidak menemukan seorang guru pun, aku akan menyarankan kepadanya; Banyak-banyaklah berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan lisan hingga Allah Al-Haqq Ta’ala menjadi perkara yang engkau saksikan, di sanalah nanti terbukanya hati yang sah, karena berdzikir kapada Allah Ta’ala hakikatnya adalah lestarinya penyaksian seorang hamba bahwa ia berada di hadapan Tuhannya Ta’ala, sedangkan berdzikir dengan lisan hanya sebagai perantara menuju penyaksian bahwa ia berada di hadapan-Nya (syuhud), bila telah berhasil syuhud, ia tidak perlu lagi berdzikir dengan lisan kecuali pada suatu tempat yang di sana ia sebagai orang di ikuti, bukan yang lainnya, karena suasana penyaksian bahwa dirinya berada di hadapan Allah Al-Haqq Ta’ala adalah suasana yang membingungkan dan membisukan yang ia tidak butuh lagi pada dzikir, karena dzikir ibarat suatu petunjuk, maka apabila semua yang d itunjukkan telah berhasil di capai, seorang hamba tidak butuh lagi pada petunjuk. Ketahuilah, karena hal itu adalah perkara yang indah.


wasiat ke 16 Selalu ingat allah

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 16

Selalu ingat allah


(وَلَا تَغْفُلْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى)

“Janganlah engkau lalai dari mengingat Allah Ta’ala”


فقد قالوا : من نسي الله تعالى فقد كفر به,


Para ‘ulama’ berkata; “Barang siapa yang lalai dari mengingat Allah Ta’ala, maka ia benar-benar kufur kepada allah”


وقالوا : كل من تساهل بالغفلة ولم تكن عليه أشد من ضرب السيوف فهو كاذب لا يجيء منه شيء فى الطريق،


Para ‘ulama’ berkata; “Setiap orang yang meremehkan lalai dari mengingat Allah Ta’ala, sedangkan itu tidak terasa lebih berat baginya dari pada tusukan pedang, maka ia adalah pendusta, sedikitpun ia tidak akan dapat menempuh jalan menuju Allah”

(Penjelasan admin:

Maksudnya adalah

Pasti akan terasa berat perkara perjalananya bagi orang yang lupa pada allah, orang yang sudah wusul pada Allah lalu kembali terhijab karna kelalaianya atau karna suatu dosa maka dia akan terasa tersiksa, bagaikan musyafir yang di tengah perjalanya tiba tiba mengalami kebutaan mata, sementara perjalanan Masi jauh dan tetap harus di tempuh tapi matanya telah buta, tidak Ada yang menuntun, dan Tampa alat bantu seperti tongkat, jangankan untuk meneruskan perjalanan, bahkan mencari tongkat saja dia tidak mampu. Tapi karna perjalanan harus di teruskan Maka Dia berjalan dengan merangkak sambil meraba raba jalan dengan tanganya.

Sambil menangis, menjerit, memanggil manggil Allah dan rosulnya, "ya allah, ya rosul di mana engkau, tolonglah aku"

Sebab rosul selalu menuntun, dan Allah selalu menerangi jalanya, tapi tiba tiba mereka tidak tampak, tidak terlihat, yang terlihat hanya kegelapan,

Pengalaman seperti ini pasti telah di rasakan oleh orang orang yang telah wusul, sedangkan orang yang belum wusul maka dia tidak tau seberapa berat penderitaan orang yang lalai mengingat allah atau kembali terhijab, bagaikan orang yang sejak lahir mengalami kebutaan, maka sudah terbiasa dengan kesengsaraan itu, dan mereka yang berada dalam keadaan seperti itu justru merasa bahwa mereka benar karna mata batin mereka buta, tidak perna memandang Allah dan kebenarnyaNya walau hanya satu kali.

Tapi bagi orang yang sudah akrab dengan Allah, selalu memandang allah di manapun maka lalai ataupun kembali terhijab itu adalah laksana neraka bagi mereka, dan memang butanya mata batin itu adalah neraka dunia, jika di dunia saja sudah masuk neraka maka pasti di akhirat menjadi mustahil masuk ke syurga. Karna yang buta mata batin berarti tidak menyaksikan ke-esahan allah, sehingga ketika mengucapkan 2 kalimat syahadat maka dia hanya dusta belaka sehingga Islamnya tidak syah, sangat tepat bagi nabi Khidir yang mengucapkan Awaludin makrifatullah "awal beragamanya seseorang adalah ketika dia melihat allah"

Yaitu menyaksikan ke-esahanya karna mata hatinya tidak buta dan tidak juga lalai dari mengingatnya).

Kembali ke terjemahan kitab:



وقالوا : إذا ترك العارف الذكر نفسا أو نفسين قبض الله تعالى له شيطانا، فهو له قرين، وأما غير العارف فيسامح بمثل ذلك ولا يؤاخذ إلا فى مثل درجة أو درجتين أو زمن أو زمنين أو ساعة أو ساعتين على حسب المراتب .


Dan Para ‘ulama’ berkata; “Apa bila seorang ‘Arif meninggalkan berdzikir dalam satu atau dua hembusan nafas, maka Allah Ta’ala akan menguasakannya kepada syaitan hingga ia berkawan dengannya. Sedangkan selain orang ‘Arif mendapat keringanan dari hal semacam itu, dan tidak akan dikenakan sangsi sebatas satu atau dua derajat, satu atau dua masa, satu atau dua jam sesuai dengan tingkatannya masing-masing”.


وقد روى الشيخان : قال الله تعالى : "أنا عند ظن عبدى بي وأنا معه إن ذكرنى، فإن ذكرنى فى نفسه ذكرته فى نفسي، وإن ذكرنى فى ملإ ذكرته فى ملإ خير من ملائه...".


Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Allah Ta’ala berfirman; “Aku menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang, maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari”.


وروى ابن حبان : "أكثروا ذكر الله تعالى حتى يقولوا مجنون".


Ibnu Hibban meriwayatkan; “Perbanyaklah oleh kalian berdzikir kepada Allah Ta’ala sehingga orang-orang menganggapmu orang gila”


وروى مسلم والنسائ والبزار : "ألا أنبئكم بخير أعمالكم وأزكاها عند مليككم وأرفعها فى درجاتكم وخير لكم من إنفاق الذهب والورق وخير لكم من أن تلقوا عدوكم فتضربوا أعناقهم ويضربوا أعناقكم؟ قالوا : بلى  . قال : ذكر الله عز وجل".


Imam Muslim, Nasa’i dan Al-Bazzar meriwayatkan; “Maukah kalian aku beritahu suatu amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci di sisi Raja (Tuhan) kalian, paling tinggi derajatnya, lebih baik bagi kalian dari pada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian dari pada bertemu dengan musuh kalian kemudian kalian memenggal leher mereka, dan mereka memenggal leher kalian?" Mereka menjawab; Ya, wahai Rasulallah. Beliau bersabda; “Berdzikir kepada Allah Ta'ala”.


وروى الطبرنى : "ليس يتحسر أهل الجنة إلا على ساعة مرت بهم ولم يذكروا الله تعالى فيها".


Imam Thabrani meriwayatkan; “Tidak akan ada penyasalan bagi ahli surga kecuali suatu waktu yang mereka lewatkan dan mereka tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala pada waktu itu”.


وروى أيضا : "من لم يذكر الله تعالى فقد برئ من الإيمان".


Imam Thabrani juga meriwayatkan; “Barang siapa tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka ia benar-benar terlepas dari iman”.


وروى أيضا : "مثل الذى يذكر ربه والذى لا يذكر مثل الحي والميت".


Imam Thabrani juga meriwayatkan; “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati”.


وروى أيضا : "يقول الله تعالى :"ياابن آدم إنك إذا ذكرتنى شكرتنى وإذا نسيتنى كفرتنى"".


Dan Imam Thabrani juga meriwayatkan; “Allah Ta’ala berfirman; “Wahai anak Adam! Sesungguhnya apa bila engkau berdzikir kepada-Ku, maka engkau telah bersyukur kepada-Ku, dan apa bila engkau lupa kepada-Ku, maka engkau telah kufur kepada-Ku”


قالوا : وهذاالنسيان يطلق على نسيان غفلة الجهل بالله تعالى والإشراك به، وعلى نسيان غفلة الإعراض عن الله تعالى وطريقه، وكلاهما مذموم .


Para ‘ulama’ berkata; Yang di maksud lupa di sini adalah; Lupa karena bodoh terhadap Allah Ta’ala dan menyekutukan-Nya, dan lupa karena berpaling dari Allah Ta’ala dan jalan menuju kepada-Nya, yang keduanya merupakan perbuatan tercela”

(Penjelasan admin:

Lupa dalam arti terhijabnya atau kembali terhijabnya hamba pada allah, atau lupa dalam arti tidak ingat itu sama saja, sebab:

Lupa karna hijab itu adalah karna batin terhijab sehingga tidak melihat allah, karna tidak melihat Allah itulah maka otak akan ikut lupa, tidak ingat pada allah,

Sebab jika batin sedang melihat allah, maka bagaimana mungkin otak bisa tidak ingat pada allah).

Kembali ke terjemahan kitab:


وروى الترمذى : "إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا" قالوا : يا رسول الله وما رياض الجنة؟ قال : "حلق الذكر".


Imam At-Turmudzi meriwayatkan; “Jika kalian melewati taman-taman surga, nikmatilah”, para shahabat bertanya; “Wahai Rasulallah, apakah yang di maksud taman-taman itu?”, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda; “Yaitu majlis-majlis dzikir”.


وروى أيضا : "من صلى الصبح فى جماعة ثم قعد يذكر الله تعالى حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة تامة تامة".


Imam At-Turmudzi juga meriwayatkan; “Barang siapa shalat shubuh berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga terbit matahari, kemudian shalat dua raka’at, maka baginya pahala seperti pahala hajji dan ‘umrah secara utuh dan sempurna”.


وروى البزار : "ذاكر الله تعالى فى الغافلين بمنزلة الصابر فى الفارين".


Al-Bazzar meriwayatkan; “Orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan orang-orang yang lalai, kedudukannya seperti orang yang sabar (tidak lari) dalam pertempuran di saat pasukan lainnya melarikan diri”.


وروى أيضا : "ما من قوم جلسوا مجلسا وتفرقوا عنه ولم يذكروا الله تعالى فيه إلا كأنما تفرقوا عن جيفة حمار، وكان عليهم حسرة يوم القيامة".


Al-Bazzar juga meriwayatkan; “Tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu perkumpulan, lalu berpisah darinya, sedangkan mereka tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala dalam perkumpulan itu, kecuali seakan-akan mereka telah berpisah dari bangkai himar, dan majlis tersebut akan menjadi kerugian bagi mereka kelak pada hari kiamat”.


وروى ابن أبى شيبة : "ما من آدمي إلا ولقلبه بيتان : فى أحدهما الملك، وفى الآخر الشيطان، فإذا ذكر الله تعالى خنس، وإذا لم يذكر الله تعالى وضع الشيطان منقاره فى قلبه ووسوس له".


Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan; “Tidaklah anak Adam memiliki hati kecuali dalam hatinya ada dua rumah, yang satu di tempati malaikat dan yang satu lagi di tempati syaitan, lalu apa bila ia berdzikir kepada Allah Tta’ala, syaitan akan pergi dan apa bila ia tidak berdzikir kepada Allah Tta’ala, syaitan akan meletakkan paruhnya dalam hatinya (mengausai hatinya) dan menggangunya”


وروى ابن حبان : "سيعلم أهل الجمع من أهل الكرم"، قيل : ومن أهل الكرم؟ قال : "أهل مجالسة الذكر".


Ibn Hibban meriwayatkan hadis; “Semua orang yang berkumpul di padang mahsyar akan di beritahukan tentang orang yang mulia”. Beliau di tanya; “Siapakah orang yang mulia itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab; “Orang yang selalu berada dalam majlis dzikir”.


وروى أبو داود : "لأن أقعد مع قوم يذكرون الله تعالى من صلاة الغداة حتى تطلع الشمس أحب إلي من أن أعتق أربعة من ولد إسماعيل".


Abu Dawud meriwayatkan; “Sungguh, aku duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah Ta'ala dari shalat shubuh hingga terbit matahari adalah lebih aku sukai dari pada aku membebaskan empat anak cucu Isma'il. Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah dari Shalat 'Ashar hingga matahari tenggelam adalah lebih aku sukai dari pada aku membebaskan empat orang budak”


وروى الإمام أحمد : "غنيمة مجالس الذكر الجنة".


Imam Ahmad meriwayatkan; “Hasil rampasan majlis-majlis dzikir adalah surga”


قال الشيخ عز الدين بن عبد السلام رحمه الله تعالى : وهذا الحديث وأمثاله يلحق بدرجة الأمر، لأن كل فعل مدحه الشارع أو مدح فاعله لأجله أو وعد عليه بخير عاجل أو آجل فهو مأمور به، لكنه تردد بين الإيجاب والندم، والأحاديث فى فضل الذكر كثيرة، فاعلم ذلك يا أخي ولا تترك الذكر (وَلَوْ مَعَ الْغَفْلَةِ)،


Syaikh ‘Izzuddin bin ‘Abdus-Salam rahimahullahu Ta’ala berkata; Hadits ini dan sesamanya, derajatnya di samakan dengan perintah, karena setiap perbuatan yang di puji syari’ (pembuat undang-undang), atau syari’ memuji pelakunya lantaran perbuatannya, atau syari’ berjanji akan memberi kebaikan baik di dunia maupun nanti di akhirat, adalah merupakan perkara yang di perintahkan, namun antara perintah wajib dan sunnatnya belum bisa di pastikan (sebelum ada dalil yang jelas yang mendukung terhadap perintah tersebut). Dan hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan dzikir sangat banyak, maka ketahuilah itu wahai saudaraku, dan janganlah engkau menunggalkan dzikir “sekalipun dalam keadaan lalai”


قال الإمام سهل رحمه الله تعالى : سيروا إلى الله تعالى عرجا ومكاسير ولا تنتظروا الصحة فإن انتظار الصحة بطالة .


Imam Sahl rahimahullahu Ta’ala berkata; “Berangkatlah engkau menuju Allah Ta’ala walau dalam keadaan pincang atau patah anggota tubuhnya, janganlah engkau menunggu sehat, karena menunggu sehat adalah perbuatan sia-sia”


وقال صاحب الحكم : لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله تعالى فيه، لأن غفلتك عن وجود ذكره اشد من غفلتك مع وجود ذكره، وعسى أن يرفعك من ذكر مع وجود غفلة إلى ذكر مع وجود يقظة ومن ذكر مع وجود يقظة إلى ذكر مع وجود حضور، ومن ذكر مع وجود حضور إلى ذكر مع غيبة عما سوى المذكور وما ذلك على الله بعزيز . فاعلم ذلك يا أخى .


Penulis kitab “Al-Hikam” (Imam Ibnu ‘Athoillah As-Sakandariy rahimahullahu Ta’ala) berkata; “Janganlah engkau meninggalkan dzikir hanya karena ketidak hadiran hatimu di hadapan Allah Ta’ala dalam berdzikir, sebab kelalaianmu dari berdzikir kepada-Nya adalah lebih buruk dari pada kelalaianmu dalam berdzikir kepada-Nya. Semoga Allah berkenan mengangkat derajatmu dari dzikir yang penuh dengan kelalaian menuju dzikir yang penuh dengan kesadaran, dari dzikir yang penuh dengan kesadaran menuju dzikir yang penuh dengan hadirnya hati, dan dari dzikir yang penuh dengan hadiranya hati menuju dzikir yang mentiadakan segala sesuatu selain-Nya, dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah sulit”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!


wasiat ke 15 Malu dan bertatakramah

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 15

Malu dan bertatakramah




(وَالْزَمْ الْحَيَاءَ)


أى الحياء الشرعي . فإنه من الإمان


“Hendaklah engkau senantiasa merasa malu”


Maksudnya malu secara Syar’iy, karena hal itu merupakan bagian dari iman.


وقد قالوا : العبادة اثنان وسبعون بابا أحد وسبعون فى الحياء من الله تعالى وواحد فى جميع أنواع البر،


‘Ulama’ salaf berkata; “’Ibadah memiliki 72 pintu, yang 71 pintu ada pada rasa malu kepada Allah Ta’ala, dan yang satu pintu ada pada segala macam ‘amal kebajikan”.


وفى الحديث : "استحيوا من الله تعالى حق الحياء" . قالوا : إنا نستحي يا رسول الله والحمد لله . قال : "ليس ذلك، ولكن من استحيا من الله تعالى فليحفظ الرأس وما وعى والبطن وما حوى وليذكر الموت والبلى، ومن أراد الآخرة ترك زينة الحيات الدنيا فمن فعل ذلك فقد استحي من الله تعالى حق الحياء".


Dalam sebuah hadits di sebutkan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; “Malulah engkau kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar malu”. Mereka (para Sahabat) berkata; Wahai Rasulallah, sesungguhnya kami malu, alhamdulillah. Beliau menjawab: “Bukan demikian, tetapi barang siapa yang malu kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar malu, hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang di kandungnya, menjaga perut dan apa yang di tampungnya, hendaklah ia mengingat kematian dan kebinasaan, barang siapa yang menginginkan akhirat, hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Barang siapa yang melakukan itu semua, ia telah malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benar malu”.


وكان الفضيل رحمه الله يقول : خمس من علامات الشقاء : القسوة فى القلب وجمود العين وقلة الحياء والرغبة فى الدنيا وطول الأمل .


Fudlail bin ‘Iyad rahimahullahu Ta’ala berkata; “Tanda-tanda orang celaka ada lima; Berhati keras (tidak mau menerima nasehat), bermata beku (tidak mau melihat kebenaran), sedikit memiliki rasa malu, cinta kemewahan dunia dan panjang angan-angan”.


وكان الثري رحمه الله يقول : إن الحياء والأنس يطرقان القلب، فإن وجدا فيه الزهد والورع حطا وإلا رحلا، وعلامة المستحي عدم وقوعه فى الذنب . قلت : لعل المراد بعدم الوقوع عدم الإصرار .


Syiakh As-Tsary rahimahullahu Ta’ala berkata; “Sesungguhnya rasa malu dan bahagia senantiasa mengetuk hati, lalu apabila keduanya menemukan zuhud dan wira’ maka ia akan tinggal di dalamnya, jika tidak, maka ia akan pergi. Dan tanda-tanda orang yang malu adalah ia tidak menjerumuskan dirinya ke dalam perbuatan dosa”. Aku berkata; Mungkin yang di maksud dengan tidak menjerumuskan diri ke dalam perbuatan dosa ialah; Tidak terus-menerus berbuat dosa.


وقد سئل سيدى على المرصفى رحمه الله تعالى عن معنى قولهم : لا يكون المريد مستقيما فى التوبة حتى لا يكتب عليه ملك الشمال ذنبا عشرين سنة، هل المراد أنه لا يقع فى معصية أصلا أم المراد أنه لا يصر بل يتوب ويستغفر على الفور؟


فقال : "المراد الثانى، لأن المريد الصادق إذا وقع فى الذنب بادر إلى التوبة والإستغفار فانمحى عند ذلك الذنب على الأثر فلا يجد الملك شيئا يكتبه لأنه يمكث أكثر من ساعة لعل العبد يتوب ويستغفر، فإذا ندم العبد واستغفر ترك الملك كتابة الذنب" .


Tuanku ‘Aly Al-Murshifi rahimahullahu Ta’ala pernah di tanya tentang makna pernyataan para ‘ulama’; “Seorang murid tidak akan lurus dalam bertaubat hingga malaikat yang ada di sebelah kirinya tidak mencatat suatu selama 20 tahun”, Apakah yang di maksud adalah seorang murid yang sama sekali tidak pernah terjerumus kedalam perbuatan maksiat, atau apakah ia tidak terus-menerus mengerjakan, tapi ia bertaubat dan beristighfar dengan segera?


Beliau menjawab; “Yang di maksud adalah yang kedua, karena murid yang bersungguh-sungguh apa bila terjerumus ke dalam suatu dosa, ia segera bertaubat dan beristighfar hingga bekas dosanya terhapus, dan malaikat tidak menemukan suatu apapun yang dapat di catatnya, karena malaikat yang di tugaskan mencatat dosa, diam (tidak langsung mencatatnya) lebih lama dari satu jam (menunggu) barang kali hamba itu akan bertaubat dan memohon ampun, apa bila seorang hamba merasa menyesal dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala (diantara waktu tersebut), maka malaikat meninggalkan untuk mencatat dosa tersebut”.


ثم لايخفى أن الملكين لا يكتبان إلا المعاصي القولية والفعلية إذا تلفظ بها صاحبها أو قال : فعلت كذا وكذا لقوله تعالى فيهما : "كراما كاتبين يعلمون ما تفعلون". والعلم غير الكتابة، فافهم .


Dan tidak di ragukan lagi bahwa kedua malaikat tersebut tidak akan mencatat kecuali perbuatan maksiat yang berupa ucapan dan perbuatan apa bila pelakunya mengatakan kemaksitan tersebut, atau berkata; Aku telah berbuat begini dan begitu, berdasarkan firman Allah Ta’ala mengenai keduanya; “Seungguhnya bagi kamu ada (malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang muliya (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Infithar 10-12). Mengetahui bukanlah mencatat. Fahamilah!.


(وَ) الزم أيضا يا أخي (الْأَدَبَ)


“Dan hendaklah engkau senantiasa berlaku sopan santun”


فقد قالوا : لا ينبغي للرجل أن يطلب العلم والحديث حتى يعمل فى الأدب عشرين سنة،


‘Ulama’ salaf berkata; “Tidaklah di anjurkan bagi seseorang untuk mencari ‘ilmu dan hadits hingga ia berlaku sopan santun adab selama 20 tahun”.


وقالوا : كاد الأدب أن يكون ثلثي الدين،


‘Ulama’ salaf berkata; “Adab sopan santun hampir mencapai 2/3 dari masalah agama”.


وقالوا : من ترخص فى الأدب رجع من حيث جاء،


‘Ulama’ salaf berkata; “Barang siapa yang menyepelekan adab, hendaklah ia kembali ketempat semula dari mana ia datang”.


وقالوا : من لا أدب له فلا شريعة له ولا إيمان ولا توحيد،


‘Ulama’ salaf berkata; “Barang siapa tidak memiliki adab, maka baginya tidak ada syari’at, tidak ada iman dan tidak ada tauhid”.


وقالوا : العبد يصل بعبادته إلى الجنة ولا يصل إلى حضرة الله تعالى إلا بالأدب فى العبادة ومن لم يراع الأدب فى طاعته فهو محجوب عن ربه تعالى،


‘Ulama’ salaf berkata; “Seorang hamba bisa sampai ke surga dengan ‘ibadahnya, namun ia tidak akan bisa sampai ke hadirat Allah Ta’ala kecuali dengan beradab dalam ber’ibadah, dan barang siapa yang tidak menjaga adab dalam keta’atannya, maka ia akan terhijab dari Allah Ta’ala”.


وقالوا : ترك الأدب موجب للطرد، فمن أساء الأدب على البساط رد إلى الباب، ومن أساء الأدب على الباب رد إلى سياسة الدواب،


‘Ulama’ salaf berkata; “Meninggalkan adab dapat menyebabkan terlempar, maka barang siapa yang buruk adabnya saat menginjak permadani kerajaan, ia akan terlempar kepintu gerbang, dan barang siapa yang buruk adabnya saat berada di pintu gerbang, ia akan terlempar ketempat pelatihan binatang”.


وقالوا : ما وصل أولياء الله تعالى إلى ما وصلوا بكثرة الأعمال، وإنما وصلوا بالأدب وحسن الخلق, فاعلم ذلك يا أخي .


Dan ‘Ulama’ salaf berkata; “Para wali Allah Ta’ala tidaklah sampai pada derajat yang mereka capai dengan banyaknya ‘amal, akan tetapi mereka mancapainya dengan adab dan budi pekerti yang baik”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


wasiat ke 14 Memperbanyak Istighfar

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 14

Memperbanyak Istighfar


Dalam hadits riwayat Bukhari di sebutkan: “Aku beristighfar kepada Allah dan aku bertaubat kepada-Nya dalam satu hari sebanyak 70 kali”. Dan dalam hadits riwayat Muslim di sebutkan: “Ketika hatiku gundah, maka aku beristighfar kepada Allah sebanyak 100 kali”.


Abu al-Hasan asy-Syadziliy menyatakan bahwa sudah seharusnya salik untuk selalu beristighfar kepada Allah meski tidak sedang melakukan dosa. Karena sebagaimana di sebutkan dalam hadits bahwa Nabi begitu sering ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah. Padahal Allah sudah dan mengampuni semua dosa Nabi.


Bahkan ketika rizki menjadi sulit, maka dengan istighfar pintu rizki akan menjadi terbuka. Sebagaimana hal ini di sebutkan dalam hadits Ibn Hibban: “Barang siapa menetapi istighfar, niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesempitan, menjadikan kemudahan dari setiap kesedihan-nya, dan memberinya rizki tanpa dia sangka-sangka”


Dan ketika suatu kaum selalu beristighfar, maka Allah tidak akan menimpakan suatu musibah kepada mereka. Sebagaimana firman Allah:


وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ


Dengan demikian, sudah seharusnya salik untuk selalu beristighfar memohon ampun kepada Allah. Agar dosa-dosa yang telah di lakukannya mendapat ampunan-Nya. Bahkan ketika dia mendapati orang-orang menilai dia sebagai orang yang baik, namun dalam dirinya tidak demikian. Maka bersegeralah untuk beristighfar kepada Allah ‘azza wa jala. Sebagaimana hal ini di utarakan oleh para ulama.


wasiat ke 13 Tidak berlaku zolim

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 13

Tidak berlaku zolim


(وَتَبَاعَدْ عَنِ الْوُقُوْعِ فِى مَظَالِمِ الْعِبَادِ)


مطلقا لأنه ديوان لا يتركه الله تعالى.


“Menjauhlah engkau dari berbuat dzalim terhadap hamba-hamba Allah” 


Secara mutlak, karena Allah Ta’ala tidak akan pernah meninggalkan pembukuan suatu ‘amal pun.


وأما ظلم العبد لنفسه بارتكاب المعاصى دون الشرك بالله تعالى وإن كان هو يرجع إلى ظلم النفس أيضا فإنه ديوان لايعبأ الحق تعالى به يغفر بالتوبة.


Kedzaliman seorang hamba terhadap dirinya sendiri adalah melakukan perbuatan-perbuatan maksiat selain menyekutukan Allah Ta’ala (syirik) walaupun syirik juga termasuk dzalim terhadap diri sendiri. Karena sekalipun kedzaliman itu tercatat dalam pembukuan ‘amal, Allah Al-Haqq Ta’ala tidak akan perduli dengannya, Dia akan mengampuninya dengan bertaubat.


قال سيدى على الخواص رحمه الله تعالى : مظالم العباد على ثلاثة أقسام، قسم يتعلق بالنفوس، وقسم يتعلق بالأموال، وقسم يتعلق بالأعراض.


Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata; “Kedzaliman terhadap sesama hamba terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kedzaliman yang berhubungan dengan; jiwa, harta dan kehormatan”


فأما النفوس فلها أحكام عديدة فى مثل قتل العمد والخطأ ووجوب القود والدية والكفارة وغير ذلك مما هو مذكور فى كتب الفقه.


Adapun kedzaliman yang berhubungan dengan jiwa terdapat beberapa hukum seperti; Membunuh dengan sengaja, tidak sengaja, wajib qishash, membayar diyat (tebusan), membayar kafarat (denda atas pelanggaran) dan lain sebagainya yang semua itu di jelaskan dalam kitab-kitab fiqih.


وأما الأموال فإنه لا بد من ردها إلى المظلوم أو وارثه وإن تعذر ذلك لم يبق غير التصدق بها عن صاحبها على مذهب من يرى ذلك، فإن عجز عن رد المظالم فليستكثر  من الحسنات التى يوفى منها الغرماء عند الميزان وإلا فليتأهب لتحمل أثقال المظلوم وأوزاره يوم القيامة كما ورد فى الصحيح "أن من كانت له حسنات أخذ من حسناته وأعطى المظلوم، ومن لم يكن له حسنات طرح عليه من سيئات المظلوم وكتب له كتاب إلى النار"


Sedangkan kedzaliman yang berhubungan dengan harta tidak boleh tidak harta tersebut harus di kembalikan kepada orang yang terdzalimi atau kepada ahli warisnya, bila kesulitan, maka harus mensedekahkannya atas nama pemilik harta menurut madzhab ‘ulama’ yang berpendapat demikian. Bila tidak mampu lagi untuk mengembalikannya, maka harus memperbanyak ‘amal-‘amal kebajikan untuk di bayarkan kepada orang yang terdzalimi kelak saat timbangan ‘amal, jika tidak, maka bersiap-siaplah untuk menanggung beban dan dosa-dosa orang yang terdzalimi kelak pada hari kiamat sebagaimana telah di tetapkan dalam hadits shahih; “Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat; “Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; “Sesungguhnya ummatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya di ambil untuk di berikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka di ambil untuk di bebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia di lemparkan ke neraka”


وأما الأعراض، فقد ذكر بعض محققي الأئمة فيها تفصيلا حسنا لعله أحوط الوجوه فى هذا الباب، وهو أن تلك المظلمة إن كانت غيبة أو نميمة فلا يخلو الأمر فيها من أحد حالين : إما أن تكون قد بلغت المظلوم أو لم تبلغه فإن بلغت تعين التحلل منها، وإن لم تبلغه كان تبليغها له أذى جديدا فيورث من الحقد وانقطاع المودة ونحو ذلك ما هو أصعب من تلك المظلمة فالطريق فى ذلك كثرة الإستغفار له دون تبليغه وطلب التحلل منه،


Dan kedzaliman yang berhubungan dengan kehormatan, sebagian Imam ahli tahqiq telah menyatakan tentangnya secara rinci dengan rincian yang sangat baik, mungkin itu merupakan langkah yang sangat berhati-hati dalam menangani masalah ini. pernyataannya adalah; Apa bila kedzaliman itu berupa ghibah (menggunjing) atau namimah (adu domba), maka kedzaliman tersebut tidak terlepas dari salah satu di antara dua hal, yaitu; Adakalanya kedzaliman itu telah sampai kepada orang yang terdzalimi, dan adakalanya tidak atau belum sampai kepadanya. Apa bila kedzaliman itu telah sampai kepada orang yang terdzalimi, maka ia wajib memohon agar kedzalimannya di ma’afkan. Dan apa bila belum sampai kepadanya, maka (jangan sekali-kali menyampaikannya, karena) menyampainya kedzaliman tersebut kepadanya berarti ia melakukan kedzaliman yang baru hingga menimbulkan dendam, putusnya tali kasih sayang dan sesamanya yang berupa persoalan yang lebih rumit dari pada kedzaliman itu sendiri. Adapun jalan penyelesaiannya adalah banyak-banyak memintakan ampun untuk orang yang terdzalimi, bukan menyampaikanya dan bukan memohon kepada madzlum agar mema’afkan kedzalimannya.


ثم لا يخفى عليك يا أخى أن من الذنوب ما يشبه أمره من جهة كونه من مظالم النفس أو مظالم العباد كالزنا واللواط مثلا، فإن الأمر فى ذلك يحتاج إلى تفصيل ليظهر بواسطة رجائه الصواب، وهو أن يقال : إن كان المفعول به مبتدئا كانت تلك المظلمة من مظالم النفس، وإن كان الفاعل قد راوده وعاوده كان ذلك من مظالم العباد الصعبة، لأنه آذى تلك الصورة وقهرها وجرها إلى المعصية، ومن سن سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها إلى يوم القيامة، وأيضا فإنه هتك عرضها وآذى أهلها وحملهم العار وغير ذلك .


Kemudian tidak di ragukan lagi olehmu wahai saudaraku bahwa di antara dosa-dosa ada lagi dosa yang kasusnya serupa antara apakah termasuk dzalim kepada diri sendiri atau dzalim kepada orang lain? Seperti perzinahan dan liwath (homosexual). Kasus semacam ini harus di tafshil (dirinci) agar nampak yang sebenarnya mana yang dzalim kepada diri sendiri dan mana yang dzalim kepada orang lain. Rinciannya yaitu; Apa bila yang memulai adalah pihak sasaran (wanita), maka itu termasuk dzalim kepada dirinya sendiri, sedangkan apa bila pihak pelaku (laki-laki) yang merayu dan memaksanya, maka itu termasuk kedzaliman terhadap sesama hamba yang sangat rumit, sebab dalam kasus semacam ini ia memaksanya dan menyeretnya kepada perbuatan ma’siyat, “Barang siapa memberi contoh dengan contoh yang buruk, maka ia menanggung dosanya dan dosa orang yang melakukannya sampai hari kiamat” Dan sesungguhnya ia juga merusak kehomatannya, menyakiti, dan mempermalukan keluarganya dan lain sebagainya.


(تنبيه)


الأعراض أشد من الأموال . قال العلماء : لو أن شخصا أخذ مال شخص ثم تورع فجاء به بعد موته إلى ورثته وإلى جميع أهل الأرض فجعلوه فى حل ما كان فى حل فعرض المؤمن أشد من ماله،


(Peringatan);


Kehormatan seseorang adalah lebih berharga dari pada hartanya. Para ‘ulama’ berkata; Seandainya seseorang mengambil harta orang lain, kemudian ia berlaku wira’i, lalu setelah orang itu meninggal dunia ia datang dengan membawa harta tersebut kepada ahli warisnya dan kepada seluruh penduduk bumi, maka mereka dapat menghalalkannya selama harta tersebut berupa harta halal. Adapun urusan dengan kehormatan seseorang adalah lebih berat tanggung jawabnya dari pada berurusan dengan hartanya.


ومن كلام الشيخ أبى المواهب الشاذلى رحمه الله تعالى : "مما يوقف المريد عن الترقى وقوعه فى غيبة أحد من المسلمين"، ومن ابتلي بوقوعه فى ذلك فليقرأ الفاتحة وسورة الإخلاص والمعوذتين ويجعل ثوابهن فى صحائف ذلك الشخص، فإنى رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم فى المنام وأخبرنى بذلك وقال : "إن الغيبة والثواب يقفان بين يدي الله تعالى وأرجو أن يتوازنا" فاعلم ذلك يا أخي .


Syaikh Abu Al-Mawahib As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Sebagian dari perkara yang dapat menghambat seorang murid untuk naik derajat adalah menggunjing salah seorang dari orang-orang muslim” Barang siapa yang di uji berupa terjerumus kedalam masalah tersebut hendaklah ia membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlash, dan Al-Mu’awwidzatain, dan menghadiahkan pahalanya kepada orang yang di gunjing, karena aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tidurku memberi kabar kepadaku tentang hal itu, Beliau bersabda; “Sesungguhnya (dosa) ghibah dan pahala (bacaan itu) keduanya berhenti di hadapan Allah Ta’ala, aku berharap keduanya menjadi seimbang”


Ketahuilah wahai saudaraku!.


wasiat ke 12 Mengistiqomakan shalat berjamaah

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 12

Mengistiqomakan shalat berjamaah


 


(وَ) لا تترك أيضا (صَلَاةَ الْجَمَاعَةِ)


“Janganlah engkau meninggalkan shalat berjama’ah”


فقد قالوا : مااجتمع جماعة إلا وفيهم ولي الله تعالى يشفعه الله تعالى فى رفقته،


Para ‘ulama’ salaf berkata; “Tidaklah berkumpul suatu perkumpulan kecuali di dalamnya ada wali (kekasih) Allah Ta’ala yang mendapatkan ijin untuk memberikan syafa’at terhadap rekan-rekannya”


وثبت فى صحيح مسلم عن أبى هريرة : أن رجلا أعمى أتى إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ليس لى قائد يقودنى إلى المسجد فهل لى رخصة أن أصلي فى بيتى؟ فرخص له، فلما ولى دعاه، فقال : "هل تسمع النداء بالصلاة؟" قال : نعم، قال : "فأجبه".


Telah di tetapkan dalam kitab shahih Muslim dari Abu Hurairah; “Bahwa seorang laki-laki buta pernah menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; ‘Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid, apakah ada keringanan bagiku untuk shalat di rumahku?’. Lalu beliau member keringanan kepadanya, namun ketika laki-laki itu berpaling, beliau memanggilnya dan bertanya; “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)?”. Laki-laki itu menjawab; “Benar”. Beliau bersabda; “Penuhilah seruan tersebut”.


وقد كان السلف يعدون فوات صلاة الجماعة مصيبة، وقد وقع أن بعضهم خرج إلى حائط له "يعنى حديقة نخل" فرجع وقد صلى الناس بصلاة العصر، فقال : إنا لله فاتتنى صلاة الجماعة أشهدكم على أن حائطى على المساكين صدقة.


‘Ulama’ salaf menganggap hilangnya shalat berjama’ah adalah suatu musibah. Sungguh telah terjadi bahwa salah seorang ‘ulama’ salaf pada suatu ketika pergi melihat kebun kurma miliknya, setelah pulang, ternyata orang-orang telah mengerjakan shalat ‘ashar, maka beliau berkata; “inna lillah, aku telah kehilangan shalat berjama’ah, aku bersaksi atas kalian bahwa kebun kurmaku aku shadaqahkan untuk orang-orang miskin”


وفاتت عبد الله بن عمر رضى الله عنهما صلاة العشاء فى الجماعة فصلى تلك الليلة حتى طلع الفجر جبرا لما فاته من صلاة العشاء فى الجماعة،


‘Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma pernah kehilangan shalat ‘isya’ berjama’ah, maka beliau mengerjakan shalat pada malam itu hingga terbit fajar sebagai ganti dari shalat ‘isya’ ber jama’ah yang hilang.


وعن عبيد الله بن عمر الفواريرى رحمه الله تعالى قال : لم تكن تفوتنى صلاة فى الجماعة فنزل بى ضيف فشغلت بسببه عن صلاة العشاء فى المسجد فخرجت أطلب المسجد لأصلى فيه مع الناس فإذا المسجد كلها قد صلى أهلها وغلقت فرجعت إلى بيتى وأنا حزين على فوات صلاة الجماعة فقلت : ورد فى الحديث "إن صلاة الجماعة تزيد على صلاة الفذ سبعا وعشرين" فصليت العشاء سبعا وعشرين مرة ثم نمت فرأيتنى فى المنام على فرس مع قوم على خيل وهم أمامى، وأنا أركض فرسى خلفهم فلا ألحقهم، فلتفت إلى واحد منهم وقال : تتعب فرسك فلست تلحقنا، فقلت : ولم يا أخى؟ قال : لأنا صلينا العشاء فى الجماعة وأنت صليت وحدك فاستيقظت وأنا مهموم حزين.


Dari ‘Ubaidillah bin ‘Amr Al-Qowaririy rahimahullahu Ta’ala ia berkata; Aku tidak pernah kehilangan shalat berjama’ah, namun pada suatu ketika datanglah seorang tamu kepadaku hingga menyibukkanku dari mengerjakan shalat ‘isya’ di masjid, maka aku pun pergi mencari beberapa masjid untuk mengerjakan shalat ‘isya’ di sana bersama dengan orang-orang, dan ternyata semua orang telah mengerjakan shalat, dan semua masjid telah di kunci, akhirnya aku kembali pulang kerumahku dalam keadaan sedih atas hilangnya shalat berjama’ah. Lantas aku teringat sebuah hadits; “Sesungguhnya shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian 27 kali lipat”, maka aku pun mengerjakan shalat ‘isya’ sebanyak 27 kali kemudian tidur. Dan dalam tidurku aku melihat diriku menaiki kuda bersama-sama dengan suatu kaum, sedangkan mereka ada di depanku, dan aku memacu kudaku di belakang mereka, namun aku tetap tidak dapat mengejarnya. Lalu salah seorang dari mereka menoleh padaku dan berkata; “Percuma saja engkau membuat letih kudamu, engkau tidak akan dapat mengejar kami”, maka aku bertanya; “Mengapa demikian wahai saudaraku?”. Ia menjawab; “Karena kami shalat ‘isya’ berjama’ah, sedangkan engkau shalat sendirian”. Lantas aku terbangun, sementara aku merasa susah dan sedih.


وقال بعض السلف : "ما فاتت أحدا صلاة الجماعة إلا بذنب أصابه"


Sebagian ‘ulama’ salaf berkata: “Seseorang tidak akan kehilangan shalat berjam’ah kecuali karena dosa yang telah menimpanya”


وقد كانوا يعزون أنفسهم سبعة أيام إذا فاتت أحدهم صلاة الجماعة، وقيل ركعة، ويعزون أنفسهم ثلاثة أيام إذا فاتتهم التكبيرة الأولى مع الإمام، فاعلم ذلك يا أخى.


Dan ‘ulama’ salaf berbela sungkawa terhadap dirinya sendiri selama tujuh hari apa bila salah seorang dari mereka kehilangan shalat berjama’ah. Ada yang mengtakan apa bila kehilangan satu raka’at. Dan mereka berbela sungkawa terhadap dirinya sendiri selama tiga hari apa bila kehilangan takbiratul-ihram bersama imam.

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


wasiat ke 11 Jangan meninggalkan ibadah malam

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 11

Jangan meninggalkan ibadah malam


(وَلَا تَتْرُكْ قِيَامَ اللَّيْلِ)


فإنه نور المؤمن يوم القيامة يسعى من بين يديه ومن خلفه،


“Janganlah engkau meninggalkan ‘ibadah malam hari”


Karena sesungguhnya qiyamullail (‘ibadah malam hari) adalah cahaya orang mu’min kelak pada hari kiyamat yang akan menerangi arah depan dan belakangnya.


وفى كلامهم : من طال وقوفه بين يدي الله تعالى فى الظلام ثبت الله تعالى قدميه على الصراط يوم تزلزل الأقدام،


Kalam para ‘ulama’ menyatakan; Barang siapa yang diam lama-lama di hadapan Allah Ta’ala di malam yang gelap, maka Allah Ta’ala akan mengukuhkan kedua kakinya di atas shirat kelak pada hari di mana kaki-kaki banyak terpeleset.


وقد روى مسلم فى صحيحه "أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة فى جوف الليل"


Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab shahihnya; “Shalat yang paling utama setelah shalat maktubah adalah shalat di tengah malam”


وروى البيهقى والنسائى : "يحشر الناس فى صعيد واحد يوم القيامة فينادى مناد فيقول : أين الذين كانوا تتجافى جنوبهم عن المضاجع فيقومون وهم قليل فيدخلون الجنه بغير حساب، ثم يؤمر بسائر الناس إلى الحساب"


Imam Baihaqi dan Nasa-i meriwayatkan; 

“Kelak pada hari kiyamat manusia akan di kumpulkan dalam satu tempat, lalu sang penyeru berseru; Wahai di makah orang-orang yang lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidur? Maka mereka bangkit dan jumlah mereka sangat sedikit, kemudian mereka di masukkan ke surga tanpa hisab, dan manusia lainnya di perintahkan untuk di hisab”


وروى الترمذى : "عليكم بقيام الليل، فإنه دأب الصالحين قبلكم وقربة إلى ربكم ومكفرة السيئات ومنهاة عن الإثم" وفى رواية للطبرانى "ومطردة للداء عن الحسد".


Imam At-Tirmidzi meriwayatkan; “Hendaklah kalian melakukan shalat malam, karena shalat malam merupakan adat kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, dapat menghapus kesalahan-kesalahan dan mencegah dari dosa” Dalam riwayat Imam Thabrani di sebutkan; “dan menolak penyakit dari badan”


وروى ابن أبى الدنيا والبيهقى : "أشراف أمتى حملة القرآن وأصحاب الليل"


Imam Ibn Abid-Dun_ya dan Al-Baihaqi meriwayatkan; “Ummatku yang paling mulia adalah orang yang hafal Al-Qur an dan ahli shalat malam”


وروى الطبرانى فى الكبير : "من بات ليلة فى خفة من الطعام والشراب يصلى تداركت حوله الحور العين حتى يصبح"


Imam At-Thabrani meriwayatkan dalam kitab Al-Kabir; “Barang siapa tidak tidur semalaman, sedikit makan dan minum karena mengerjakan shalat, maka para bidadari akan mengelilinginya sampai subuh”


وكان سيدى أحمد بن الرفاعى رحمه الله تعالى يقول لأصحابه : "عليكم بالقيام فى الثلث لآخر من الليل ولا تفرطوا فى ذلك فإنه ما من ليلة من ليالى السنة إلا وينزل فيها رزق من السماء فيفرق على المستيقظين ويحرم منه النائمون"


Tuanku Ahmad ibn Ar-Rifa’iy rahimahullahu Ta’ala berkata kepada murid-muridnya; “Hendaklah kalian senantiasa shalat pada sepertiga malam bagian akhir, dan janganlah kalian melalaikan hal itu, karena sesungguhnya tidak ada satu malam pun dalam setiap tahunnya melainkan pada malam itu Allah Ta’ala akan menurunkan rizki dari langit lalu membagi-bagikanya kepada orang yang terbangun, dan orang yang tidur akan terhalang darinya”


وقد أوحى الله تعالى إلى السيد داود عليه الصلاة والسلام : "يا داود كذب من ادعى محبتى فإذا جن الليل نام عنى"


Allah Ta’ala mewahyukan kepada Nabi Dawud ‘alaihishshalatu wassalam; “Wahai Dawud! Bohonglah orang yang mengaku cinta kepada-Ku namun apa bila malam menjadi gelap ia tidur meninggalkan ‘ibadah kepada-Ku”


وكان سيدى على الخواص رحمه الله تعالى يحث أصحابه كثيرا على نية قيام الليل ويقول : "إن الشارع قد رتب الثواب على النيات لا على العمل، فمن عزم على خير ولا يقسم له أعطاه الله تعالى أجر نيته فإنه قال فى الحديث "إنما لكل امرئ ما نوى" ولم يقل لكل امرئ ما فعل".


Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala sering menganjurkan kepada murid-muridnya untuk berniat qiyamullail dan berkata bahwa: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengatakan bahwa "penetapkan pahala pada niat bukan pada ‘amal, barang siapa berniat untuk melakukan ‘amal kebajikan, namun ‘amal kebajikan itu tidak di bagikan kepadanya, maka Allah Ta’ala tetap memberinya pahala dari niatnya,

(Tambahan admin:

Ingatlah kata pahala di sini hanya untuk kita ketahui sebagai ketetapan allah, bukan untuk kita inginkan, seorang sufi tidak menginginkan apapun selain Allah tanpa terkecuali pahala dan syurga, amalnya bukan karna mengharap pahala tapi hanya sebagai pengabdian pada allah semata) kembali ke terjemahan kitab:


karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Seseorang hanya akan mendapatkan apa yang di niatkan” 

(Maksudnya adalah niat itu menentukan nilai amal ibada seseorang, maka jangan salah menujukan niat, niat jangan karna manusia, jangan supaya di lancarkan rejeki, supaya dapat pahala, supaya masuk syurga, tapi hanya semata mata mengabdi pada allah)


Beliau tidak bersabda; “Seseorang hanya akan mendapatkan apa yang di’amalkan”

(Maksudnya amal semata tidak di nilai allah sebagai kebaktian darimu tanpa niat yang benar, penjelasan niat ini sudah di jelaskan di atas)


فعلم أن من واظب على ترك قيام الليل ليس له فى طريق الصالحين نصيب،


Dengan demikian dapat di fahami bahwa orang yang terus menerus meninggalkan qiyamullail, ia tidak akan mendapatpan bagian dalam menempuh jalan orang-orang shlalih. 


وتأمل يا أخى أن من يعكس فى حضوره موكب السلطان كيف يقطعون جامكيته تبصرة وذكرى لأولى الألباب، فاعلم ذلك يا أخى.


Renungkanlah wahai saudaraku! Bahwa orang yang tidak pernah hadir ke suatu perkumpulan seorang raja, bagaimana ia akan mendapatkan pemberiannya?. Sebagai pelajaran dan peringatan bagi orang yang berakal. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!


ولا تترك قيام الليل، فقد ورد أن أم السيد سليمان عليه السلام قالت : "يا بنى لا تترك قيام الليل، فإن ترك قيام الليل يدع فقيرا يوم القيامة"


Dan janganlah engkau meninggalkan qiyamullail, karena telah sampai suatu kabar bahwa ibu Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berpesan; “Wahai anak kecilku! Janganlah engkau meninggalkan qiyamullail, karena meninggalkan qiyamullail dapat menyebabkan kafakiran seseorang kelak pada hari kiamat”


(وَلْيَكُنْ) اى قيام الليل (فِى بَيْتِكَ)


“Dan hendaklah engkau melaksanakan qiyamullail di rumahmu”


لما ورد "صل فى زوايا بيتك يكن نور بيتك فى السماء كنور الكواكب والنجوم لأهل الدنيا"


Karena ada hadits yang menyatakan; “Shalatlah engkau di pojok-pojok rumahmu, niscaya cahaya rumahmu akan nampak dari langit bagaikan cahaya benda-benda planet dan bintang-bintang bagi penduduk bumi” 


وفى الصحيحين "أفضل الصلاة صلاة المرء فى بيته إلا المكتوبة"


Di sebutkan dalam shahih Bukhari dan Muslim; “Sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya keculi shalat maktubah”.


وقال بعض السلف : "إن فضل صلاة النافلة فى البيت كفضل الفريضة فى المسجد"


Sebagian ‘ulama’ salaf berkata; “Sesungguhnya keutamaan shalat sunnat di rumah seperti keutamaan shalat fardlu di masjid”.


وعن أبى الجلد قال : "لقي عيسى عليه الصلاة والسلام إبليس، فقال له : يا إبليس، أسألك بالحي القيوم ما الذى يسل جسمك ويقطع ظهرك؟


فقال إبليس : يا نبي الله، لولا أنك سألتنى بالحي القيوم ما أخبرك. أما الذى يسل جسمى فصهيل الخيل فى سبيل الله تعالى، وأما الذى يقطع ظهرى فصلاة الرجل الفريضة فى مسجد والنافلة فى بيته"، فاعلم ذلك يا أخى.


Di riwayatkan dari Abu Al-Jald ia berkata; “Suatu ketika Nabi ‘Isa alaihis shalatu wassalam bertemu dengan iblis, lalu beliau berkata kepadanya; Wahai iblis! Aku hendak bertanya kepadamu Demi Dzat Yang Maha Hidup Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya); Apakah kiranya yang dapat melumpuhkan tubuhmu dan memutuskan punggungmu? Iblis menjawab; Wahai Nabi Allah! Sungguh seandainya engkau bertanya kepadaku tidak dengan bersumpah demi Dzat Yang Maha Hidup Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tentu aku tidak akan memberitaukanmu. Adapun perkara yang dapat melumpuhkan tubuhku adalah suara kuda yang digunakan berperang di jalan Allah Ta’ala, sedangkan perkara yang dapat memutuskan punggungku adalah seseorang yang shalat fardlu dimasjid dan shalat sunnat dirumahnya”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!


ولا تشرع فى قيام الليل إلا (بَعْدَ انْقِضَاءِ النِّصْفِ الْأَوَّلِ) من الليل، وذلك لأن نصب الموكب الإلهى لا يكون إلا بعد دخول النصف الثانى من الليل، وهو اول وقوف كبراء الحضرة الإلهية،


Dan janganlah engkau bersegera melaksanakan qiyamullail kecuali setelah berakhirnya separu malam bagian pertama. Demikian itu karena perkumpulan Ilahiy tidaklah dimulai  kecuali setelah masuknya separu malam bagian kedua. Dan karena separu malam bagian kedua merupakan permulaan menghadapnya para pembesar Ilahiyyah.


ومن الأدب أن لا يقف العبد بين يدى سيده إلا بعد وقوف من هو أكبر منه عادة، وعلى ذلك أهل حضرة ملوك الدنيا، فلا يقف الأدون إلا بعد وقوف الأكبر،


Di antara adab-adabnya yaitu hendaklah seorang hamba tidak menghadap kepada Tuannya kecuali setelah orang yang lebih mulia darinya secara umum telah menghadap. Orang-orang yang ahli menghadap kepada raja-raja dunia pun demikian, mereka yang derajatnya lebih rendah tidaklah menghadap kecuali setelah orang yang lebih tinggi derajatnya telah menghadap.


وقد كان سيدى على الخواص رحمه الله تعالى إذا جاء إلى الجامع لصلاة الصبح ولم ير فى الجامع أحدا يقف على بابه خاضعا ذليلا ويقول : "مثلى لا يدخل إلى حضرة سيده الخاصة إلا تبعا لغيره"


Adalah tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullalhu Ta’ala, apabila beliau datang ke masjid untuk shalat subuh, dan di sana tidak terlihat seorangpun, maka beliau berdiri di depan pintu masjid dengan merendahkan diri dan merasa hina seraya berkata; “Seorang hamba seperti diriku tidaklah pantas menghadap kepada tuannya secara khusus melainkan karena mengikuti yang lainnya”.


(تنبيه)


ينبغى لمن ثقل عليه قيام الليل وترادف عليه الكسل أن يفتش نفسه، فربما يكون ذلك من وقوع فى المعاصى الباطنة كرياء وكبر وعجب وحقد وحسد ومكر وحب محمدة ودنيا وغير ذلك، فيبادر إلى التوبة من مثل ذلك، وإلا فعل الأمور المكفرة للذنوب فإن الذنوب إذا كفرت عن العبد فقد طهرت ذاته وما بقي لها مانع من الوقوف بين يدى ربها فى تلك المواكب الشريفة إلا عدم القسمة,


(Peringatan);


Seharusnya bagi orang yang merasa berat dan malas untuk qiyamullail, hendaklah ia meneliti dirinya sendiri, karena demikian itu terkadang di sebabkan oleh adanya maksiat-maksiat bathin seperti; riya’, sombong, ‘ujub, dendam, dengki, tipu daya, senang di puji, cinta dunia dan lain-lainnya, kemudian segeralah bertaubat dari hal semacam itu, atau mengerjakan pekerjaan yang dapat menghapus dosa-dosa. Karena sesungguhnya apa bila suatu dosa telah di hapus dari seorang hamba, maka jiwanya menjadi suci dan tidak tersisa lagi baginya perkara yang mencegahnya untuk hadir kehadapan Tuhannya dalam perkumpulan yang mulia tersebut, kecuali bila tidak mendapat bagian.


وكان سيدى أفضل الدين رحمه الله تعالى ونفعنا ببركته : إذا وجد فى قلبه شيئا من الأمراض الباطنة يترك قيام الليل ويقول : "أستحى أن أقف بذاتى المتلطخة بالقذر بين أصفياء الله تعالى"،


Tuanku Afdholud-Din -semoga Allah Ta’ala mengasihnya dan memberikan manfa’at kepada kita lantaran barakahnya- apa bila beliau mendapatkan suatu penyakit bathin dalam hatinya, beliau meninggalkan qiyamullail dan berkata; “Aku malu dengan jiwaku yang berlumur salah dan dosa untuk hadir di antara orang-orang suci pilihan Allah Ta’ala”.


وكان بعضهم إذا نام عن حضور الموكب الإلهى فى ليلة من الليالى يقول : "لك الفضل يا رب الذى لم توقف هذه الذات النجسة القذرة بين أهل حضرتك الطاهرين المطهرين".


Sebagian ‘ulama’ salaf apa bila pada suatu malam tertidur dari menghadiri perkumpulan Ilahiy beliau berkata; “Bagi-Mu-lah keutamaan wahai Tuhanku yang tidak membangkitkan jiwa yang najis dan kotor ini di antara para ahli hadir kepada-Mu yang suci dan di sucikan”


قلت : وهذا وإن كان فيه خير كثير من جهة هضم النفس فينبغى للعبد أن يندم ويحزن على فوات حظه من الوقوف بين يدى ربه تعالى فى تلك المواكب الشريفة وقت تفرق الغنائم، فاعلم ذلك يا أخى.


Aku (Syaikh As-Sya’raniy) berkata; Perkataan tersebut, walaupun di dalamnya banyak mengandung kebaikan bila di tinjau dari segi menghancurkan hawa nafsu, namun bagi seorang hamba tetap di anjurkan untuk menyesal dan bersedih atas hilangnya kesempatan untuk hadir kehadapan Tuhannya Ta’ala dalam perkumpulan yang mulia pada saat Allah membagi-bagikan rahmat-Nya.


Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


wasiat ke 10 Diam tak banyak bicara.

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 10

Diam tak banyak bicara.


 


(وَ) الزم (الصُّمْتَ)


إلا لضرورة شرعية.


“Hendaklah engkau senantiasa diam”


Kecuali karena darurat secara syar’iy


قال صلى الله عليه وسلم "من سره أن يسلم فليلزم الصمت"


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Barang siapa yang ingin selamat, maka hendaklah ia senantiasa diam”


وكان الأستاذ القشيرى رحمه الله تعالى يقول : "إنما آثر القوم السكوت لما علموا أن الكلام من الآفات ثم لما فيه من حظ النفس وإظهار صفات المدح والميل إلى من يميز عن أشكاله بحسن النطق وغير هذا من آفات الكلام"


Al-Ustadz Qusyairy rahimahullahu Ta’ala berkata; 

“Para ‘Ulama’ lebih memilih diam karena mereka tahu bahwa dalam berbicara terdapat marabahaya, dan karena sesuatu yang ada di dalamnya yang berupa bagian dari nafsu, menunjukkan sifat terpuji, dan condong pada orang yang membedakan bentuk pembicaraan dengan kebagusan berbicara dan lain-lainnya”


وكان الشيخ أبو بكر بن عياش رحمه الله تعالى يقول : "كثرة الكلام تنشف الحسنات كما تنشف الأرض بعد الماء"


Syaikh Abu Bakar bin ‘Ayyas rahimahullahu Ta’ala berkata; “Banyak bicara dapat menyerap kebaikan-kebaikan sebagaimana bumi dapat menyerap air yang jauh”


وكان الفضيل رحمه الله تعالى يقول : "من عد كلامه من عمله قل كلامه، وما ورثوا الحكمة إلا بالصمت والتفكر، والورع فى النطق أشد منه فى اللقمة والثياب"


Fudlail bin ‘Iyad rahimahullahu Ta’ala berkata; “Barang siapa yang menganggap pembicaraannya sebagian dari ‘amal ‘ibadah, tentu sedikitlah bicaranya, para ‘ulama’ tidak mewariskan ‘ilmu hikmah kecuali dengan diam dan tafakkur. Dan menjauhkan diri dari berbicara adalah lebih penting dari pada sesuap nasi dan sehelai pakaian”


وقد أجمعوا على أن الأنوار الربانية تخرج من قلب المريد إذا تكلم بلغو ويصير قلبه مظلما، وأنه متى انهدم ركن من أركان الطريق تبعه الباقى، وذكروا أن معظم الأركان أربعة : الجوع، والسهر، والعزلة، والصمت، وما زاد على هذه فهو من التوابع،


Para ‘ulama’ sepakat bahwa Nur Ilahiy akan keluar dari hati seorang murid apa bila ia berbicara percuma, dan hatinya akan menjadi gelap. Sesungguhnya apa bila salah satu unsur dari beberapa unsur jalan menuju Allah Ta’ala telah hancur, maka yang lainnya akan ikut hancur. Para ‘ulama’ menyatakan bahwa unsur yang paling penting ada empat; Lapar, tidak tidur malam, ‘uzlah dan diam, sedang unsur yang lain selain yang empat ini adalah sebagai pendukung.


وأنشدوا :


بيت الولاية قسمت أركانه # ساداتنا فيه من الأبدال


ما بين صمت واعتزال دائما # والجوع والسهر النزيه الغالى


فاعلم ذلك يا أخى.


Mereka (para ‘ulama’) mengucapkan bait sya’ir:


Gedung kewalian unsur-unsurnya terbagi (menjadi empat bagian)  tuan-tuan kami yaitu para wali Abdal senantiasa berada di dalamnya


Unsur yang berada di antara diam, ‘uzlah selalu  lapar dan tidak tidur malam yang bersih adalah sangat mahal harganya


Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


wasiat ke 9 Melakukan uzlah

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 9

Melakukan uzlah



(وَالْزَمْ الْعُزْلَةَ)


فإن فيها خيرى الدنيا والآخرة،


 


 “Hendaklah engkau senantiasa mengasingkan diri (uzla)”


Karena di dalam ‘uzlah (mengasingkan diri) terdapat kebaikan dunia dan akhirat.


وقد روى الشيخان عن أبى سعيد الخدرى رضي الله تعالى عنه "أن رجلا قال : أى الناس أفضل يا رسول الله؟ قال رجل يجاهد بنفسه وماله فى سبيل الله تعالى، قال ثم من؟ قال رجل يعتزل فى شعب من الشعاب يعبد ربه"،


Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa’id Al-khudry radiyallahu Ta’ala: “Bahwa seorang laki-laki bertanya; Siapakah orang yang paling utama wahai Rasulallah? Beliau menjawab; “Orang yang berjuang dengan jiwa dan hartanya di jalan Allah Ta’ala” Kemudian siapa? Tanya laki-laki itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab; “Seseorang yang menjauh dari keramaian mengasingkan diri di bukit-bukit gunung untuk ‘ibadah kepada Tuhannya”


وكان السرى رحمه الله تعالى يقول : "من أراد أن يسلم له دينه وأن يستريح بدنه ويقل غمه فليعتزل الناس"،


ويؤيده حديث "ليأتين على الناس زمان لا يسلم لذى دين دينه إلا من فر بدينه من قرية إلى قرية ومن شاهق إلى شاهق ومن حجر إلى حجر كالثعلب الذي يروع"


Syaikh As-Sirriy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Barang siapa yang ingin selamat agamanya, ringan bebannya dan sedikit susahnya, hendaklah ia mengasingkan diri dari orang-orang”


Pernyataan ini di perkuat oleh sebuah hadits; “Akan datang atas manusia suatu masa di mana agama seseorang tidak akan selamat kecuali lari dengan agamanya dari desa ke desa, dari gunung ke gunung, dan dari gua ke gua seperti musang yang sedang bersembunyi”


وكان الشيخ أبو بكر الوراق رحمه الله يقول : "ما ظهرت الفتنة من عهد السيد آدم عليه الصلاة والسلام إلى وقتنا هذا إلا من الخلطة، ومن جانب الناس كان إلى السلامة أقرب"،



Syaikh Abu Bakar Al-Warraq rahimahullahu Ta’ala berkata; “Tidaklah terjadi fitnah sejak zaman Nabi Adam ‘alaihishshalatu wassalam hingga zaman kita ini kecuali karena pergaulan, barang siapa yang menjauh dari manusia, maka harapan untuk selamat akan lebih besar”


وقد أجمعوا على أنه لابد للمريد من العزلة عن أبناء جنسه فى البداية ثم الخلوة فى النهاية،


Para ‘ulama’ sepakat bahwa bagi murid tidak boleh tidak mengasingkan diri dari orang-orang pada tahap awal perjalanannya, kemudian pada tahap puncak ia harus berkholwat.


وكان سيدى الشيخ محمد المنير رحمه الله تعالى يقول : قد غلط قوم فظنوا أن من اعتزل الناس خرج عن كون المؤمن آلف مألوف والحالة أنها أولى بمقام الألفة، لأنه إذا اعتزل الناس صفت نفسه واشتاقت الناس إلى رؤيته فألفوه كثير من المخالط، وأصل الإئتلاف إنما هو بالروح لحديث "الأرواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف وما تناكر منها اختلف"،


Tuanku Syaikh Muhammad Al-Munir rahimahullahu Ta’ala berkata; Sungguh salah bagi orang yang mengira bahwa mengasingkan diri dari orang-orang adalah memutuskan hubungan dan tali kasih sayang antara sesama mu’min (keluar dari maqam ulfah). Sesungguhnya ‘uzlah itu lebih utama dari pada maqam ulfah (kasih sayang antar sesama), karena apa bila seseorang mengasingkan diri dari orang-orang, jiwanya menjadi bersih, dan orang-orang akan rindu ingin berjumpa dengannya, dan kasih sayang mereka akan lebih besar kepadanya dari pada berkumpul bersama. Sebab kasih sayang itu bersumber dari ruh, karena ada hadits yang menyatakan; “Ruh-ruh itu seperti prajurit yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih”


فعلم مما قررناه أنه لايقال العزلة أفضل مطلقا ولا الخلطة أفضل مطلقا لكن العارف أواخر عمره يحن إلى الوحدة كالبداية فلا يصير له وقت يسع الناس كما وقع له صلى الله عليه وسلم فى أواخر عمره حين انزل سورة النصر،


Pernyataan yang telah kami kemukakan di atas memberi pengertian bahwa ‘uzlah tidak dapat di katakan lebih utama secara mutlak, demikian pula bergaul dengan manusia juga tidak dapat di katakan lebih utama secara mutlak. Akan tetapi, orang yang ma’rifat billah pada akhir-akhir hidupnya lebih condong menyendiri sebagaimana pada tahap awal perjalanannya hingga tidak ada waktu luang untuk bergaul dengan orang-orang sebagaimana yang terjadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada akhir-akhir usianya waktu di turunkannya surat “An-Nashr”


وسئل سيدى على الخواص رحمه الله تعالى عن الفرق بين العزلة والخلوة؟ فقال : "الخلوة تكون عن الأغيار الذين يشغلون عن الله تعالى، والعزلة تكون عن النفس وما تدعو إليه، ويفرق أيضا بأن العزلة ليس من لوازمها الإشتغال بالله تعالى بخلاف الخلوة، فاعلم ذلك يا أخى.


Tuanku ‘Aly Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala pernah di tanya tentang perbedaan antara ‘uzlah dan khalwat? Beliau menjawab; Kholwat adalah menjauh dari manusia untuk menyibukkan diri dengan Allah Ta’ala, sedangkan ‘uzlah yaitu menjauhkan diri dari nafsu dan dari menuruti ajakan nafsu” Perbedaan yang lain yaitu; ‘Uzlah lazimnya bukan untuk menyibukkan diri dengan Allah Ta’ala, berbeda dengan kholwat.


Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


wasiat ke 8 Menundukkan nafsu (atau keutamaan lapar)

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 8

Menundukkan nafsu (atau keutamaan lapar)


Pembukaan admin:

Nafsu itu dalam ajaran tarekat adalah semua keinginan baik keinginan dunia maupun keinginan akhirat, kecuali keinginan pada Allah semata.

Namun dalam wasiat ini hanya husus menjelaskan keinginan memakan makanan sebagai rujukan untuk memilih jalan lapar.


Isi wasiat:

(وَجَاهِدْ نَفْسَكَ)

اى خواطرها فى الشرع

 

“Tundukkanlah hawa nafsumu”

Ya’ni ajakan nafsu menurut syara’


قال الإمام سهل التسترى رحمه الله تعالى : "أسوأ المعاصى حديث النفس ولعل غالب الناس لا يعدون ذلك ذنبا، وإذا اتقى المريد الإصغاء إلى حديث النفس وكان ملازما للذكر اتقد القلب بالذكر، وصار القلب سرا محفوظا وهناك يبعد عنه الشيطان كل البعد، وتبعد عن العبد الخواطر الشيطانية، ولا يصير معه إلا خواطر نفسانية وحينئذ يسعى فى قطعها وإتقانها بميزان العلم" فاعلم ذلك يا أخى

Imam Sahl At-Tastari rahimahullahu Ta’ala berkata; “Seburuk-buruk kema’siyatan adalah bisikan hati (yang mengajak pada keburukan), dan boleh jadi umumnya manusia tidak mengira bahwa itu adalah dosa. Apa bila seorang murid menghindar dari mendengarkan bisikan hatinya, dan ia senantiasa berdzikir, maka hatinya akan turut berdzikir, dan hatinya menjadi bahagia serta terjaga. Pada saat itulah syaitan akan menjauh dari hatinya sejauh-jauhnya, bisikan syaitaniyah pun hilang dari seorang hamba dan tidak ada lagi yang menyertainya kecuali bisikan ruhaniyah. Dan ketika itulah ia akan dapat mematahkan dan menundukkannya dengan neraca ‘ilmu”. Fahamilah hal itu wahai saudaraku!



وجاهد نفسك (بِالْجُوْعِ) بطريقه الشرعى وهو تقليل الأكل شيئا فشيئا

Dan perangilah hawa nafsumu dengan “Lapar” sesuai dengan aturan syari’at yaitu mengurangi makan sedikit demi sedikit.


وقدم الجوع على غيره لأنه معظم أركان الطريق، ولأنه ليس للنفس فبدايته أمرها شيء أسرع لانقيادها من الجوع، لأنه مذل الملوك فضلا عن غيرهم، ولأنه يحل من الأجزاء الترابية والمائية بقدر ما يكون فيصفو القلب، ولأن باقى الأركان تابع له بالخاصة، ولأن خواطر النفس لا تضعف إلا به.


Pembahasan tentang lapar di dahulukan dari lainnya karena;

Lapar merupakan elemen dasar terpenting dalam menempuh jalan menuju Allah, sebab tidak ada suatupun yang lebih cepat untuk menundukkan nafsu pada tahap permulaannya dari pada lapar.

Lapar mampu menundukkan kerajaan, selain dari pada yang lainnya.

Lapar mampu melepaskan beberapa unsur tanah dan air sesuai dengan kemampuan yang ada, maka kemudian hati menjadi bening.

Seluruh anggota-anggota lainnya akan tunduk pada lapar secara khusus.

Bisikan nafsu tidak dapat di tundukkan kecuali dengan lapar.


وذكر الشيخ محي الدين بن العربى رحمه الله تعالى فى الفتوحات المكية : أن الله تعالى لما خلق النفس قال لها : "من أنا؟" فقالت : "من أنا؟"، فأسكنها فى بحر الجوع ألف سنة، ثم قال تعالى : "من أنا؟" فقالت : "أنت ربى".

Syaikh Muhyiddin ibn Al-‘Arabiy rahimahullahu Ta’ala berkata di dalam kitab Futuhat Al-Makkiyah: “Sesungguhnya Allah Ta’ala, tatkala telah menciptakan nafsu, Allah bertanya kepadanya: Siapa Aku? Nafsu malah balik bertanya; siapa aku? Maka Allah Ta’ala menempatkan nafsu dalam bahtera lapar selama seribu tahun, kemudian Allah Ta’ala bertanya lagi kepadanya; Siapa Aku? Nafsu menjawab; Engkau adalah Tuhanku”

وكان الشيخ أبو سليمان الدارانى رحمه الله تعالى يقول : "مفتاح الدنيا الشبع، ومفتاح الآخرة الجوع" يعنى أعمالهما.

Syaikh Abu Sulaiman Ad-Daraniy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Kunci dunia adalah kenyang dan kunci akhirat adalah lapar”

Yakni ‘amal-‘amal dunia dan akhirat.


ولما خلق الدنيا جعل فى الجوع العلم والحكمة، وجعل فى الشبع الجهل والمعصية،

Dan ketika Allah telah menciptakan dunia, Allah menjadikan ‘ilmu dan hikmah ada dalam lapar dan menjadikan bodoh dan maksiat ada dalam kenyang. (Lapar dapat menimbulkan ‘ilmu dan hikmah, sedangkan kenyang dapat menimbulkan kebodohan dan kemaksiatan).


وكان يحى بن معاذ الرازى رحمه الله تعالى يقول : "الشبع نار والشهوة مثل الحطب يتولد منه الإحراق ولا تنطفئ ناره حتى تحرق صاحبها"

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullahu Ta’ala berkata; “Kenyang adalah api dan syahwat bagaikan kayu kering yang darinyalah kebakaran akan muncul, dan api kenyang tidak dapat di padamkan hingga membakar orangnya”


وكان سهل بن عبد الله التسترى رحمه الله تعالى يقول : "من أراد أن يأكل فى اليوم مرتين فليبن له (مِعْلَفًا)"،

Sahl bin ‘Abdullah At-Tastary rahimahullahu Ta’ala berkata; “Barang siapa yang berkehendak untuk makan dua kali dalam sehari, maka itu artinya dia makan seperti layaknya binatang”


وكان مالك بن دينار رحمه الله تعالى يقول : "من أراد أن يفر الشيطان من ظله فليقهر شهوته"

Malik bin Dinar rahimahullahu Ta’ala berkata; “Barang siapa yang hendak mengusir syaitan dari bayang-bayang dirinya, hendaklah ia mampu menundukkan syahwatnya”


وأقاويل السلف فى ذلك كثيرة فاعلم ذلك يا اخى.

Pernyataan ‘Ulama’ salaf tentang hal-hal seperti itu sangat banyak, maka ketahuilah itu wahai saudaraku!.


وجاهد نفسك بالجوع والسهر المفرطين (وَإِتْعَابِهَا فِى الْأعْمَالِ الشَّاقَةِ) تعذيبا لها لتنقاد لك إذا دعوتها لمرضاة الله تعالى، وذلك لأنها قبل الرياضة تشبه الدابة الحرون، وكالعجل الذى يعلمون الطحين فى الطاحون، فتراهم يجوعونه ويغمون عينيه ويدورونه بالضرب فى الطاحون أو غيرها على الفارغ فلا يزال كذلك حتى يظهر لهم منه كمال الإنقياد فهناك يطعمونه ويفكون الغما عن عينيه. فاعلم ذلك يا أخى.

Perangilah nafsumu dengan lapar dan tidak tidur malam yang melampaui batas, serta melumpuhkan nafsu dengan ‘amal-‘amal yang berat karena untuk menghajarnya agar tunduk kepadamu ketika engkau mengajaknya ke jalan yang di ridoi Allah Ta’ala. Karena sebelum di hajar dan di latih, nafsu itu menyerupai binatang liar, dan seperti anak sapi yang talah mereka latih untuk memutar penggilingan, sebagaimana yang engkau ketahui bahwa pada awalnya mereka membuatnya kelaparan, menutup kedua matanya dan memutar-mutarnya pada penggilingan yang masih kosong atau yang lainnya sambil di pukul. Demikian itu di lakukan secara terus-menerus hingga nampak bagi mereka bahwa ia benar-benar tunduk dengan sempurna. Dan setelah itu, baru mereka memberinya makan dan melepas tutup kedua matanya. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


(وَقِلَّ النَّوْمَ مَا أَمْكَنَكَ)

لأنه ليس فيه فائدة دنيوية ولا أخروية فهو أخو الموت، وقد عدوا من اتباع الهوى إيثار النوم على قيام الليل فى مثل ليالى الصيف، وذلك دليل على عدم محبة الحق تعالى.

“Dan kurangilah tidur selama hal itu memungkinkan bagimu”

Karena tidur tidak memiliki faidah baik duniwi maupun ukhrawi, dan tidur adalah saudaranya mati. Para ‘ulama’ menyatakan bahwa sebagian dari menuruti hawa nafsu yaitu lebih memilih tidur dari pada ‘ibadah di malam hari seperti di malam-malam yang dingin. Dan demikian itu menunjukkan atas tidak adanya rasa cinta kepada Allah Al-Haqq Ta’ala.


وقال "السهر الدائم يذيب الأركان الأربعة ويحلها : الماء، والتراب، والهواء، وانار، وهناك ينظر إلى عالم الملكوت فيشتاق إلى مرضاة الله تعالى"

Shahibul wasiyat (Syaikh Al-Matbuliy) rahimahullahu Ta’ala berkata; “Tidak tidur malam (dalam rangka ibada malam yaitu zikir atau solat malam dan lain lain, bukan bergadang untuk urusan duniawi dan bukan dalam urusan maksiat) secara terus menerus dapat menghancurkan dan melepaskan seseorang dari empat unsur pada dirinya, yaitu; Air, tanah, udara dan api, dan pada saat itulah seseorang dapat melihat alam malakut hingga ia makin cinta pada ridlo Allah Ta’ala”


وكان الشيخ أبو الحسن العزاز رحمه الله تعالى يقول : "بني هذا الأمر على ثلا ثة أشياء : أن لا يأكل إلا عند الفاقة، ولا ينام إلا عند الغلبة، ولا يتكلم إلا عند الضرورة"

Syaikh Abul-Hasan Al-‘Azzaz rahimahullahu Ta’ala berkata; “Urusan ini (sampai ke hadirat Allah Ta’ala) di bangun atas tiga hal, yaitu; Tidak makan kecuali sangat lapar, tidak tidur kecuali sangat mengantuk dan tidak bicara kecuali darurat”


وكان ابن الحوارى رحمه الله تعالى يقول : "كل مريد لا يكون فيه ثلاث خصال فهو كذاب : ترك المال، والطعام، والمنام، فلا يأخذ من كل واحد إلا بقدر الضرورة، وهناك يصلح لمجالسة الحق تعالى، فما كل ذاكر مجالس". فاعلم ذلك يا أخى.

Ibn Al-Hawari rahimahullahu Ta’ala berkata; “Setiap murid (penempuh jalan menuju Allah Ta’ala) yang tidak memiliki tiga pekerti ini adalah omong kosong, yaitu; Meninggalkan harta, makan dan tidur. Dan masing-masing dari tiga pekerti ini hendaknya tidak ia lakukan kecuali sebatas darurat, karena dengan begitu ia akan pantas untuk bermajlis dengan Allah Al-Haqq Ta’ala, sebab tidak setiap orang yang ber’ibadah dapat bermajlis (dengan allah)”

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.