Terjemahan kitab Minah assaniyyah
(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)
wasiat ke 7
Tidak curang dalam berkerja
(وَ) احذر أيضا (مِنْ غِشِّ الْحِرْفَةِ)
فإن الغش فى الحرفة مذموم شرعا.
“Hindarilah olehmu kecurangan dalam bekerja”
Karena kecurangan dalam bekerja merupakan perbuatan tercela menurut syara’
(Tercela di pandangan allah)
وقد روى مسلم فى صحيحه عن أبى هريرة أن النبى صلى الله عليه وسلم مر فى السوق على صبرة طعام فأدخل يده فيها فنالت بللا، فقال : ما هذا يا صاحب الطعام؟ فقال يا رسول الله أصابته السماء، أفلا جعلته فوق الطعام حتى يراه الناس! ثم قال صلى الله عليه وسلم ، "من غشنا فليس منا"
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Abu Huroiroh radliyallahu ‘anhu: “Bahwa Rasulullah pernah berjalan di pasar melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam makanan tersebut, lantas tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka beliau bertanya ‘Apa ini wahai pemilik makanan? Pemiliknya menjawab; ‘Wahai Rasulallah, makanan tersebut terkena air hujan’. Beliau bersabda; "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atas makanan agar manusia dapat melihatnya. Barang siapa menipu maka dia bukan dari golongan kami"
ومعلوم أن كل إنسان يعرف فى حرفته ما يقع به التقوى وما به يقع الغش.
setiap manusia pasti mengetahui apa yang terjadi dalam pekerjaannya, apakah taqwa atau curang (menuruk Syara').
وقد جعل الله تعالى العبد أمينا على نفسه فى حرفته، فإذا غش خان دينه ونفسه والناس أجمعين.
Sungguh Allah Ta’ala menjadikan manusia sebagai hamba yang di percaya atas dirinya sendiri di dalam pekerjaannya, maka apa bila curang, berarti ia telah menghianati agamanya, diri sendiri, dan seluruh umat manusia.
وقد قالوا : كل من نصح فى حرفته ولم يعتمد عليها بارك الله له فى رأس ماله من حيث لا يشعر حتى يصير من أوسع الناس مالا، ومن غش حرفته انكشف حاله وتبددت بركته وصار عن قريب يضرب به المثل فى الخمول لأن الله تعالى جعل الفقر فى الغش والبركة فى التقوى،
Para ‘Ulama’ telah berkata; Setiap orang yang mengharapkan kebaikan dalan pekerjaannya dan tidak menggantungkan diri pada pekerjaannya, maka Allah Ta’ala akan memberkahi modal usahanya dari arah yang tidak ia sadari sehingga ia menjadi orang yang paling kaya harta. Namun sebaliknya, barang siapa yang curang dalam pekerjaannya, maka Allah akan membongkar kecurangannya, menghilangkan barakahnya dan dalam waktu dekat akan menjadi bahan cemoohan, karena sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan kefakiran dalam kecurangan dan menjadikan berkah dalam ketakwaan.
وقد حث المشايخ سلفا وخلفا على عمل الحرفة تبعا للقرآن العظيم والسنة الشريفة، وأشهدهم فى ذلك السادة الشاذلية، فكان الشيخ أبو الحسن الشاذلى رحمه الله تعالى يقول : "من اكتسب وقام بفرائض ره تعالى عليه فقد كملت مجاهدته"
Para ‘ulama’ baik salaf maupun kholaf sangat menekankan dalam mengerjakan sebuah pekerjaan agar di dasari karena mengikuti aturan Al-Qur an yang agung dan sunnah Rasul yang mulia. Dan tuan-tuan guru dari kalangan Syadziliyah telah bersaksi atas anjuran tersebut, maka Syaikh Abul Hasan As-Syadzily rahimahullahu Ta’ala berkata; “Barang siapa yang bekerja serta menegakkan apa yang Allah wajibkan atasnya, maka mujahadahnya benar-benar telah sempurna”
🔖(Yang tergolong ‘ulama’ salaf adalah; Anbiya’, Shahabat, Tabi’in dan Tabi’it-Tabi’in khususnya Imam mujtahid empat)) (Tuhfatul-Murid 125).
وكان الشيخ أبو العباس المرسي رحمه الله تعالى يقول : "عليكم بالسبب وليجعل أحدكم مكوكه سبحته وقدومه سبحته والسفر سبحته، وقدومه سبحة، والخياطة سبحة، والسفر سبحة".
Syaikh Abul-‘Abbas Al-Mursi rahimahullahu Ta’ala berkata; “Berpegang teguhlah kalian dengan sarana, hendaklah salah seorang dari kalian menjadikan takarannya sebagai tasbih, kampaknya sebagai tasbih, menjahitnya sebagai tasbih dan perjalanannya sebagai tasbih”
وقد أجمع العلماء على أن الكسب واجب وجوبا مؤكدا ملحقا برتبة الإيمان، ومعلوم أن من لا كسب له فهو كالمرأة لا حظ له فى الرجولة.
Para ‘ulama’ sepakat bahwa bekerja hukumnya wajib mu-akkad, derajatnya disetarakan dengan iman. Yang pasti seorang laki-laki yang pengangguran (yang telah dengan sengaja menganggur tanpa usaha mencari kerja) adalah sama seperti seorang wanita, ia tidak lagi memiliki sifat dasar seorang laki-laki.
وكان صاحب الوصية رحمه الله تعالى يقول : "حكم الفقير الذى لا حرفة له حكم البومة الساكنة فى الخراب، ليس فيها نفع لأحد"
Shahibul wasiyat (Syaikh Al-Matbuliy rahimahullahu Ta’ala) berkata; “Status orang faqir yang pengangguran, sama seperti burung hantu yang tinggal di area reruntuhan, ia tidak bermanfa’at bagi siapapun”
ولما ظهر رسول الله صلى الله عليه وسلم بالرسالة لم يأمر من أصحابه بترك الحرفة التى بيده بل أقرهم على حرفهم وأمرهم بالنصح فيها.
Dan ketika Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menerima risalah kerasulan, Beliau tidak pernah memerintahkan kepada salah seorang pun dari shahabat-shahabatnya untuk meninggalkan pekerjaan yang ada padanya, bahkan Beliau mendukung atas pekerjaan mereka dan memerintahkan agar mereka berbuat baik dalam pekerjaannya.
وكان قدس الله سره يقول : الكامل من يسلك الناس وهم فى حرفهم لا من يأمرهم بترك الحرفة حتى يسلكهم، فإنه ما من أمر مشروع إلا ويمكن العارف أن يوصل صاحبه إلى حضرة الله تعالى منه، بخلاف الأمور التى لم تشرع.
Syaikh Al-Matbuliy qaddasallahu sirrahu berkata; “Orang yang sempurna adalah orang yang membimbing orang-orang, sedang mereka tetap barada dalam pekerjaannya, bukan orang yang menyuruh mereka untuk meninggalkan pekerjaannya kemudian di arahkan ke jalan menuju Allah. Karena sesungguhnya tidak ada satu urusan pun yang di syari’atkan (yang dapat menghalangi seseorang dalam menempuh jalan menuju Allah Ta’ala) melainkan seorang yang makrifat billah dapat mengantarkan murid-muridnya ke hadirat Allah Ta’ala. Berbeda dengan urusan yang tidak di syari’atkan”
وكان يقول : المؤمن المحترف أكمل عندى من المجاذيب من مشايخ الزوايا الذين يأكلون بدينهم وليس بيدهم حرفة دنيوية تعفهم عن صدقات الناس وأوساخهم.
Dan beliau Syaikh Al-Matbuliy qaddasallahu sirrahu berkata; “Orang mu’min yang bekerja lebih sempurna bagiku dari pada orang-orang majdzub (orang yang mabuk cinta kepada Allah) dari kalangan guru-guru pondok pesantren, yaitu orang-orang yang makan dari hasil menjual agamanya, sementara mereka tidak memiliki pekerjaan duniawi yang dapat menjaganya dari mengharap sedekah dan kotoran orang-orang”
وقد أكرم الله تعالى المحترفة بأمور فضلوا بها على المتعبدين من غير حرفة؛
الأول : أن أعمال أحدهم له لكونه يأكل من كسبه لا من صدقات الناس وأوساخهم،
الثانى : عدم دعواه العلم وتكبره على الجاهلين فيشهد حقارة نفسه وتعظيم غيره،
الثالث : سلامته من الشبه العقلية فى الله تعالى وفى رسله وأحكامه،
الرابع : إذا وقع فى معصية يصيريشهد قبحها ولا يرى أنه فعل شيئا يكفرها وغير ذلك.
Sungguh Allah Ta’ala telah memuliakan orang-orang yang bekerja dengan beberapa perkara melebihi orang-orang ahli ‘ibadah yang pengangguran;
1. Sesungguhnya ‘amal salah seorang dari mereka adalah untuk dirinya sendiri, karena ia makan dari hasil pekerjaannya sendiri bukan dari sedekah dan kotoran orang-orang.
2. Tidak adanya pengakuan sebagai orang berilmu, dan tidak adanya kesombongan terhadap orang-orang bodoh, bahkan ia menganggap hina dirinya sendiri dan menganggap mulia kepada orang lain.
3. Selamat dari keraguan yang bersifat akal tentang Allah Ta’ala, Rasul-Nya dan hukum-hukum-Nya.
4. Bila terjerumus dalam kema’shiyatan, ia bersaksi akan keburukannya dan ia tidak pernah menganggap bahwa ia dapat melakukan sesuatu yang dapat menghapus kesalahannya.
وكان سيدى على الخواص يقول : "عندى أن الذى يأكل من كسبه ولو مكروها كالحجام والقنواتى أحسن من المتعبد الذى يأكل بدينه ويطعمه الناس بصلاحه"
Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata; “Menurutku orang yang makan dari hasil pekerjaannya sendiri walaupun pekerjaan makruh seperti tukang bekam dan pembuat tombak, adalah lebih baik dari pada orang yang ahli ‘ibadah yang makan dari hasil menjual agamanya dan dari pemberian orang-orang lantaran kebaikannya”
ثم لا يخفى أن الكسب للتكاثر والتفاخر مذموم شرعا
Namun tidak di ragukan lagi bahwa bekerja karena untuk menumpuk numpuk harta dan untuk berbangga-banggaan adalah tercela dalam Syara’.
وفى الحديث "من طلب الدنيا حلالا مكاثرا مفاخرا لقى الله تعالى وهو عليه غضبان"
Di riwayatkan dalam sebuah hadits; “Barang siapa mencari harta dunia dengan cara yang halal karena untuk di tumpuk-tumpuknya dan untuk berbangga-banggaan, maka ia akan bertemu Allah Ta’ala sementara Allah murka kepadanya”
وكان الإمام الشافعى رحمه الله تعالى يقول : "طلب الزيادة من الحلال عقوبة ابتلى الله بها أهل التوحيد" فاعلم ذلك.
Imam As-Syafi’i rahihullahu Ta’ala berkata; “Mencari tambahan dari perkara halal adalah suatu siksaan yang dengannya Allah menguji ahli tauhid” Ketahuilah hal itu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar