Senin, 15 November 2021

wasiat ke 8 Menundukkan nafsu (atau keutamaan lapar)

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 8

Menundukkan nafsu (atau keutamaan lapar)


Pembukaan admin:

Nafsu itu dalam ajaran tarekat adalah semua keinginan baik keinginan dunia maupun keinginan akhirat, kecuali keinginan pada Allah semata.

Namun dalam wasiat ini hanya husus menjelaskan keinginan memakan makanan sebagai rujukan untuk memilih jalan lapar.


Isi wasiat:

(وَجَاهِدْ نَفْسَكَ)

اى خواطرها فى الشرع

 

“Tundukkanlah hawa nafsumu”

Ya’ni ajakan nafsu menurut syara’


قال الإمام سهل التسترى رحمه الله تعالى : "أسوأ المعاصى حديث النفس ولعل غالب الناس لا يعدون ذلك ذنبا، وإذا اتقى المريد الإصغاء إلى حديث النفس وكان ملازما للذكر اتقد القلب بالذكر، وصار القلب سرا محفوظا وهناك يبعد عنه الشيطان كل البعد، وتبعد عن العبد الخواطر الشيطانية، ولا يصير معه إلا خواطر نفسانية وحينئذ يسعى فى قطعها وإتقانها بميزان العلم" فاعلم ذلك يا أخى

Imam Sahl At-Tastari rahimahullahu Ta’ala berkata; “Seburuk-buruk kema’siyatan adalah bisikan hati (yang mengajak pada keburukan), dan boleh jadi umumnya manusia tidak mengira bahwa itu adalah dosa. Apa bila seorang murid menghindar dari mendengarkan bisikan hatinya, dan ia senantiasa berdzikir, maka hatinya akan turut berdzikir, dan hatinya menjadi bahagia serta terjaga. Pada saat itulah syaitan akan menjauh dari hatinya sejauh-jauhnya, bisikan syaitaniyah pun hilang dari seorang hamba dan tidak ada lagi yang menyertainya kecuali bisikan ruhaniyah. Dan ketika itulah ia akan dapat mematahkan dan menundukkannya dengan neraca ‘ilmu”. Fahamilah hal itu wahai saudaraku!



وجاهد نفسك (بِالْجُوْعِ) بطريقه الشرعى وهو تقليل الأكل شيئا فشيئا

Dan perangilah hawa nafsumu dengan “Lapar” sesuai dengan aturan syari’at yaitu mengurangi makan sedikit demi sedikit.


وقدم الجوع على غيره لأنه معظم أركان الطريق، ولأنه ليس للنفس فبدايته أمرها شيء أسرع لانقيادها من الجوع، لأنه مذل الملوك فضلا عن غيرهم، ولأنه يحل من الأجزاء الترابية والمائية بقدر ما يكون فيصفو القلب، ولأن باقى الأركان تابع له بالخاصة، ولأن خواطر النفس لا تضعف إلا به.


Pembahasan tentang lapar di dahulukan dari lainnya karena;

Lapar merupakan elemen dasar terpenting dalam menempuh jalan menuju Allah, sebab tidak ada suatupun yang lebih cepat untuk menundukkan nafsu pada tahap permulaannya dari pada lapar.

Lapar mampu menundukkan kerajaan, selain dari pada yang lainnya.

Lapar mampu melepaskan beberapa unsur tanah dan air sesuai dengan kemampuan yang ada, maka kemudian hati menjadi bening.

Seluruh anggota-anggota lainnya akan tunduk pada lapar secara khusus.

Bisikan nafsu tidak dapat di tundukkan kecuali dengan lapar.


وذكر الشيخ محي الدين بن العربى رحمه الله تعالى فى الفتوحات المكية : أن الله تعالى لما خلق النفس قال لها : "من أنا؟" فقالت : "من أنا؟"، فأسكنها فى بحر الجوع ألف سنة، ثم قال تعالى : "من أنا؟" فقالت : "أنت ربى".

Syaikh Muhyiddin ibn Al-‘Arabiy rahimahullahu Ta’ala berkata di dalam kitab Futuhat Al-Makkiyah: “Sesungguhnya Allah Ta’ala, tatkala telah menciptakan nafsu, Allah bertanya kepadanya: Siapa Aku? Nafsu malah balik bertanya; siapa aku? Maka Allah Ta’ala menempatkan nafsu dalam bahtera lapar selama seribu tahun, kemudian Allah Ta’ala bertanya lagi kepadanya; Siapa Aku? Nafsu menjawab; Engkau adalah Tuhanku”

وكان الشيخ أبو سليمان الدارانى رحمه الله تعالى يقول : "مفتاح الدنيا الشبع، ومفتاح الآخرة الجوع" يعنى أعمالهما.

Syaikh Abu Sulaiman Ad-Daraniy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Kunci dunia adalah kenyang dan kunci akhirat adalah lapar”

Yakni ‘amal-‘amal dunia dan akhirat.


ولما خلق الدنيا جعل فى الجوع العلم والحكمة، وجعل فى الشبع الجهل والمعصية،

Dan ketika Allah telah menciptakan dunia, Allah menjadikan ‘ilmu dan hikmah ada dalam lapar dan menjadikan bodoh dan maksiat ada dalam kenyang. (Lapar dapat menimbulkan ‘ilmu dan hikmah, sedangkan kenyang dapat menimbulkan kebodohan dan kemaksiatan).


وكان يحى بن معاذ الرازى رحمه الله تعالى يقول : "الشبع نار والشهوة مثل الحطب يتولد منه الإحراق ولا تنطفئ ناره حتى تحرق صاحبها"

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullahu Ta’ala berkata; “Kenyang adalah api dan syahwat bagaikan kayu kering yang darinyalah kebakaran akan muncul, dan api kenyang tidak dapat di padamkan hingga membakar orangnya”


وكان سهل بن عبد الله التسترى رحمه الله تعالى يقول : "من أراد أن يأكل فى اليوم مرتين فليبن له (مِعْلَفًا)"،

Sahl bin ‘Abdullah At-Tastary rahimahullahu Ta’ala berkata; “Barang siapa yang berkehendak untuk makan dua kali dalam sehari, maka itu artinya dia makan seperti layaknya binatang”


وكان مالك بن دينار رحمه الله تعالى يقول : "من أراد أن يفر الشيطان من ظله فليقهر شهوته"

Malik bin Dinar rahimahullahu Ta’ala berkata; “Barang siapa yang hendak mengusir syaitan dari bayang-bayang dirinya, hendaklah ia mampu menundukkan syahwatnya”


وأقاويل السلف فى ذلك كثيرة فاعلم ذلك يا اخى.

Pernyataan ‘Ulama’ salaf tentang hal-hal seperti itu sangat banyak, maka ketahuilah itu wahai saudaraku!.


وجاهد نفسك بالجوع والسهر المفرطين (وَإِتْعَابِهَا فِى الْأعْمَالِ الشَّاقَةِ) تعذيبا لها لتنقاد لك إذا دعوتها لمرضاة الله تعالى، وذلك لأنها قبل الرياضة تشبه الدابة الحرون، وكالعجل الذى يعلمون الطحين فى الطاحون، فتراهم يجوعونه ويغمون عينيه ويدورونه بالضرب فى الطاحون أو غيرها على الفارغ فلا يزال كذلك حتى يظهر لهم منه كمال الإنقياد فهناك يطعمونه ويفكون الغما عن عينيه. فاعلم ذلك يا أخى.

Perangilah nafsumu dengan lapar dan tidak tidur malam yang melampaui batas, serta melumpuhkan nafsu dengan ‘amal-‘amal yang berat karena untuk menghajarnya agar tunduk kepadamu ketika engkau mengajaknya ke jalan yang di ridoi Allah Ta’ala. Karena sebelum di hajar dan di latih, nafsu itu menyerupai binatang liar, dan seperti anak sapi yang talah mereka latih untuk memutar penggilingan, sebagaimana yang engkau ketahui bahwa pada awalnya mereka membuatnya kelaparan, menutup kedua matanya dan memutar-mutarnya pada penggilingan yang masih kosong atau yang lainnya sambil di pukul. Demikian itu di lakukan secara terus-menerus hingga nampak bagi mereka bahwa ia benar-benar tunduk dengan sempurna. Dan setelah itu, baru mereka memberinya makan dan melepas tutup kedua matanya. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


(وَقِلَّ النَّوْمَ مَا أَمْكَنَكَ)

لأنه ليس فيه فائدة دنيوية ولا أخروية فهو أخو الموت، وقد عدوا من اتباع الهوى إيثار النوم على قيام الليل فى مثل ليالى الصيف، وذلك دليل على عدم محبة الحق تعالى.

“Dan kurangilah tidur selama hal itu memungkinkan bagimu”

Karena tidur tidak memiliki faidah baik duniwi maupun ukhrawi, dan tidur adalah saudaranya mati. Para ‘ulama’ menyatakan bahwa sebagian dari menuruti hawa nafsu yaitu lebih memilih tidur dari pada ‘ibadah di malam hari seperti di malam-malam yang dingin. Dan demikian itu menunjukkan atas tidak adanya rasa cinta kepada Allah Al-Haqq Ta’ala.


وقال "السهر الدائم يذيب الأركان الأربعة ويحلها : الماء، والتراب، والهواء، وانار، وهناك ينظر إلى عالم الملكوت فيشتاق إلى مرضاة الله تعالى"

Shahibul wasiyat (Syaikh Al-Matbuliy) rahimahullahu Ta’ala berkata; “Tidak tidur malam (dalam rangka ibada malam yaitu zikir atau solat malam dan lain lain, bukan bergadang untuk urusan duniawi dan bukan dalam urusan maksiat) secara terus menerus dapat menghancurkan dan melepaskan seseorang dari empat unsur pada dirinya, yaitu; Air, tanah, udara dan api, dan pada saat itulah seseorang dapat melihat alam malakut hingga ia makin cinta pada ridlo Allah Ta’ala”


وكان الشيخ أبو الحسن العزاز رحمه الله تعالى يقول : "بني هذا الأمر على ثلا ثة أشياء : أن لا يأكل إلا عند الفاقة، ولا ينام إلا عند الغلبة، ولا يتكلم إلا عند الضرورة"

Syaikh Abul-Hasan Al-‘Azzaz rahimahullahu Ta’ala berkata; “Urusan ini (sampai ke hadirat Allah Ta’ala) di bangun atas tiga hal, yaitu; Tidak makan kecuali sangat lapar, tidak tidur kecuali sangat mengantuk dan tidak bicara kecuali darurat”


وكان ابن الحوارى رحمه الله تعالى يقول : "كل مريد لا يكون فيه ثلاث خصال فهو كذاب : ترك المال، والطعام، والمنام، فلا يأخذ من كل واحد إلا بقدر الضرورة، وهناك يصلح لمجالسة الحق تعالى، فما كل ذاكر مجالس". فاعلم ذلك يا أخى.

Ibn Al-Hawari rahimahullahu Ta’ala berkata; “Setiap murid (penempuh jalan menuju Allah Ta’ala) yang tidak memiliki tiga pekerti ini adalah omong kosong, yaitu; Meninggalkan harta, makan dan tidur. Dan masing-masing dari tiga pekerti ini hendaknya tidak ia lakukan kecuali sebatas darurat, karena dengan begitu ia akan pantas untuk bermajlis dengan Allah Al-Haqq Ta’ala, sebab tidak setiap orang yang ber’ibadah dapat bermajlis (dengan allah)”

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar