Tampilkan postingan dengan label 📒Terjemahan Kitab Sirrul Asror. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 📒Terjemahan Kitab Sirrul Asror. Tampilkan semua postingan

keterangan

 📄keterangan.


mengapa kitab sirrul asror di sini hanya 24 bab sedangkan pada yang lain ada 27 bab??? 


segala puji bagi allah yang memperkenalkan jalan batin menuju kepadaNya melalui guratan guratan huruf yang di ukiran jari syekh abdul qodir jailani (sang wali qutub) pemimpin pada wali. 


mungkin pada penyampaian yang lain kitab ini terdiri dari 27 bab.  tapi kini kami menyampaikanya hanya dengan 24 bab. bukan mengurangi bab kajian,  judul, atau semacamnya karna kami hanya menyesuaikan dengan perkataan syekh abdul qodir jailani (pengarang kitab)  di dalam urayan pengenalanya mengatakan bahwa: 


Sebagian dari murid-murid kami meminta supaya kami sediakan sebuah buku yang memadai untuk mereka. Sesuai dengan permintaan dan keperluan mereka kami siapkan buku yang ringkas ini Semoga ia dapat mengobati dan memuaskan mereka serta yang lain juga. Kami namakan buku ini “Sirr al-asror fi ma yahtaju Ilahi al-abror” atau “rahasia dalam rahasia-rahasia yang Kebenarannya sangat di perlukan”. Dalam pekerjaan ini kenyataan di dalam kepercayaan dan perjalanan kami di bukakan. Setiap orang memerlukannya.

Dalam menyampaikan hasil kerja ini kami membahaginya dalam 24 bab karna terdapat 24 huruf di dalam pengakuan suci “La ilaha illah Llah, Muhammadun rasulullah” dan juga terdapat 24 jam dalam satu hari.


petikan surat,  pengenalan,  dan penutup, sekalipun kami sertakan pencantumanya tapi tidak kami masukan sebagai bab karna berdasarkan keterangan Shaikh Abdul Qodir Jailani di atas maka beberapa materi itu tidak kami hitung sebagai bagian dari bab kajian,  sehingga hanya 24 bab saja (seperti pada urutan bab pada kitab aslinya) 

tapi mungkin pada yang lain yang menyediakan terjemahan kitab ini (sirrul asror) kamu akan menjumpainya 27 bab karna 3 bagian yaitu pertikan surat,  pengenalan dan penutup, mereka hitung dan mereka masukan sebagai bagian dari bab kajian, sehingga jumlah bab yang sebenarnya yang hanya 24 bab menjadi 27 bab karna di tambah 3 bagian tersebut. 

mungkin tidak ada bedanya arti,  hanya berbeda jumlah bab dan terjadi pergeseran bab,  karna pada penyampayan mereka, petikan surat (sebagai kata pengantar buku menjadi bab pertama. dan urayan pendahuluan menjadi bab Ke dua sehingga bab pertama dalam kitab aslinya berubah menjadi bab Ke 3, sampai bab terkhir (bab 24) menjadi bab Ke 26, dan penutupnya menjadi bab Ke 27. 


dan perbedaan lainya,  kami mengaptasi bahasa melayu Ke bahasa indonesia (supaya lebi mudah di mengerti orang indonesia),  tidak secara keseluruhan kata kata tapi hanya beberapa kata yang kami mengerti,  dan sebagian lainya kami biarkan dalam bahasa melayu karna takut mengubah arti dan maksud penyampayanya. 



semoga allah melimpahkan rahmad dan keselamatanya Ke pada baginda rosul saw. keluarga,  pada sahabatnya,  dan sumua kaum muslimin dari dulu sampai akhir jaman,  yang besar dan yang kecil, yang tua dan yang muda,  laki laki dan perumpuan,  yang benar benar menginginkan allah dan memberikan hidaya kepada kaum munafik dan zindik.

Aamiin


 


penutup

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄penutup


Mengembara di atas jalan kebenaran harus mempunyai kebijaksanaan, kefahaman dan pengertian yang mendalam akan fitnah sesuatu. Ini semua merupakan kelayakan awal yang perlu di milikinya.

“Allah ciptakan hamba bijaksana dan bekemampuan

yang meninggalkan dunia tempat huru hara

mereka ke laut yang hanya ombak menjadi ujian mereka

perbuatan baik adalah kapal yang menempuh gelombang”

.

Orang memasuki jalan ini karna ada pelabuhan yang dia tuju. Perhatiannya tetap teguh pada pelabuhan itu namun tidak mengabaikan pentingnya persiapan untuk pengembaraan ini. Bila dia mempersiapkan diri dia harus waspada dari tipuan oleh rupa yang menawan dan dia tidak membebani dirinya dengan muatan atau menjadikan perhentian atau suasana kerohanian sebagai pelabuhan terakhir.

Orang yang berada pada jalan kerohanian mengatakan segala perbuatan di miliki oleh Yang Menciptakannya, manusia tidak sepenuhnya bertanggung jawab di dalam tangannya perbuatan kelihatan lain dari yang sebenarnya.

Allah berfirman:

“Apakah mereka (merasa) aman (dari) cobaan Allah? Karna tidaklah ada yang merasa aman dari cobaan Allah melainkan kaum yang muflis”.(Surah al-A’raaf, ayat 99).

Inilah dasar bagi jalan ini. meninggalkan semua muatan dan bergantung kepada Allah semata-mata, tidak di bingungkan oleh rangsangan dam cobaan di sepanjang perjalanan.

Dalam hadis Qudsi Allah berfirman:

“Wahai Muhammad! Sampaikan khabar gembira kepada pendosa-pendosa bahwa Aku Maha Pengampun. Tetapi sampaikan kepada mereka yang benar-benar milik-Ku dan ikhlas pada niatnya untuk-Ku bahwa Aku sangat cemburu (terhadap apa yang mereka inginkan yang di samping Aku)”

Kekeramatan yang zahir pada mereka yang hampir dengan Allah dan cobaan kerohanian yang mereka nyatakan adalah benar. Tetapi orang-orang yang seperti ini masih tidak terlepas dari rangsangan Allah dan ujian-Nya merangsang kepada dosa – kadang-kadang mereka di beri keberhasilan jika mereka mulai berbuat dosa, jadi mereka fikir suasana atau keadaan mereka adalah milik mereka dan kekeramatan itu juga milik mereka. Padahal Hanya nabi-nabi dan mukjizat mereka yang bebas dari ujian demikian. takut kehilangan iman ketika tercabut nyawa dari badan adalah satu-satunya penjagaan yang akan menjamin iman pada saat akhir.

Hassan al-Basri pernah berkata bahwa kepada orang yang hampir dengan Allah berhasil melalui ketakutan mereka terhadap Allah. Di dalam diri mereka takut jauh lebih kuat dari pada harapan karna mereka tau bahayanya di perbodoh oleh sifat awal manusia. Tipu daya ini menarik manusia keluar dari jalan tanpa mereka menyedarinya. Dia juga berkata orang yang sehat takut penyakit dan harapannya adalah sedikit, sementara orang yang berpenyakit tidak lagi takut di timpa penyakit dan harapannya untuk sehat bertambah.

Nabi s.a.w bersabda,

“Jika di timbang takut dan harap pada orang beriman kedua-duanya adalah sama”

Dengan rahmat Allah, ketika saat akhir kita, Allah lebihkan harapan kita dari rasa takut. Nabi s.a.w bersabda,

“Semua umatku akan menghembuskan nafas terakhirnya dengan kepercayaan dan harapan kepada rahmat Allah”

karna Allah menjanjikan,

“ampunan-Ku meliputi segala-galanya”, dan,“Rahmat-Ku mendahului murka-Ku”.

Allah Maha Pemurah, Penyayang dan Pengampun, tentu para hamba harus bergantung kepada-Nya. Namun pengembara pada jalan kerohanian harus takut dan menyelamatkan dirinya dari kemurkaan Allah. Untuk itu perlu dia serahkan semua yang di milikinya – dirinya sendiri, kewujudannya – letakkan segala-galanya di kaki-Nya dan berlindung dengan-Nya di dalam-Nya.

.

Wahai pencari.

Duduklah di atas lutut kamu di hadapan Tuhan kamu! Akui dan bertaubat terhadap kesalahan-kesalahan kamu! Tanggalkan dari dirimu segala kewujudan kebendaan! Akui dan bertaubat daru dosa-dosa kamu yang lalu dan nantikan di pintu ampunan-Nya tanpa membawa apa-apa, dalam keadaan berhajat penuh kepada-Nya! Jika kamu lakukan ini tentunya kamu akan menerima rahmat-Nya, berkat-Nya, makrifat-Nya, kasih-Nya dan belas kasihan-Nya; dan semua dosa-dosa kamu dan kekotoran kamu akan hancur dan terlucuti dari dirimu. Karna Dia jualah Maha Besar, Pemurah, Penyayang, Tuhan yang kekal abadi, Maha Berkuasa!

Kami memohon keselamatan dan kesejahteraan ke atas penghulu kami Nabi Muhamamd s.a.w, keturunan baginda, sahabat-sahabat baginda dan sekalian pengikut baginda. Segala puji dan syukur kepunyaan Allah; kami serahkan segala-galanya ke dalam tangan-Nya.


bab 24. Pengikut pengikut jalan kerohanian.

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄bab 24. Pengikut pengikut jalan kerohanian.


Orang-orang yang mengikuti jalan kerohanian terbagi kepada dua bagian atau golongan.

Golongan pertama ialah yang termasuk ke dalam kumpulan Sunnis; mereka yang mengikuti peraturan al-quran dan amalan serta peraturan yang berasal dari kelakuan dan perbuatan Rasulullah s.a.w.


Mereka ikuti peraturan ini dalam

perkataan,

perbuatan,

pemikiran

perasaan,

dan mereka mengikuti maksud batin agama yaitu mereka mengerti bukan ikut secara taklid buta. Mereka beramal dan hidup menurut peraturan agama, merasainya dan menikmatinya, bukan semata-mata menanggung sesuatu yang di paksakan atas mereka.

Inilah jalan kerohanian yang mereka ikuti.

Inilah persaudaraan hamba-hamba Allah yang berkasih sayang. Segian dari mereka di janjikan syurga tanpa hisab, yang lain akan menderita sedikit azab hari kiamat dan kemudian masuk syurga. Namun ada juga sebagian yang memasuku neraka dalam waktu singkat untuk menyucikannya dari dosa sebelum masuk syurga. Tiada yang akan kekal di dalam neraka. Yang akan kekal di dalam neraka ialah orang kafir dan munafik.


Golongan kedua terdiri dari kumpulan-kumpulan yang bida'ah.

Nabi s.a.w telah memberi peringatan,“ Kamu, seperti Bani Israil sebelum kamu, seperti umat Isa anak Maryam, akan di bagi bagi dan di pisah pisahkan di antara satu sama lain. Sebagaimana mereka yang mengarang ngarang dan mengubah-ubah, kamu juga akan mengadakan bida'ah. Jika kau lalui waktu bersama mereka, penentangan dan dosa, kamu akan jadi seperti mereka dan berbuat yang sama. Jika mereka masuk ke dalam lobang ular yang berbisa maka kamu juga akan mengikuti mereka.


Kamu harus tau Bani Israil terpecah pada 71 kumpulan. Kesemuanya dalam kesesatan kecuali satu.


Dan orang Nasrani terpecah pada 72 kumpulan, dan semuanya sesat kecuali satu.


Aku bimbang umatku akan di pecahkan kepada tujuh puluh tiga kumpulan. Ini terjadi karna mereka mengubah yang benar menjadi yang salah dan yang haram menjadi yang halal menurut pertimbangan mereka sendiri, untuk muslihat dan keuntungan mereka, semua kumpulan itu akan ke neraka, kecuali satu dan kumpulan yang satu itu akan selamat.

”Bila di tanya siapakah yang satu di selamatkan itu baginda bersabda,

“Mereka yang mengikuti kepercayaan dan perbuatanku serta para sahabatku”


Di bawah ini di nyatakan sebagian dari jalan bida'ah yang di pegang dan di ikuti oleh orang-orang yang mengakui diri mereka orang kerohanian yaitu:


Hululiyya / haliyyah

percaya pada penjelmaan (Allah) dalam bentuk makhluk atau manusia (rengkarnasi ketuhanan yaitu turunnya tuhan ke bumi dalam dunia ini dalam wujud manusia), mendakwakan halal melihat tubuh dan wajah yang cantik, termasuk perempuan atau lelaki, siapa saja termasuk isteri-isteri atau suami-suami, anak-anak perempuan atau saudara-saudara perempuan orang lain. Mereka juga bercampur dan menari bersama-sama. Ini jelas bertentangan dengan peraturan Islam yang menjaga kesucian dan kehormatan di dalam peraturan tersebut.

Hululiyya mencari kerasukan zauk dengan cara menari, menyanyi, menjerit dan bertepuk tangan. Mereka mendakwa syeikh mereka berada dalam suasana di atas batasan hukum agama (terbebas dari hukum syariat agama). Jelas sekali mereka terpental jauh dari perjalanan Nabi s.a.w yang dalam tindak tanduk mematuhi hukum agama.


Awliya’iyya

mendakwa mereka berada dalam kehampiran dengan Allah dan mengatakan bila hamba hampir dengan Tuhan semua kewajipan agama terangkat dari mereka. Seterusnya mereka mendakwa seorang wali, orang yang hampir dengan Allah, menjadi sahabat akrab-Nya, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari nabi. Mereka mengatakan ilmu sampai kepada Rasulullah s.a.w melalui Jibrail sementara wali menerima ilmu secara langsung dari Tuhan. Pandangan salah tentang suasana mereka dan apa yang mereka sifatkan kepada diri mereka adalah dosa mereka yang paling besar yang membawa mereka kepada bidaah dan kekufuran.


Syamuraniyya

percaya dunia ini kekal abadi, dan siapa yang mengucapkan perkataan abadi akan terlepas dari tuntutan agama, apa lagi mereka tidak ada hukum halal dan haram. Mereka menggunakan alat musik dalam upacara ibadat mereka. Mereka tidak memisahkan lelaki dengan perempuan (mirip taradisi ibada agamanya orang India). Mereka tidak membedakan dua hal itu. Mereka adalah kumpulan kafir yang tidak bisa bisa di perbaiki lagi.


Hubiyya

mengatakan bila manusia sampai ke peringkat cinta mereka bebas dari semua kewajipan agama. Mereka tidak menutup kemaluan mereka.


Huriyya

seperti Haliyya, menjerit, menyanyi, menari dan bertepuk tangan, mereka menjadi kerasukan dan di dalam suasana kerasukan itu mereka mendakwa mengadakan hubungan jenis dengan bidadari. bila keluar dari kerasukan mereka mandi junub. Mereka di musnahkan oleh kebohongan mereka sendiri.


Ibahiyya

enggan mengajak kepada kebaikan dan enggan melarang kemungkaran. Mereka menghukumkan haram sebagai halal. Mereka memperlakukan pendapat ini kepada kaum perempuan. Bagi mereka semua perempuan halal bagi semua lelaki.


Mutakasiliyya

menjadikan prinsip kemalasan dan meminta sedekah dari rumah ke rumah sebagai cara mendapatkan keperluan harian mereka. Mereka mendakwa telah meninggalkan segala hal ihwal dunia. Mereka gagal dan terus gagal di dalam kemalasan mereka.


Mutajahiliyya

berpura-pura jahil dan dengan sengaja berpakaian tidak sopan, coba menunjukkan dan berkelakuan seperti orang kafir, sedangkan Allah berfirman, “Jangan cenderung kepada yang berbuat dosa”. (Surah Hud, ayat 113).

Nabi s.a.w bersabda,

“Sesiapa yang coba berahlak seperti satu kaum dia di anggap salah seorang dari mereka”


Wafiqiyya

mendakwa hanya Allah yang kenal Allah. Jadi, mereka membuang jalan kebenaran. Kejahilan yang di sengajakan membawa mereka kepada kemusnahan.



Ilhamiyya

berpegang dan mengharapkan ilham, meninggalkan ilmu pengetahuan, melarang belajar, dan berkata Quran adalah hijab bagi mereka, dan fikiran puisi adalah Quran mereka. Mereka meninggalkan Quran dan meninggalkan solat sebaliknya mengajarkan anak-anak mereka untuk berpuisi.


Pemimpin-pemimpin dan guru-guru dari kumpulan Sunni mengatakan para sahabat, dengan berkat kehadiran Rasulullah s.a.w di tengah-tengah mereka, berada dalam suasana zauk dan ghairah kerohanian yang sangat tinggi. Pada zaman kemudian peringkat kerohanian yang demikian tidak tercapai lagi oleh orang ramai dan ia menjadi semakin hilang. Yang masih tinggal di turunkan kepada pewaris-pewaris kerohanian pada jalan kebenaran Ilahi, yang kemudian terbagi pada banyak cabang-cabang. Ia berpecah pada terlalu banyak kumpulan sehingga kebijaksanaan dan tenaganya menjadi berkurang dan berserakan. segala yang tinggal hanyalah rupa yang di baluti oleh pakaian guru kerohanian tanpa makna, kekuatan dan tenaga di bawah pakaian tersebut. Walaupun dalam suasana kosong itu ia masih juga berpecah dan berganda, bertukar menjadi bidaah. Sebagian menjadi Qalandari peminta sedekah yang mengembara. Yang lain menjadi Haydari dan berpura-pura menjadi wira. Yang lainya juga menamakan diri mereka Adhami dan berpura-pura mengikuti wali Allah Ibrahim Adham yang meninggalkan takhta kerajaan dunia ini. Masih banyak lagi yang lain.

Dalam zaman kita mereka yang mengikuti jalan kebenaran sesuai dengan hukum agama menjadi semakin berkuranga, Pengikut-pengikut yang benar pada jalan ini bisa di kenali melalui dua kenyataan.


Pertama, kenyataan zahir, yang menunjukkan keadaan kehidupan harian mereka yang di bentengi oleh hukum dan amalan agama.


Kedua kenyataan kerohanian, contoh teladan yang di ikuti, dari si pembimbing Sesungguhnya tiada yang lain untuk di ikuti melainkan Nabi Muhamamd s.a.w, yang menjadi teladan, yang pada satu masa dahulu baginda sendiri berada dalam suasana mencari dan kebenaranlah yang baginda cari. Tanpa ragu-ragu roh suci baginda saja yang menjadi pelantaranya. Itulah undang-undang yang harus di patuhi oleh orang yang beriman untuk meneruskan kehidupan agama dalam kehidupan. Cara lain, wali yang memiliki pusaka kerohanian Nabi s.a.w bisa memberkati si pencari dengan kewujudan kebendaannya. Sesungguhnya syaitan tidak bisa mengambil rupa Nabi s.a.w.


Waspadalah wahai pengembara pada jalan kerohanian, orang buta tidak boleh memimpin orang buta. Perhatian, kamu harus bersungguh-sungguh agar kamu dapat membedakan dari kebaikan yang paling kecil sampai pada kejahatan yang paling kecil.


bab 23. mimpi mimpi

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄bab 23. mimpi mimpi


Mimpi yang terjadi di waktu antara seseorang hampir terlelap hingga dia terlelap (setengar tidur setengah sadar) adalah benar dan berfaedah.


Mimpi-mimpi ini biasanya merupakan pembawa pembukaan dan pelantara pada yang luar biasa. Bukti kebenaran mimpi di nyatakan oleh Allah dengan firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah akan buktikan mimpi itu benar kepada Rasul-Nya, kamu akan masuk Masjidil Haram jika di kehendaki Allah dengan aman”.(Surah al-Fath, ayat 27).

Dan memang benar Nabi s.a.w memasuki kota Makkah yang masih di kuasai oleh musuh-musuh baginda, tahun sesudah baginda bermimpi.


Contoh lain ialah mimpi Nabi Yusuf a.s:

“Tatkala Yusuf berkata kepada bapaknya, ‘Wahai bapaku, sesungguhnya aku melihat sebelas bintang dan matahari serta bulan aku lihat bersujud kepada ku”.(Surah Yusuf, ayat 4).


Nabi s.a.w bersabda,

“Tidak ada nabi yang datang setela aku tapi yang datang pembukaan-pembukaan yang lain. Orang yang beriman akan melihat pembukaan itu dalam mimpi mereka atau pembukaan itu akan di tunjukkan kepada mereka melalui mimpi”

“Bagi mereka pembukaan tentang khabar baik dalam dunia ini dan di akhirat”.(Surah Yunus, ayat 64).


Mimpi datangnya dari Allah tetapi kadang-kadang ada juga yang datang dari syaitan.

Nabi s.a.w bersabda,

“siapa yang melihatku di dalam mimpi sesungguhnya dia benar-benar melihatku karna syaitan tidak dapat mengambil bentukku”


Syaitan juga tidak dapat mengambil bentuk mereka yang mengikut iman, jalan kebenaran, makrifat, kebenaran dan cahaya Nabi s.a.w. Orang arif mentafsirkan hadis Nabi s.a.w di atas dengan mengatakan syaitan bukan saja tidak dapat mengambil bentuk Nabi s.a.w tapi syaitan juga tidak dapat berpura-pura mengakui seseorang atau sesuatu yang ada sifat kemurahan dan kebaikan atau kasih sayang dan lemah lembut dan beriman. Sesungguhnya Nabi-nabi, wali-wali, malaikat, Masjidil haram, matahari, bulan, awan putih, Quran yang suci, merupakan kewujudan yang ke dalamnya syaitan tidak bisa masuk juga tidak dapat mengambil bentuk mereka. Ini karna syaitan adalah tempat dan keadaan yang menzahirkan kekerasan, hukuman dan kesengsaraan. Dia hanya bisa menggambarkan kekeliruan dan keraguan. Bila seseorang sudah memiliki di dalam diri nyatanya nama Allah, ‘Pembimbing Mutlak Kepada Kebenaran’, bagaimana sifat yang membawa kekacauan itu bisa menjadi nyata dalam dirinya? Sifat-sifat yang bertentangan satu sama lain tidak boleh bertukar tempat, seperti air dengan api. Kemurkaan tidak dapat mengambil tempat kemurahan, juga tidak bisa api menyerupai air. Mereka menolak sesama mereka, mereka berjauhan, mereka memiliki ruang yang berlainan. Allah Pisahkan kebenaran dari kepalsuan:

“Demikianlah Allah nyatakan kebenaran dan kepalsuan… dengan perimpamaan dan ibarat…”.(Surah ar-Ra’d, ayat 17)


Tetapi syaitan bisa mengaku menjadi Allah dan menipu manusia, membawa mereka menjadi sesat. Ini hanya bisa di lakukan dengan izin Allah. Allah mempunyai banyak sifat-sifat yang kelihatan bertentangan satu sama lain. Misalnya sifat-Nya Yang Gagah dan Keras (Al Jalal) kelihatan berlawanan dengan sifat-Nya Yang Indah dan Lemah-lembut (Al jamal). Syaitan terlaknat hanya bisa berpura-pura mengambil watak kemarahan dan keperkasaan karna ia secara kejadian asalnya adalah bentuk yang menyatakan kekerasan Allah. Allah memiliki kedua-dua sifat, Pembimbing Mutlak kepada kebenaran dan juga Pembawa kepada kesesatan. Syaitan tidak bisa menjelma dengan watak sifat yang mengandung nilai pembimbing. Jika syaitan menjelma sebagai sifat Allah secara sembarangan maka itu hanya bisa dia lakukan dengan kehendak dan izin Allah, untuk membimbing orang yang beriman kepada kebaikan dengan menentang kejahatan, membawanya kepada kebenaran dengan cara menentang kepalsuan. Dalam kenyataannya syaitan tidak semuanya bisa untuk merampas iman dari seseorang yang beriman; ia hanya bisa mengambilnya jika orang yang beriman itu sendiri mencampakkan imannya.

Allah memerintahkan Nabi-Nya supaya:

“Katakanlah: ‘Inilah jalanku, yang aku dan orang-orang yang mengikuti aku menyeru (manusia) kepada Allah dengan basirah (penyaksian yang jelas). Maha Suci Allah! Dan bukanlah aku dari golongan musyrikin”.(Surah Yusuf, ayat 108).

Dalam ayat ini ‘orang yang mengikuti aku’ adalah manusia sempurna, guru kerohanian yang sebenarnya yang akan datang setelah Nabi Muhamamd s.a.w, yang akan mewarisi ilmu batin baginda dan kebijaksanaan baginda dan yang akan berada hampir dengan Allah. Manusia yang demikian di gambarkan sebagai ‘pelindung dan pembimbing yang sebenarnya’. (Surah al-Kahfi, ayat 17)


Ada dua jenis mimpi;

1. subjektif (memberi pandangan atau perasaan sendiri)

2. objektif (bertujuan), masing-masing di bagi kepada dua jenis.

Jenis pertama mimpi subjektif ialah bayangan atau gambaran suasana kerohanian yang tinggi adalah hasil dari keharmonian, dan kelihatan dalam gambar seperti:

👉matahari,

👉bulan,

👉bintang,

👉pemandangan padang pasir putih bermandikan cahaya,

👉taman syurga mahligai roh yang cantik dalam bentuk malaikat dan lain-lain.

Ini semua adalah sifat-sifat hati yang murni.

Jenis kedua mimpi subjektif mengandung gambaran yang berkaitan dengan suasana seseorang yang bebas dari keresahan, yang mengenal diri dan menemui ketenteraman fikirannya. Gambaran-gambaran ini adalah kelazatan yang dia akan temui dalam syurga, bau-bauan dan suara di dalam syurga. Dia akan bermimpi beberapa jenis hewan dan burung yang menyerupai yang paling cantik yang jenisnya ada dalam dunia. Hewan yang di lihat di dalam mimpi itu adalah haiwan syurga. Misalnya,

👉unta adalah hewan syurga.

👉Kuda di kirim sebagai hewan yang membawa tentera suci di dalam peperangan menentang orang-orang kafir di sekelilingnya dan di dalamnya.

👉Lembu jantan kepada Nabi Adam a.s untuk membajak tanah untuk di tanam gandum.

Kambing / biri-biri datangnya dari madu syurga, unta di ciptakan dari cahaya syurga, kuda dari selasih manis di dalam syurga, biri-biri dari kunyit syurga.

Baghal menggambarkan suasana

terendah seseorang yang menemukan hati dan fikiran yang tenang.

Orang yang bermimpi baghal itu tandanya dia lalai dan malas di dalam melakukan ibadat sebab hawa nafsu, dan usaha kerohaniannya tidak memberi hasil. Kemudian dia harus bertaubat dan teruskan melakukan kebajikan supaya dia akan mendapat hasil.

Keldai di ciptakan dari batu syurga dan di berikan untuk berkhidmat kepada Nabi Adam a.s dan keturunannya.

Keldai adalah lambang jasad dan keperluan pada kebendaan, ego dan mementingkan diri sendiri.

Jasad adalah hewan yang membawa beban, membawa roh. Jika seseorang menjadi hamba kepada jasad dia adalah umpama orang yang memikul keldai di atas bahunya, tetapi manusia sebenarnya menunggangi keldai jasad kebendaannya. Jadi, keldai melambangkan cara atau alat dia mengarahkan urusan akhiratnya di dalam dunia ini.

Berkata-kata dengan jejaka tampan dengan wajah yang berseri-seri adalah tanda kenyataan Ilahi sampai pada seseorang itu karna mereka yang sudah memperoleh makrifat kepada kenyataan Ilahi di dalam syurga akan muncul di dalam rupa yang cantik.

Nabi s.a.w menggambarkan orang demikian sebagai

keadaan serba-kena,

serba-elok,

lemah lembut

dan mempunyai mata kehitaman yang indah. Baginda bahkan mengatakan,

“Aku lihat Tuhanku dalam rupa jejaka tampan”

Karna Allah tidak menyerupai sesuatu, hadis ini di artikan sebagai kenyataan sifat-sifat Allah Yang Maha Indah di gambarkan di dalam cermin roh yang suci. Gambaran ini di namakan bayi bagi hati.

Rupa kebendaan, badan, adalah cermin kepada kebijaksanaan ketuhanan yang mengajarkan dan membentuk kita.

Gambaran ini juga adalah perhubungan di antara hamba dengan Tuhan. Sayidina Ali r.a berkata,

“Jika aku tidak di bentuk oleh Tuhanku aku tidak akan mengenal-Nya”.

Untuk pembentukan kerohanian, seseorang itu memerlukan petunjuk, bimbingan dan teladan dari pembimbing yang masih hidup. Guru-guru yang menjadi pembimbing adalah nabi nabi dan orang orang yang hampir dengan Allah yang mewarisi kebijaksanaan nabi-nabi. Melalui ajaran mereka hati dan diri seseorang di terangi cahaya, menerangi perjalanan mereka. Murid menemui roh yang di ilhamkan di dalam dirinya melalui mereka yang menjadi guru kerohanian tersebut.

“Dia jualah yang tinggi darjat-Nya, yang memiliki arasy. Dia kirimkan roh (dari perintah-Nya) kepada sesiapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya buat Dia ancam dengan hari pertemuan”.(Surah Mukmin, ayat 15).

Untuk keselamatan hati kamu harus mendapatkan guru yang mengilhamkanmu roh itu.

Imam al-Ghazali berkata,

“Tidak menjadi kesalahan bagi seseorang melihat Allah dalam mimpinya sebagai gambaran yang indah. Gambaran itu adalah symbol menurut peringkat kerohanian seseorang. Apa yang dilihat tentu bukan Zat Yang Maha Suci yang tidak serupa dengan sesuatu dan menyerupai sesuatu.

Begitu juga Nabi s.a.w tidak dapat di lihat dalam rupa baginda yang asli, kecuali mereka yang menjadi waris:

👉hikmah kebijaksanaan baginda,

👉ilmu dan amalan baginda,

👉dan yang mengikuti baginda secara keseluruhan.

Yang lain, bila mereka mimpikan Rasulullah s.a.w, mimpi adalah simbol menurut kemampuan dan suasana mereka, tetapi sebenarnya mereka tidak melihat baginda”.

Kata qil (kata orang bijak pandai), “Di bolehkan melihat Allah di dalam mimpi sebagai cahaya atau rupa manusia”

Dia menyatakan Diri-Nya dalam bentuk sifat-sifat-Nya. Kepada Nabi Musa a.s Dia kelihatan sebagai api pada pohon yang terbakar. Itu adalah penzahiran tentang Kalam Suci yang Nabi Musa a.s sebagai Belukar Terbakar, mengatakan,

“Wahai Musa, apa di tangan kamu?’(Surah Ta Ha, ayat 15).

Apa yang di perlihatkan kepada Musa a.s sebagai api adalah cahaya Ilahi. Dia melihatnya sebagai api menurut peringkat dan hasratnya, kerana dia sedang mencari api. Bagi manusia, peringkat kewujudan terendah pada dirinya ialah tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Apakah yang ganjil jika manusia yang telah menyucikan dirinya dari tahap-tahap rendah itu sehingga menjadi manusia sempurna sehingga melihat kenyataan Tuhan yang di zahirkan sebagai Belukar Terbakar.

Bagi manusia sempurna yang lain Allah menzahirkan Kalam-Nya sebagai perkataan mereka sendiri, keluar dari mulut mereka.

Bayazid al-Bustami berkata,

“Zatku adalah Yang Maha Mulia. Betapa besarnya kemuliaanku”

Kalam Suci keluar dari mulut Junaid al-Baghdadi,

“Tiada yang lain kecuali Allah di dalam jubahku”

Terdapat rahasia-rahasia besar di dalam peringkat seperti ini yang di capai oleh manusia sempurna. Terlalu sukar untuk menerangkannya dan terlalu panjang untuk menguraikannya. Ia hanya berkaitan dengan mereka yang menghabiskan hayatnya mengejar ilmu batin.

Untuk menjadi penerima penzahiran Ilahi dan untuk berhubung dengan roh Nabi s.a.w, seseorang mesti di ajari dan di didik dan di bawa ke peringkat kerohanian tersebut. Orang yang baru memasuki perjalanan kerohanian tidak bisa berharap dapat berhubungan dengan Allah dan Rasul-Nya.

Di antara guru yang suci yang hampir dengan Allah dan Rasul-Nya ada hubungan yang lebih tinggi dari zahiriah.

Jika Nabi s.a.w masih hidup seseorang bisa mengambil ilmu secara langsung dari baginda dan tidak perlu dari pelantara.

Tetapi oleh karna baginda sudah wafat dan berpindah kepada alam baqa, baginda berpisah dengan keadaan keduniaan dan kebendaan. Jadi, seseorang tidak dapat berhubung secara langsung dengan baginda. Hal yang sama juga terjadi pada guru yang benar. Bila mereka meninggal dunia orang orang tidak bisa lagi belajar kepada mereka.

Kamu akan faham jika kamu mempunyai pengertian yang mendalam, jika kamu mencari bukan untuk menjadi luar biasa. Mencari untuk memperoleh pemahaman ini dengan renungan mendalam, agar kamu melepas kegelapan ego dirimu dengan cahaya yang di nyalakan. Kamu perlu cahaya untuk melihat, untuk mengerti. Kamu tidak bisa melihat di dalam kegelapan. Cahaya itu hanya jatuh pada tempat

yang sesuai,

yang teratur dan suci,

tempat yang mulia.

Orang yang baru, dengan dirinya sendiri, tidak dapat meletakkan dirinya dalam kesesuaian dan sebab itu memerlukan guru.

Guru yang masih hidup mestilah ada hubungan dengan Nabi s.a.w yaitu jika dia benar-benar pewaris suasana Nabi s.a.w. Dalam perjalanannya dia menerima bimbingan dari Nabi s.a.w dan di ajarkan untuk menjadi hamba Allah yang sabar. Dengan bantuan ini dia menjadi alat bagi penerusan jalan batin. Selebihnya adalah rahasia. Hanya orang yang layak mengalaminya akan mengalaminya.

“Bagi Allah jualah kemuliaan dan bagi Rasul-Nya dan bagi orang mukmin”.(Surah Munafiquun, ayat 8).

Suasana yang mulia ini adalah rahasia.

Latihan kerohanian bukanlah perkara mudah. Roh kebendaan berada di dalam tubuh dan di latih dengannya.

👉Tempat roh kerohanian di dalam hati.

👉Tempat roh sultan adalah pusat hati.

👉Tempat roh kudus (roh suci) adalah rahsia.

Rahasia itu adalah jalan yang menghubungkan yang hak dengan orang yang beriman. Ia adalah juru bahasa, menterjemahkan yang hak kepada si pencari kebenaran karna rahasia itu milik Allah, adalah hampir dengan-Nya dan amanah-Nya.

Ada juga mimpi akibat kelakuan buruk. Ia menunjukkan sifat-sifat ego yang menguasai atau kesedaran terhadap kesalahan tetapi dia tidak mampu menghentikannya.

dalam suasana yang lebih baik bila seseorang di ingatkan oleh Allah tentang kesalahan dan dosanya dia mimpikan hewan liar seperti

👉harimau dan singa,

👉serigala dan beruang,

👉anjing dan babi jantan,

dan hewan-hewan kecil seperti

👉musang,

👉Kelinci,

👉kucing

👉ular,

👉kala jengking

dan hewan yang memakan daging dan juga hewan berbisa, haiwan yang merusak

Untuk menyatakan sebagian kecil kejahatan yang di tunjukkan oleh gambaran-gambaran itu:

Harimau

adalah simbol ujub dan besar diri serta takabur yang sampai kepada peringkat angkuh dengan Allah:

“Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan tidak mau menerimanya, maka tidak akan di buka pintu-pintu langit dan tidak akan mereka masuk syurga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum”.(Surah al-A’raaf, ayat 40).

Hukuman yang sama juga bagi mereka yang angkuh dengan sesama manusia.


Serigala

adalah simbol mengasihi diri yang terlampau dan menginginkan pujian. 


Beruang melambangkan kemarahan dan keberangan dan kezaliman atas orang yang dia kuasai. 


Serigala melambangkan kerakusan tanpa memperdulikan haram dan halal, bersih atau kotor.


Anjing

melambangkan rasa kasih terhadap dunia dan hari harinya.


Babi

melambangkan keinginan, cita-cita tinggi, berendam dan hawa nafsu yang kuat.


Musang

menunjukkan penipuan, pembohongan, menipu dalam urusan dunia.


Kelinci

menunjukkan kelakuan yang sama, kecuali di lakukan secara tidak sadar dan dalam kelalaian.


Harimau bintang

– usaha yang digunakan tanpa pertimbangan dan menyakitkan hati, juga ingin menjadi terkenal.


Kucing

– kebakhilan dan memutar belit.


Ular

– berbohong, menghina, membuat tuduhan palsu dan menyakitkan orang lain dengan perkataannya.


Kala jengking

– kritik yang tidak sihat, mempersendakan orang dan tidak menerima mereka.


Tebuan

– bahasa kesat yang menyakitkan hati orang.

Jika seseorang bermimpi melawan dengan salah satu dari hewan tersebut tetapi tidak dapat mengalahkannya dia perlu memerkuatkan lagi:

👉usaha,

👉ibadat

👉dan ingatan secara sedar,

sehingga sekali pukul binatang itu dapat di kalahkan.


Jika bermimpi membunuh binatang itu bermakna dia telah berhenti melakukan kesalahan dan menyakitkan hati orang lain.

Allah berfirman:

“Dia akan hapuskan dari mereka kejahatan dan Dia akan perbaiki keadaan mereka”.(Surah Muhammad, ayat 2).


Jika dia bermimpi salah satu dari binatang itu berubah menjadi manusia itu tandanya suasananya yang salah dahulu telah di perbaikinya dan taubatnya di terima, karna tanda sebenarnya taubat di terima ialah ketidakmampuan melakukan kesalahan yang sama.

“Kecuali orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan amal salih, maka mereka Allah ganti kejahatan mereka dengan kebaikan…”(Surah al-Furqaan, ayat 70).


Bila seseorang di selamatkan dari kejahatan dan kesalahan dia harus menjaganya sungguh-sungguh, jangan merasa sudah selamat, karna hawa nafsu dan ego mendapat kembali kekuatannya melalui ingatan yang hanya sedikit terhadap

👉keingkaran,

👉bangkangan

👉dan kejahatan,

👉dan membawa seseorang kembali kepada cara lama.

Suasana roh yang sejahtera dengan mudah akan hilang. Tujuan Allah memerintahkan hamba-hambaNya menahan diri dari yang haram adalah untuk mewujudkan amalan yang tekun untuk menjaga seseorang agar sentiasa berwaspada.

👉Ego jahat yang memerintah kadang-kadang kelihatan dalam mimpi sebagai orang kafir

👉diri yang mengkritik diri sendiri bisa kelihatan sebagai orang Yahudi

👉diri yang berperangsang kadang-kadang kelihatan sebagai orang Kristiani


Bab 22: doa dan zikir yang berhubungan dengan jalan suluk

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 22: doa dan zikir yang berhubungan dengan jalan suluk


siapa yang memilih untuk memisahkan dirinya dari dunia supaya dia dapat menghampiri Allah hendaklah tahu ibadat-ibadat seperti doa dan zikir yang sesuai untuk tujuan tersebut. 

Melakukan ibadat tersebut memerlukan suasana yang suci dan sebaik-baiknya berada di dalam keadaan berpuasa.


Kamar khalwat biasanya sangat dekat dengan masjid karna syarat bagi salik harus meninggalkan kamar khalwatnya lima kali sehari untuk mengerjakan solat berjemaah dan pada saat itu hendaklah menjaga dirinya tidak menonjolkan diri tapi justru menyembunyikan diri dan tidak berkata-kata walau sepatah perkataan pun.

siapa yang di dalam suluk hendaklah mengambil langkah tegas untuk lebih menghayati dan mematuhi

prinsip-prinsip,

dasar-dasar dan

syarat-syarat shalat berjemaah.


Setiap malam, ketika tengah malam, salik harus bangun untuk mengerjakan shalat tahajjud, di suasana bangun sepenuhnya di setelah bangun dari tidur. Shalat tahajjud membawa simbol kebangkitan setelah mati. Bila seseorang berhasil bangun untuk melakukan shalat tahajjud maka dia adalah Pemilik hati dan pikiran bersih. Agar suasana bangun ini tidak rusak dia tidak seharusnya melibatkan diri dengan kegiatan harian seperti makan dan minum.


Sebaiknya menganggap bangun tidur sebagai menyadari di bangkitkan kembali dari kelalaian pada kesedaran,

ucapkan:

“Alhamduli-Llahi ahyani ba’da ma amatani wa-ilaihin-nusyur"

Segala puji bagi Allah yang membangkitkanku setelah mengambil hidupku. 


Setelah mati semua akan di bangkitkan dan kembali kepada-Nya”.

Kemudian bacakan sepuluh ayat terakhir surah al-‘Imraan, yaitu ayat 190 – 200. Sesudah itu mengambil wuduk dan berdoa:

“Kemenangan untuk Allah! Segala puji untuk-Mu. Tidak ada yang lain dari padaMu yang layak menerima ibadat. aku bertaubat dari dosaku. Ampunilah dosaku, maafkan kehadiranku (keakuanmu), terimalah taubatku. Engkau Maha Pengampun, Engkau suka memaafkan. Wahai Tuhanku! Masukkan aku ke dalam golongan mereka yang menyedari kesalahan mereka dan masukkan aku ke dalam golongan hamba-hambaMu yang shaleh

👉yang memiliki kesabaran,

👉yang bersyukur,

👉yang mengingat Engkau dan

👉yang memuji Engkau malam dan siang”.

Kemudian angkatlah pandangan ke langit dan lakukan pengakuan:

“Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah, Esa, tiada sekutu,

dan aku bersaksi Muhamamd adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. 

aku berlindung dengan keampunan-Mu dari azab-Mu. aku berlindung pada keredaan-Mu dari murka-Mu. aku berlindung padaMu dariMu. Aku tidak mampu mengenali-Mu sebagaimana Engkau kenali Diri-Mu. Aku tidak mampu memujiMu sebagaimana seharusnya. aku adalah hamba-Mu, aku adalah anak hamba-Mu. Dahiku yang Engkau tuliskan takdir adalah dalam tangan-Mu. Perintah-Mu berlari menyertai aku. Apa yang Engkau tentukan untukku adalah baik bagiku. aku serahkan kepada-Mu tanganku dan kekuatan yang Engkau letakkan padanya. aku buka diriku di hadapan-Mu, membuka semua dosaku. Tiada Tuhan kecuali Engkau, dan Engkau Maha Pengampun, aku yang zalim, aku yang berbuat kejahatan, aku menzalimi diriku. Untukku karna aku adalah hambaMu ampunilah dosa-dosaku. Engkau jualah Tuhan, hanya Engkau yang bisah mengampunkan”

Kemudian menghadap ke arah kiblat dan ucapkan:

“Allah Maha Besar! Segala puji untuk-Nya. Aku ingat dan membesarkan-Nya”.

Kemudian ucapkan sepuluh kali:

“Segala kemenangan buat Allah”.

Kemudian ucapkan sepuluh kali:

“Segala puji dan syukur untuk Allah”.

Kemudian ucapkan sepuluh kali:

“Tiada Tuhan melainkan Allah”.

Kemudian lakukan shalat sepuluh rakaat, dua rakaat satu salam. Nabi s.a.w bersabda,

“shalat malam dua rakaat”.

Allah memuji orang yang shalat malam.

“Dan di sebagian malam hendaklah engkau shalat tahajjud sebagai shalat sunat untukmu, supaya Tuhanmu membangkitkanmu di satu tempat yang terpuji”.(Surah Bani Israil, ayat 79).

“Renggang rusuk-rusuk mereka dari tempat tidur, dalam keadaan menyeru Tuhan mereka dengan takut dan penuh harapan, dan sebagian dari apa yang Kami karuniakan itu mereka belanjakan”.(Surah as-Sajadah, ayat 16 & 17).

Kemudian pada akhir malam bangun kembali untuk mengerjakan shalat witir tiga rakaat, shalat yang menutup semua shalat shalat pada hari itu. Pada rakaat ketiga selepas al-Faatihah bacakan satu surah dari Quran, kemudian angkatkan tangan seperti pada permulaan shalat sambil ucapkan “Allahu Akbar!” dan bacakan doa qunut. Kemudian selesaikan shalat seperti biasa.

Setelah matahari terbit orang yang di dalam suluk perlu melakukan shalat isyraq, shalat yang menerangi, dua rakaat. Sesudah itu melakukan shalat istihadha’ dua rakaat, mencari perlindungan dan keselamatan dari syaitan. Pada rakaat pertama selepas al-Faatihah bacakan surah al-Falaq. Dalam rakaat kedua setelah itu al-Faatihah bacakan surah an-Nas.

Untuk mempersiapkan diri untuk hari itu lakukan shalat sunat istikharah, shalat meminta petunjuk Allah untuk keputusan yang benar pada hari itu. Pada tiap rakaat setelah al-Faatihah bacakan ayat al-Kursi. Kemudian tujuh kali surah al-Ikhlas. Kemudian pagi itu lakukan shalat dhuha, shalat kesalihan dan kedamaian hati. Lakukan enam rakaat. Bacakan surah asy-Syams dan surah ad-Dhuha. Dan iringi dengan dua rakaat kaffarat, shalat penebusan terhadap kekotoran yang mengenai seseorang yang di sadari ataupun yang di sadari. Tersentuh dengan kekotoran walaupun secara tidak sengaja masih berdosa, masi di hukum. Ini bisa terjadi walaupun di dalam suluk, misalnya melalui keperluan tubuh. Nabi s.a.w bersabda,

“waspadalah dari najis – walaupun ketika kamu kencing, usahakan satu tetespun tidak mengenai kamu karna itu adalah menimbulkan siksaan di dalam kubur”

Setiap rakaat, setelah membaca al-Faatihah bacakan surah al-Kausar tujuh kali.

Satu lagi shalat panjang, walaupun empat rakaat harus di lakukan dalam satu hari waktu khalwat atau suluk. Ini adalah shalat tasbih – shalat penyucian atau pemujaan. Jika seseorang mengikuti mazhab Hanafi dia melakukannya empat rakaat satu salam. Jika dia berfahaman Syafi’i dilakukannya dua rakaat satu salam, dua kali. Ini jika di lakukan di siang hari. Jika di lakukan malam hari Hanafi dan Syafi’e sependapat, dua rakaat satu salam, dua kali.

Nabi s.a.w memberitahu mengenai shalat ini kepada bapak saudara baginda, Ibnu Abbas,

“Wahai bapa saudaraku yang ku kasihi. Ingatlah aku akan berikan kepada kamu satu pemberian. Perhatikanlah aku akan Sampaikan kepada kamu satu yang sangat baik. Ingatlah aku akan berikan kepada kamu kehidupan dan harapan baru. Ingatlah aku akan berikan kepada kamu sesuatu yang bernilai sepuluh dari perbuatan-perbuatan yang baik. Jika kamu kerjakan apa yang aku beritahu dan ajarkan kepada kamu Allah akan ampunkan dosa-dosa kamu yang lalu dan yang akan datang, yang lama dan yang baru, yang kecil dan yang besar. Lakukan secara di sadari atau tidak, secara tersembunyi atau terbuka”.

“Engkau kerjakan shalat empat rakaat. Pada tiap-tiap rakaat selepas al-Faatihah kamu bacakan satu surah dari Quran. Ketika kamu berdiri bacakan lima belas kali:

Subhana Llahi il-hamdu li-Llahi la ilaha illa Llahu wa-Llahu akbar, wa-la hawla wa-la quwwata illa billahil l-‘Ali I-‘Azim.

Bila kamu rukuk, tangan di atas lutut, bacakan sepuluh kali.

Ketika berdiri ulanginya sepuluh kali lagi.

Ketika kamu sujud bacakan sepuluh kali. Bila kamu bangun dari sujud bacakan sepuluh kali.

Ketika duduk bacakan sepuluh kali.

Sujud lagi bacakan sepuluh kali.

Duduk lagi bacakan sepuluh kali. Kemudian bangun untuk rakaat kedua. Lakukan serupa untuk rakaat yang lain sehingga empat rakaat”.

“Jika kamu mampu lakukan shalat ini setiap hari. Jika tidak lakukan sekali sebulan. Jika tidak mampu juga lakukan sekali setahun. Jika masih tidak mampu lakukan sekali seumur hidup”.

Jadi, empat rakaat itu tasbih di ucapkan sebanyak tiga ratus kali. Sebagaimana Nabi s.a.w ajarkan kepada bapa saudara baginda Ibnu Abbas, dianjurkan juga kepada orang yang bersuluk melakukan shalat tersebut.

Selain dari tugas tersebut orang yang di dalam suluk juga dianjurkan membaca Quran sekurang-kurangnya sebanyak 200 ayat sehari. Dia juga hendaklah mengingati Allah secara terus menerus dan menurut suasana rohani termasuk menyebut nama-nama-Nya yang indah secara kuat atau diam yaitu di dalam hati. Ingatan di dalam hati secara diam hanya berawal bila hati kembali bangun dan hidup. Bahasa zikir ini adalah perkataan rahasia yang tersembunyi.

Setiap orang mengingati Allah menurut upayanya masing-masing.

Allah berfirman:

“Hendaklah kamu sebut Dia sebagaimana Dia pimpin kamu”. (Surah al-Baqarah, ayat 198).

Ingatlah kepada-Nya menurut kemampuan kamu. Pada setiap tahap kerohanian ingatan itu berbeda-beda. Ia mempunyai satu nama lagi, ia mempunyai satu sifat lagi, satu cara lagi. Hanya orang yang di tahap itu tahu zikir yang sesuai.

Orang yang di dalam suluk juga di anjurkan membaca surah al-Ikhlas seratus kali sehari. Perlu juga membaca Selawat seratus kali sehari. Dia juga perlu membaca doa ini sebanyak seratus kali:

“Astaghfiru Llah al-‘Azim, la ilaha illa Huwa l-Hayy ul-Qayyum – mimma qaddamtu wa-ma akhkhartu wa-ma ‘alantu wa-ma asrartu wa-ma anta a’lamu bihi minni. Anta l-Muqaddimu wa-antal Muakhkhiru wa-anta ‘ala kulli syai in Qadir”.

Seterusnya lakukan ibadat-ibadat yang telah di nyatakan, gunakan untuk membaca Quran dan ibdah lainya


Bab 21: pengasingan diri dari dunia dengan memasuki khalwat dan suluk.

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 21: pengasingan diri dari dunia dengan memasuki khalwat dan suluk.


Khalwat dan suluk harus di lihat secara zahir dan batin.

Khalwat zahir ialah mengambil keputusan untuk memisahkan diri dari dunia, memencilkan diri di dalam satu ruang yang terpisah dari orang banyak supaya selamat dari kelakuan dan kewujudannya yang tidak di inginkan, 


Dia juga berharap agar dengan berbuat demikian maka sumber yang menjadi kewujudan yang tidak di ingini, egonya dan hawa nafsu badannya akan terpisah dari bekal hariannya dan terhenti juga segala yang memuaskan dan mengenyangkannya.

Seterusnya dia berharap pengasingan itu akan mendidik egonya dan seleranya, memberi peluang kepada perkembangan diri rohani. Bila seseorang memutuskan demikian niatnya mestilah ikhlas. Dalam satu segi dia bagai meletakkan dirinya di dalam kubur, dalam keadaan mati, mengharapkan semata-mata keridoan Allah, berhasrat dalam hati melahirkan yang asli dan beriman, yang lahir dari kewujudanya yang hina ini.

Nabi s.a.w bersabda,

“di katakan beriman adalah jika orang lain selamat dari tangan dan lidahnya”

Dia mengikat lidahnya dari berkata yang sia-sia kerana Nabi s.a.w bersabda,

“Keselamatan manusia datang dari lidah dan kebinasaannya juga dari lidah”


Dia menutupkan matanya dari yang di haramkan agar pandangannya yang khianat dan menipu daya tidak jatuh ke atas apa yang di miliki oleh orang lain. Dia menutup telinganya dari mendengar kebohongan dan kejahatan, dan mengikat kakinya, membelenggunya supaya tidak pergi pada dosa.

Nabi s.a.w bersabda menceritakan:

"setiap anggota badan punya memaksiatan sendiri sendiri ,“Mata bisa berzina”. Bila salah satu dari pancaindera berdosa satu makhluk hitam yang hodoh di ciptakan darinya dan pada hari pembalasan ia menjadi saksi terhadap dosa yang dia lakukan. Kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.


Tuhan memuji orang yang menghindarkan dirinya dari kesalahan kerana itu merupakan penyesalan yang sebenar benarnya taubat yang kuat.

“Adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya, dan mencegah diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurga itu tempat kembalinya”.(Surah an-Naazi’aat, ayat 40 & 41).

Orang yang takut apad Tuhannya dan bertaubat, mengehilangkan kewujudannya yang hina ke yang beriman dan menghilangkan keburukannya menjadi keimanan akan di rubah di dalam khalwatnya sehingga jadilah ia jejaka tampan. Kewujudan yang elok ini menjadi khadam kepada penghuni syurga.

Mengasingkan diri adalah benteng menghalang musuh bagi dosa diri sendiri dan kesalahan. Di dalam sendirian, seseorang terpelihara di dalam kesucian. Firman Allah:

“Barang siapa percaya akan pertemuan Tuhannya hendaklah ia kerjakan amal salih dan janganlah ia sekutukan seseorang jua dalam ibadat kepada Tuhannya”.(Surah al-Kahfi, ayat 110).

Semua yang di ceritakan ini adalah suasana khalwat zahir.


Sekarang kita kaji halwat batin

Maksud khalwat batin ialah menghilangkan dari hati yaitu memikirkan hal keduniaan, kejahatan dan ego, meninggalkan makan, minum. Harta, keluarga, isteri, anak-anak dan perhatian serta kasih sayang semuanya dan berharap orang lain melihat atau mendengar tentangnyapun jangan masuk pada khalwat ini.


Orang yang bermaksud memasuki khalwat batin harus membersihkan hatinya dari kemegahan, sombong, takabur, marah, dengki, khianat dan yang sejenisnya. Jika semua perasaan itu ada padanya dalam khalwatnya maka hatinya menjadi terikat. Ia tidak lagi terlepas dari dunia dan khalwat demikian tidak berguna. Sekali kotoran memasuki hati ia kehilangan kesuciannya dan semua kebaikan terbatal.

“Apa yang kamu bawa itu sihir, sesungguhnya Allah akan membatalkannya (karna) Allah itu tidak membaguskan amal orang-orang yang berbuat bencana”. (Surah Yunus, ayat 81).


Walaupun perbuatan seseorang itu kelihatan bagus pada pandangan orang lain, tapi bila sifat-sifat buruk memasukinya, maka orang itu di anggap berbuat khianat dan menipu dirinya sendiri dan juga orang lain.

Nabi s.a.w bersabda,

“Sombong dan takabur itu mencemari iman. Fitnah dan umpatan lebih buruk dari dosa zina”.


Pada hadis lain

“Sebagaimana api membakar kayu dendam membakar dan menghapuskan perbuatan baik seseorang”.

Juga sabda rosul:

“Fitnah itu tidur, maka laknat bagi yang membangunkannya”

Juga sabda rosul:

“Orang yang bakhil tidak masuk syurga walaupun dia habiskan umurnya dengan ibadat”

Juga sabda rosul:

“Kepura-puraan adalah bentuk sembunyi mengadakan sekutu bagi Tuhan”.

Juga,

“Syurga itu menolak orang yang menolak orang lain”.

Banyak lagi tanda-tanda sifat buruk yang di kutuk oleh Rasulullah saw. 

Apa yang di nyatakan sudah memadai untuk menunjukkan pada kita bawa dunia ini adalah tempat yang memerlukan ketekunan di dalam berhati-hati dan berwaspada, berjalan melaluinya dengan cermat dan penuh perhatian. 


Tujuan pertama jalan kerohanian ialah menyucikan hati dan langkah untuk memperolehnya ialah memberantas keegoan dan keinginan hawa nafsu. Di dalam khalwat, dengan berdiam diri, bertafakur dan berzikir terus menerus, ego seseorang di perbaiki. Kemudian Allah Yang Maha Tinggi menjadikan hati seseorang itu bercahaya.

Tiada yang di lakukan di dalam khalwat dengan perbuatan sendiri. Apa yang perlu ialah cinta, ikhlas dan keyakinan yang benar. Cara ini bukan cara orang itu sendiri. Dia mengikuti cara para sahabat Rasulullah s.a.w, cara orang-orang yang mengikuti mereka dan cara orang yang mengetahui cara mereka dan mengikutinya.

Bila orang yang yakin berada pada jalan ini menurut jalan taubat, ilham dan menyucikan hatinya, Allah mencabut dari hatinya dan dirinya segala yang merusakkan dan yang keji dan melindunginya agar dia tidak kembali kepadanya. Wajahnya akan menjadi cantik, perasaannya, termasuk di zahirkan, menjadi tulen. Apa saja yang dia lakukan di lakukannya dengan cara yang terpuji karna dia berada di dalam hadirat Ilahi.

“Allah mendengar orang yang memuji-Nya”

Jadi, Allah menjaganya. Allah menerima doanya, kerinduannya dan puji-pujiannya dan mengabulkan segala keinginannya.

“Barang siapa menginginkan kemuliaan maka dari Allah jualah semua kemuliaan. Kepada-Nya di berikan perkataan yang baik, amal yang salih itu Dia angkat”. (Surah Fatir, ayat 10).

Perkataan yang baik menyelamatkan lidah dari perkataan yang sia-sia. Lidah adalah alat yang baik untuk memuji Tuhan, mengulangi nama-nama-Nya yang indah, mengakui keesaan-Nya. Allah benci terhadap perkataan yang sia-sia:

“Tidak sekali-kali! Sesungguhnya yang demikian perkataan yang ia ucapkan padahal di belakang mereka satu dinding hingga hari mereka di bangkitkan (mereka tidak benar dalam perkataan mereka)”.(Surah Mukminuun, ayat 100).


Allah mengaruniakan ampunan-Nya, belas kasihNya kepada orang yang belajar dan mengamalkannya dengan niat yang baik. Dia tempatkan pada drajat yang lebih tinggi. Dia rido kepadanya, Dia maafkan kesalahannya.

Bila seseorang telah dinaikkan drajatnya maka hatinya menjadi seperti laut. Bentuk dan warna laut itu tidak berubah karna sedikit Kekejaman dan penganiayaan yang orang ramai lakukan kepadanya.

Nabi s.a.w bersabda,

“Jadilah seperti laut yang tidak berubah, tetapi di dalamnya tentera gelap (ego) kamu akan lemas”

seperti Firaun lemas di dalam Laut Merah. Dalam lautan itu kapal agama timbul dengan selamat dan sejahtera, ia berlayar di dalam lautan yang luas itu. Roh orang yang di dalam khalwat terjun ke dasarnya untuk mendapatkan mutiara kebenaran, membawa ke permukaan mutiara kebijaksanaan (makrifat) dari batu karang budi pekerti dan menyebarkannya ke tempat yang jauh. Firman Allah:

“Keluar darinya mutiara dan marjan (batu karang)”.(Surah ar-Rahmaan, ayat 22).

Untuk memelihara lautan tersebut zahir kamu mestilah sama dengan batin kamu, diri kamu mestilah sama dengan apa yang kelihatan pada diri kamu. Suasana zahir dan suasana batin kamu mestilah satu. Bila ini terjadi, tiada lagi penipuan, hasutan atau kekacauan di dalam laut hati kamu. Tiada keributan yang memabukkan di dalam lautan yang tenang itu. Orang yang memperoleh suasana tersebut berada di dalam keadaan taubat sepenuhnya; ilmunya luas dan bermanfaat, perbuatannya semuanya adalah khidmat untuk orang lain, hatinya tidak mengalir kepada kejahatan. Jika dia hilap atau lupa dia dimaafkan karna dia ingat bila dia lupa dan bertaubat bila dia bersalah. Dia berada dalam kehampiran dengan Allah dan dirinya sendiri.


Bab 20: penyaksian yang hak melalui suasana damai yang datang karna melepaskan segala perkara keduniaan melalui zauk.

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 20: penyaksian yang hak melalui suasana damai yang datang karna melepaskan segala perkara keduniaan melalui zauk.


Nabi s.a.w bersabda,

“Satu ilham Ilahi yang memutuskan seseorang dari dunia ini dan karunian atas seseorang akan nyatanya atau cermin sifat-sifat Tuhan, menampakkan kepada seseorang keesaan Ilahi, lebih baik dari pengalaman dunia dan akhirat”

“Orang yang tidak mengalami zauk (keghairahan) dari menerima kenyataan makrifat Ilahi dan yang hak adalah tidak hidup”

Banyak ayat-ayat dan hadis-hadis serta kabar dari wali-wali menceritakan suasana ini.

“Dan orang yang Allah luaskan dadanya kepada Islam yaitu ia berjalan atas nur dari Tuhannya (sama dengan yang beku hatinya?)

Maka celakalah bagi mereka yang beku hatinya dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah turunkan sebaik-baik perkataan, kitab yang sebagiannya menyerupai bagian yang lain, yang di ulang-ulangkan, yang seram lantarannya kulit-kulit badan orang yang takut kepada Tuhannya. Kemudian jadi lemas kulit-kulit mereka dan hati-hati mereka mengingat Allah. Yang demikian itu pimpinan Tuhan, yang Ia pimpin dengannya siapa yang Ia kehendaki, dan barang siapa di sesatkan oleh Allah maka tidaklah ada baginya sebarang pimpinan”.(Surah az-Zummar, ayat 22 & 23).

Junaid al-Baghdadi berkata,

“Bila zauk (keghairahan) bertemu dengan kenyataan Ilahi di dalam diri seseorang, dia itu berada di dalam keadaan merasakan kelazatan yang amat sangat atau keharuman yang mendalam”

Ada dua jenis zauk:

zauk lahiriah dan zauk rohaniah.

Zauk lahiriah adalah hasil dari ego diri. Ia tidak memberi kepuasan secara rohaniah. Ia di pengaruhi oleh pancaindera. Sering kali kepura-puraan, berbuat agar di lihat atau di ketahui oleh orang lain. Zauk jenis ini tidak berharga sedikitpun kerana hal itu di sengaja,dengan kehendak atau niat: orang yang mengalaminya masih merasakan yang dia boleh berbuat dan memilih (tidak ada fana padanya). Tidak ada gunanya menganggap penting pengalaman yang demikian.

Zauk kerohanian, Bagaimanapun, keseluruhannya berbeda, suasana yang di hasilkan oleh pengaliran tenaga kerohanian yang melimpah ruah. Secara biasa, pengaruh luar – seperti puisi yang indah yang dibaca, atau Quran dibaca dengan suara yang merdu, atau keghairahan yang dicetuskan oleh upacara zikir sufi. Ini mengakibatkan peningkatan kerohanian. Ini terjadi karna menentang lahiriah seseorang di hapus kehendak dan kekuatan akal untuk memilih di atasi. Bila kekuatan badan dan fikiran sudah di lemahkan suasana zauk adalah semata-mata bersifat kerohanian. Meneruskan perjalanan dengan pengalaman yang demikian sangat besar gunanya bagi seseorang.

“Dan orang yang menjauhi berhala-hala dari menyembahnya dan kembali kepada Allah adalah bagi mereka khabar yang menggirangkan. Oleh itu girangkanlah hamba-hamba-Ku. Yang mendengar perkataan lalu menurut yang sebaik-baiknya. Merekalah orang-orang yang di pimpin oleh Allah dan mereka itu ialah orang-orang yang mempunyai fikiran”.(Surah az-Zumar, ayat 17 & 18).

Nyanyian merdu burung-burung, keluhan pencinta, adalah sebahagian daripada penyebab luar yang menggerakkan tenaga kerohanian. Dalam suasana tenaga kerohanian yang demikian syaitan dan ego tidak boleh campur tangan; iblis bertindak di dalam alam kegelapan perbuatan-perbuatan yang muncul dari ego diri dan tidak boleh berbuat apa-apa di dalam alam kemurahan dan keampunan yang bercahaya. Dalam alam kemurahan dan keampunan Allah, syaitan menjadi cair laksana garam di dalam air, sama seperti ia hilang apabila dibaca:

“La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azim” – Tiada daya dan upaya melainkan dengan Allah Yang Maha Tinggi, Maha Mulia.

Pengaruh-pengaruh yang merangsangkan zauk kerohanian diterangkan oleh hadis,

“Ayat-ayat Quran, puisi yang berhikmah dan ajaib mengenai cinta dan bunyi serta suara kerinduan menyalakan wajah roh”

Zauk sebenar adalah hubungan cahaya dengan cahaya bila roh insan bertemu dengan cahaya Ilahi. Allah berfirman:

“Yang suci untuk yang suci pula”.(Surah an-Nuur, ayat 26).

Jika zauk datang dari rangsangan ego dan syaitan maka tiada cahaya di sana. Di sana hanya ada kegelapan tanpa cahaya, ragu-ragu, penafian dan kekeliruan. Kegelapan menjadi bapak bagi kegelapan.

Dalam bagian roh dan jiwa, ego tidak ada bagian.

Firman Tuhan:

“Yang tidak suci untuk yang tidak suci pula”.(Surah an-Nuur, ayat 26).

Penzahiran suasana zauk ada dua jenis: penzahiran zauk lahiriah yang bergantung

kepada kehendak diri sendiri dan

penzahiran zauk kerohanian yang di luar pilihan dan kehendak seseorang.

Dalam zauk zhahir yang nyata ialah di sengajakan. Jika seseorang gemetar, bergoyang dan meraung walaupun bukan di bawah pengaruh kesakitan atau gangguan dalam tubuh, ia tidak di anggap sah. yang sah ialah perubahan yang nyata pada keadaan lahiriah yang tidak di sengajakan dan di sebabkan oleh keadaan batin seseorang.

Penzahiran yang tidak di sengajakan adalah akibat tenaga kerohanian yang tidak dapat di kawal atau di kendalikan oleh seseorang. Rohnya yang di dalam zauk mengatasi atau mengendalikan pancaindera. umpama keadaan meracau orang yang demam panas, agak tidak mungkin mencegah orang yang demikian dari gemetar-gemetar, bergoyang dan menjadi kaku di dalam meracau itu kerana dia tidak kuasa terhadap penzahiran yang keluar atau terjadi kepadanya itu.

Begitu juga bila tenaga kerohanian membesar sehingga mengalahkan

kehendak,

fikiran dan

tubuh,

zauk yang lahir dari yang demikian adalah benar, jujur dan bersifat kerohanian. Keadaan zauk kerohanian yang demikian, yang di masuki oleh para sahabat akrab Allah di dalam melakukan pergerakan dan putaran pada upacara mereka, iti adalah cara untuk menimbulkan ghairah dan dorongan pada hati mereka. Ini adalah makanan bagi mereka yang mengasihi Allah. memberikan tenaga di dalam perjalanan mereka yang sukar dalam mencari yang hak.

Nabi s.a.w bersabda,

“Upacara keghairahan yang di lakukan oleh para pencinta Allah, tarian dan nyanyian mereka,

merupakan kewajiban bagi sebagian, dan

bagi sebagian yang lain adalah harus sementara,

bagi yang lain pula adalah bida'ah.

Ini adalah kewajiban bagi manusia yang sempurna, harus bagi kekasih Allah dan bagi yang lalai adalah bida"ah”.

Dan, “sifat yang tidak sehat bagi orang yang tidak merasa kelazatan berada bersama kekasih Allah adalah puisi orang arif yang mereka nyanyikan, musim bunga, warna dan keharuman bunga, burung dan nyanyiannya”.

Orang yang lalai itu yang menganggap mencari zauk kerohanian sebagai bidaah, orang yang tidak sehat sifatnya yang tidak dapat menikmati kelazatan yang indah, adalah sakit dan tidak ada penawar untuk penyakit ini. Mereka lebih rendah dari pada burung dan hewan, lebih rendah dari pada keldai, karna hewan juga menikmati irama. Bila Nabi Daud a.s melagukan suaranya maka burung-burung terbang di sekelilingnya untuk menikmati kemerduan suaranya. Nabi Daud a.s berkata,

“Orang yang tidak mengalami keghairahan tidak dapat merasai agamanya”

Terdapat sepuluh suasana zauk. Sebahagiannya sangat nampak tanda tandanya kelihatan kepada orang ini seperti:

kesedaran rohani dan berzikir mengingati Allah dan membaca Quran dengan senyap. Menangis, merasa penyesalan yang mendalam, takutkan azab Allah, kerinduan dan kesyahduan, malu terhadap kelalaian diri; apabila seseorang menjadi pucat atau mukanya berseri-seri karna ghairah dari suasana dalam dan kejadian di sekelilingnya, membara dengan kerinduan terhadap Allah – semua ini dan semua keganjilan pada lahiriah dan rohaniah yang di hasilkan oleh perkara-perkara tersebut adalah tanda-tanda zauk atau keghairahan.


Bab 19: haji ke mekah dan haji batin hakikat hati.

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 19: haji ke mekah dan haji batin hakikat hati.


Menunaikan hajji menurut syariat ialah mengunjungi ka’abah di Makkah. Ada beberapa syarat berhubungan dengan ibadat hajji:

👉memakai ihram yaitu dua helai kain yang tidak di jahit menandakan pelepasan semua ikatan duniawi.

👉memasuki Makkah dalam keadaan berwuduk.

👉tawaf keliling ka’abah sebanyak tujuh kali tanda penyerahan sepenuhnya.

👉lari-lari anak dari Safa ke Marwah sebanyak tujuh kali.

👉pergi ke Padang Arafah dan tinggal di sana sehingga matahari terbenam.

👉bermalam di Musdalifah.

👉melakukan korban di Mina.

👉meminum air zamzam.

👉melakukan sembahyang dua rakaat di dekat tempat Nabi Ibrahim a.s pernah berdiri.

Bila semua ini di lakukan pekerjaan hajipun sempurna dan balasannya di akui. Jika terdapat kecacatan pada pekerjaan tersebut balasannya di batalkan. Allah Yang Maha Tinggi berfirman:

“Sempurnakan haji dan umrah karna Allah”.(Surah al-Baqarah, ayat 196).

Bila semua itu telah selesai banyak dari sesuatu yang berhubungan dengan keduniaan yang di waktu melakukan pekerjaan haji yang sebelumnya di larang maka di bolehkan kembali. Sebagai tanda selesainya pekerjaan hajji seseorang itu melakukan tawaf terakhir sekali lagi sebelum kembali pada kehidupan sehari hari

Ganjaran untuk orang yang mengerjakan haji di nyatakan oleh Allah dengan firman-Nya:

“Dan barang siapa masuk ke dalamnya amanlah maka dia, dan karna Allah mewajibkan atas manusia pergi ke rumah itu bagi yang mampuh untuk pergi ke sana”.(Surah al-‘Imraan, ayat 97).

Orang yang sempurna ibadat hajjinya selamat dari azab neraka. Itulah balasannya.

Pekerjaan haji kerohanian memerlukan persiapan yang besar dan mengumpulkan keperluan-keperluan sebelum memulai perjalanan. Langkah pertama ialah

mencari juru pandu, pembimbing, guru, seorang yang di kasihi, di hormati, yang di harapkan dan di taati oleh orang yang ingin menjadi murid itu. Pembimbing itulah yang akan membekali murid itu untuk mengerjakan haji kerohanian, dengan segala keperluannya.

Kemudian dia harus menyiapkan hatinya. Untuk menjadikannya sadar dengan mengucapkan kalimah tauhid

“La ilaha illa Llah”

dan mengingati Allah dan menghayati kalimah tersebut. Dengan ini hati menjadi sadar, atau hidup. Ia harus mengingat Allah dan terus menerus sehingga seluruh diri batin menjadi suci bersih dari selain Allah.

Setelah penyucian batin seseorang harus menyebutkan nama-nama bagi sifat-sifat Allah yang akan menyalakan cahaya keindahan dan kemuliaan-Nya. Di dalam cahaya itulah orang itu di harapkan dapat melihat ka’bah bagi hakikat rahasia. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s dan anaknya Nabi Ismail a.s melakukan penyucian ini:

“Janganlah engkau sekutukan Aku dengan sesuatu apa pun dan bersihkan rumah-Ku untuk orang-orang tawaf, dan yang berdiri, dan yang rukuk, dan yang sujud”.(Surah al-Hajj, ayat 26).

Sesungguhnya ka’bah zahir yang ada di Makkah di jaga dengan bersih untuk para jama'ah hajji. Maka harus lebih lagi kesucian yang perlu di jaga terhadap ka’bah batin yang ke atasnya hakikat akan memancar.

Setelah persediaan itu pekerja haji batin menyelimuti dirinya dengan roh suci, mengubah bentuk kebendaannya menjadi hakikat batin, dan melakukan tawaf ka’bah hati, mengucap di dalam hati nama Tuhan yang kedua- “ALLAH”, nama yang khusus bagi-Nya. Ia bergerak dalam lingkaran karna jalan rohani bukan lurus tetapi dalam bentuk lingkaran. Akhirnya adalah permulaannya.

Kemudian ia pergi ke Padang Arafah hati, tempat batin merendahkan diri dan merayu kepada Tuhannya, tempat yang di harapkan seseorang dapat mengetahui rahasia

“La ilaha illa Llah”,

“Yang Maha Esa, tiada sekutu”.

Di sana ia berdiri mengucapkan nama ketiga “HU” bukan sendirian tetapi bersama-Nya karna Allah berfirman:

“Dia beserta kamu walau di mana kamu berada”.(Surah al-Hadiid, ayat 4).

Kemudian dia mengucapkan nama keempat “HAQ”, nama bagi cahaya Zat Allah – dan kemudian nama kelima “HAYYUN” – hidup Ilahi yang darinya hidup yang sementara muncul. Kemudian dia menyatukan nama Ilahi Yang Hidup Kekal Abadi dengan nama keenam “QAYYUM” – Yang Wujud Sendiri, yang bergantung kepada-Nya segala kewujudan.

Ini membawanya kepada Musdalifah yang di tengah-tengah hati.

Kemudian dia di bawa ke Mina, rahsia suci, intipati atau hakikat, di mana dia ucapkan nama yang ke tujuh “QAHHAR” – Yang Meliputi Semua, Maha Keras. Dengan kekuasaan nama tersebut dirinya dan kepentingan dirinya di korbankan. Tabir keingkaran di tiupkan dan pintu kebatilan di terbangkan.

Mengenai tabir yang memisahkan yang di cipta dengan Pencipta, Nabi s.a.w bersabda,

“Iman dan kufur wujud pada tempat di sebalik arasy Allah. Keduanya adalah hijab memisahkan Tuhan dari pemandangan hamba-hamba-Nya. Satu adalah hitam dan satu lagi putih”.

Kemudian kepada roh suci di cukurkan dari segala sifat kebendaan.

Dengan membaca nama Ilahi ke delapan “WAHHAB” – Pemberi kepada semua, tanpa batas, tanpa syarat – dia memasuki daerah suci bagi Zat. Kemudian dia mengucapkan nama kesembilan “FATTAH” – Pembuka segala yang tertutup.

Memasuki ke tempat penyerahan diri di mana dia tinggal mengasingkan diri, hampir dengan Allah, dalam keakraban dengan-Nya dan jauh dari segala yang lain, dia mengucapkan nama yang ke sepuluh “WAHID” – Yang Esa, yang tiada tara, tiada sesuatu menyamai-Nya. Di sana dia mulai menyaksikan sifat Allah “SAMAD” – Yang menjadi sumber kepada segala sesuatu. Ia adalah pemandangan tanpa rupa, tanpa bentuk, tidak menyerupai sesuatu.

Kemudian tawaf terakhir di mulai, tujuh putaran yang dalam tempoh tersebut dia mengucapkan enam nama-nama yang terakhir dan di tambah dengan nama ke sebelas “AHAD” – Yang Esa. Kemudian dia minum dari pada tangan keakraban Allah.

“Dan Tuhan mereka membuat mereka meminum minuman asli”.(Surah Insaan, ayat 21).

Cawan yang di dalamnya minuman ini di sediakan ialah nama yang kedua belas “SAMAD” – Sumber, yang menunaikan segala hajat, satu-satunya tempat meminta tolong.

Dengan meminum dari sumber ini dia melihat semua tabir tersingkap dari wajah keabadian. Dia melihat kepada-Nya dengan cahaya yang datang dari-Nya. Alam ini tiada persamaan, tiada bentuk, tiada rupa. Ia tidak mampu di terangi, di ibaratkan alam yang tidak ada mata pernah melihatnya, tiada telinga pernah mendengarnya dan tiada hati manusia yang ingat. Kalam Allah tidak di dengar dengan bunyi atau di lihat dengan tulisan. Kesukaan yang tiada hati manusia bisa merasakan kelazatan menyaksikan hakikat Allah dan mendengar perkataanya-Nya:

“Kecuali orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal salih, maka pada mereka itu akan Allah ganti kejahatan-kejahatan mereka menjadi kebaikan”. (Surah al-Furqaan, ayat 70).

Kemudian pekerja haji itu di bebaskan dari semua perbuatan yang dari dirinya dan bebas dari ketakutan dan dukacita.

“Ketahuilah sesungguhnya pembantu-pembantu Allah, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak akan mereka berduka cita”.(Surah Yunus, ayat 62).

Akhirnya tawaf selamat tinggal di lakukan dengan mengucapkan semua nama-nama Ilahi.

Kemudian pekerja hajji kembali ke rumahnya, ke tempat asalnya, bumi suci di mana Allah ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan paling indah. Ketika kembalinya itu dia mengucapkan nama kedua belas “SAMAD”, perbendaharaan yang darinya semua keperluan makhluk di berikan. Itu adalah alam kehampiran Allah. Itulah tempat kediaman jama'ah hajji batin, dan ke sanalah mereka kembali.

Hanya itulah yang dapat di ceritakan sekedar lidah mampu ucapkan dan akal mampu terima. Selepas itu tiada berita yang boleh di beri karna selebihnya dari pada itu

tidak bisa di saksikan,

tidak dimengerti,

tidak mampu di fikir atau di terangkan. Nabi s.a.w bersabda,

“Ada ilmu yang tinggal tetap seumpama khazanah yang tertanam. Tiada yang bisa mengetahuinya dan tiada yang bisa mendapatkannya melainkan mereka yang menerima ilmu Ilahi”,

ttapi bila di perdengarkan kewujudan ilmu demikian, yang ikhlas tidak menafikannya.

Manusia yang memiliki pengetahuan biasa mengumpulkan apa yang harus di kumpulkan di permukaan. Orang yang memiliki ilmu ketuhanan mengeluarkan dasarnya. Hikmah kebijaksanaan orang arif adalah sebenar-benarnya rahasia bagi Allah Yang Maha Tinggi. Tiada yang tahu apa yang Dia tahu kecuali Dia sendiri.

“Sedang mereka tidak meliputi (sedikit pun) dari pada ilmu-Nya kecuali apa yang di kehendaki-Nya. Pengetahuan-Nya meliputi langit-langit dan bumi, dan memelihara keduanya tidaklah berat bagi-Nya”. (Surah al-Baqarah, ayat 255).

Mereka yang di rahmati, yang di kurniakan sebagian ilmu-Nya adalah nabi-nabi dan kekasih-Nya yang berjuang untuk datang hampir kepada-Nya. Firman-Nya:

“Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi”.(Surah Ta Ha, ayat 7).

“Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Miliknyalah nama-nama yang sangat baik”.(Surah Ta Ha, ayat 8).

Dan Allah yang maha mengetahui.

.


Bab 18: puasa syariat dan puasa kerohanian.

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 18: puasa syariat dan puasa kerohanian.


👉Puasa syariat adalah menahan diri dari makan, minum, bersetubuh dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari.

👉Puasa kerohanian adalah memelihara pancaindera dan fikiran dari perkara-perkara yang keji dan juga melakukanya hanya dengan niat karna allah. Jika Rusak sedikit saja niatnya maka rusaklah puasa rohani.


Puasa syariat terikat dengan waktu sedangkan puasa rohani berkelanjutan di dalam kehidupan sementara ini dan kehidupan abadi di akhirat. Inilah puasa yang sebenarnya. Nabi s.a.w bersabda,

“banyak orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”


Puasa syariat ada waktu berbuka tetapi puasa rohani berjalan terus walaupun matahari sudah terbenam, walaupun mulut sudah merasakan makanan. Tapi tetap menjaga pancaindera dan pemikiran sehingga bebas dari kejahatan dan yang menyakitkan orang lain. Untuk itu Allah telah berjanji,

“Puasa adalah amalan untuk-Ku dan Aku yang membalasnya”


Mengenai dua jenis puasa itu Nabi s.a.w bersabda,

“Orang yang berpuasa mendapat dua kesukaan.

👉Pertama di saat dia berbuka dan

👉kedua di saat dia melihat”


Orang yang mengenali zahir agama mengatakan

🔹kesukaan yang pertama itu ialah kesukaan ketika berbuka puasa dan

🔹kesukaan kedua adalah saat mereka melihat’ itu ialah melihat anak bulan Syawal menandakan hari raya

Orang yang mengetahui makna batin bagi puasa mengatakan

🔹kesukaan berbuka puasa ialah bila seseorang yang beriman itu masuk syurga dan menikmati balasan di dalamnya, dan

🔹kesukaan yang lebih lagi ialah bila melihat Allah dengan mata rahsia bagi hati.


Lebih berharga dari pada dua jenis puasa itu ialah puasa hakikat, yaitu mengendalikan hati dari menyembah sesuatu yang lain dari Zat Allah. di lakukan dengan mata hati buta terhadap semua kewujudan, walaupun di dalam alam rahasia di luar dari alam dunia ini, melainkan kecintaan kepada Allah, karna walaupun Allah menjadikan segala-galanya untuk manusia, tapi Dia jadikan manusia untuk-Nya, dan Dia berfirman:

“Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya”.


Rahasia itu ialah cahaya dari cahaya Allah Yang Maha Suci. Ia adalah pusat atau jantung hati, di jadikan dari sejenis jisim yang amat indah. Dia adalah roh yang mengetahui segala rahsia-rahsia yang hak. Dia adalah hubungan rahasia di antara yang di ciptakan dengan Pencipta. Rahsia itu tidak cenderung dan tidak mencintai sesuatu yang lain dari Allah.


Tidak ada yang berharga untuk di inginkan tiada yang di kasihi di dalam dunia ini dan di akhirat, melainkan Allah. Jika satu zahrah saja dari sesuatu memasuki hati selain kecintaan kepada Allah, maka batallah puasa hakikat. Seseorang harus mengulangnya, menghadapkan segala kehendak dan niat kembali kepada allah yang di cintanya, di dunia dan di akhirat. Firman Allah,

“Puasa adalah untukKu dan hanya Aku yang membalasnya”


Bab 17: zakat

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 17: zakat


Ada dua jenis zakat:

👉zakat yang di ajarkan oleh syariat dan

👉zakat kerohanian yang berlainan sifatnya.

Zakat yang di ajarkan oleh syariat ialah mengeluarkan harta dalam jumlah tertentu kepada orang miskin.

Zakat rohani Bagaimanapun di ambil dari perolehan barang akhirat. Ia juga di berikan kepada orang miskin, yaitu miskin kerohanian.

Zakat adalah memberi bantuan kepada orang miskin. Allah perintahkan:

“Sedekah-sedekah itu untuk faqir-faqir dan miskin”.(Surah at-Taubah, ayat 60).

Apa juga yang di beri untuk tujuan ini sampai kepada tangan Allah Yang Maha Tinggi sebelum di berikan kepada yang memerlukannya. Jadi, tujuan zakat dan sedekah ini bukanlah terutamanya untuk membantu yang memerlukan, karna Allah adalah Pemberi kepada semua yang memerlukan, tetapi supaya niat baik pemberi zakat dan sedekah itu di terima oleh Allah.

Mereka yang hampir dengan Allah menjadikan ganjaran rohani dari perbuatan baiknya sebagai kebaktian kepada allah melalui pemberianya kepada orang yang berdosa. Allah Yang Maha Tinggi menyatakan ampunan-Nya dan mengampuni orang-orang yang berdosa mengikut kadar

👉doa,

👉permohonan,

👉pujian,

👉puasa,

👉sedekah,

👉hajji

dan lain-lain kebaikan para hamba-Nya yang berhasrat mengorbankan ganjaran kerohanian yang mereka harapkan sebagai hasil dari ibadat dan ketaatan mereka, Allah dengan kemurahan-Nya menutup dan menyembunyikan dosa para pendosa sebagai balasan terhadap kebaktian para hamba-Nya yang baik itu.

Kemurahan hati hamba-hamba-Nya yang beriman hingga pada peringkat mereka tidak memiliki apa-apa lagi, tidak menyimpan sesuatu apa pun untuk diri mereka, hingga tidak ada nama baik dari kebaikan mereka juga tidak ada mengharapan balasan di akhirat. Orang yang memasuki jalan ini kehilangan segala-galanya termasuklah kewujudan dirinya sendiri. Dia menjadi muflis sepenuhnya karna dia benar-benar murah hati. Allah mengasihi orang yang murah hati sampai kepada peringkat muflis seluruhnya pada dunia ini. Nabi s.a.w bersabda,

“Orang yang membelanjakan semua yang di milikinya dan tidak berharap untuk memiliki apa-apa berada di dalam penjagaan Allah di dunia dan akhirat”.

Rabiatul Adawiyah berdoa,

“Wahai Tuhan. Berikan semua bahagianku di dunia ini kepada orang-orang kafir dan jika ada bagianku di akhirat bagikan kepada hamba-hamba-Mu yang beriman. yang aku inginkan dalam dunia ini ialah merindui-Mu dan yang aku inginkan di akhirat adalah bersama-Mu, karna manusia dan apa saja yang di perolehnya adalah milik-Mu”

Allah membalas sehingga sepuluh kali lipat orang yang bersedekah.

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan maka baginya (ganjaran) sepuluh kali lipat”.(Surah al-An’aam, ayat 160).

Faedah lain dari sedekah ialah menyucikan harta dan diri seseorang. Jika diri di bersihkan dari sifat-sifat ego maka tujuan sedekah atau zakat batin (kerohanian) tercapai.

Memisahkan seseorang dengan apa yang dia anggap sebagai miliknya mendatangkan balasan yang berlipat di akhirat:

“Siapakah yang hendak meminjamkan kepada Allah satu pinjaman yang baik lalu Dia gandakan (ganjaran) baginya, padahal baginya ganjaran yang mulia?”(Surah al-Hadiid, ayat 11).

“Berbahagialah orang yang membersihkannya (jiwanya)”.(Surah asy-Syams, ayat 9).

Zakat adalah perbuatan yang baik, sebagian dari yang kamu terima, kebendaan dan kerohanian. Belanjakanlah karna Allah, kepada Allah. Walaupun balasan berganda di janjikan jangan tapi melakukannya karna balasan tersebut. Berikan zakat dan sedekah dengan cara mengambil berat, dengan kasih sayang dan belas kasih bukan karna mengharapkan pujian, atau ingin membuat penerima merasa terhutang budi dan terikat.

“Wahai orang-orang yang beriman. Janganlah kamu batalkan (pahala) sedekah kamu dengan mengungkit ungkitnya dan gangguan”.(Surah al-Baqarah, ayat 264).

Jangan meminta dan mengharapkan faedah keduniaan dari perbuatan baikmu. Lakukanlah karna Allah semata-mata. Firman Allah:

“Kamu tidak akan dapat (balasan) kebaikan kecuali kamu mendermakan sebagian dari yang kamu sayangi, dan sesuatu yang kamu dermakan itu Allah mengetahuinya”.(Surah al-‘Imraan, ayat 92).


bab 16: penyucian insan yang sempurna yang telah mengasingkan diri dan membebaskan diri dari segala urusan dunia.

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄bab 16: penyucian insan yang sempurna yang telah mengasingkan diri dan membebaskan diri dari segala urusan dunia.


Tujuan penyucian itu ada dua jenis:

1. untuk dapat masuk pada alam sifat-sifat Ilahi dan

2. untuk mencapai makam Zat.


Penyucian untuk memasuki alam sifat-sifat Ilahi memerlukan pelajaran yang membimbing seseorang di dalam proses penyucian cermin hati, dengan cara rayuan (berkata memuji muji Allah memakai hati seolah Allah sedang berada di depanmu dan sangat dekat), ucapan atau memikirkan dan berdoa pada Allah menggunakan nama-nama (husus seperti arrohman untuk memohon kasihNya dan arrohim untuk memohon sayangNya) Ilahi.

Ucapan itu menjadi kunci, perkataan rahasia yang membuka hati (ini harus di Sertai rasa menginginkan Allah semata dan bersungguh sungguh melepaskan segala sesuatu selain Allah). Hanya bila mata hati terbuka baru dia melihat sifat-sifat Allah yang benar. Kemudian mata melihat gambaran:

👉kemurahan Allah,

👉nikmat,

👉rahmat

👉dan kebaikan allah kepada cermin hati yang murni itu.

Nabi s.a.w bersabda,

“Mukmin adalah cermin bagi samanya mukmin”

Dan Juga sabda baginda,

“Orang berilmu membuat gambaran (membayang bayangkan) sementara orang arif menggilapkan hati mereka (tanpa membayang bayangkan)"

Juga sabda baginda,

👉“Orang berilmu membuat gambaran

👉sementara orang arif membersihkan cermin hati yang menyerap kebenaran"

Bila cermin hati sudah di cuci sepenuhnya dengan di bersihkn terus menerus dengan berzikir nama-nama Allah (tanpa membayang bayangkan) maka orang itu mendapat jalan menuju pengetahuan dan sifat Ilahi (ilmu yang langsung Allah beri ke hati orang itu). Penyaksian terhadap pemandangan ini hanya bisa terjadi di dalam batin


Penyucian yang bertujuan mencapai Zat Ilahi adalah melalui terus menerus bertafakur pada kalimah tauhid. Ada tiga nama keesaan, tiga yang akhir dari dua belas nama-nama Ilahi. Nama-nama tersebut ialah:

Lailaha illallah

Tiada yang ada kecuali Allah

Allah

Nama khusus bagi Tuhan

Hu

Allah yang bersifat melampaui sesuatu

Haq

Yang sebenarnya (Hakikat)

Hayyun

Hidup Ilahi yang kekal abadi

Qoyyum

Berdiri sendiri yang segala kewujudan bergantung kepada-Nya

Qohhar

Yang Maha Memaksa, meliputi segala sesuatu

Wahhab

Pemberi tanpa batas

Wahid

Yang Esa

Ahad

Esa

Samad

Sumber kepada segala sesuatu

Nama-nama ini harus di sebut bukan dengan lidah biasa tetapi dengan lidah rahasia hati. Hanya dengan itu mata hati melihat cahaya keesaan. Bila cahaya suci Zat menjadi nyata semua nilai-nilai kebendaan menjadi hilang, semua menjadi tidak ada apa-apanya. Ini adalah suasana menghabiskan sepenuhnya segala perkara, kekosongan yang melampaui semua kekosongan. Kenyataan cahaya Ilahi memadamkan semua cahaya:

“Tiap-tiap sesuatu akan binasa kecuali Zat-Nya”.(Surah Qasas, ayat 88).

“Allah hilangkan apa yang Dia kehendaki dan Dia tetapkan apa yang Dia kehendaki, karna pada sisi-Nya ummul kitab / ibu kitab”(Surah ar-Ra’d, ayat 39).

Bila semuanya lenyap maka yang tinggal selamanya adalah roh suci. Ia melihat dengan cahaya Allah. Ia melihat-Nya. Di sana tiada gambaran, tiada persamaan di dalam melihat-Nya:

“Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Dia mendengar dan melihat”.(Surah asy-Syura, ayat 11).

Apa yang ada hanyalah cahaya murni yang mutlak. Tidak ada apa untuk di ketahui lebih dari itu. Itu adalah alam fana diri. Tiada lagi fikiran untuk memberi khabar berita. Tiada lagi siappun melainkan Allah yang memberi khabar berita. Nabi s.a.w bersabda,

“Ada ketika aku sangat hampir dengan Allah, tiada siapa, malaikat yang hampir atau nabi yang diutus yang bisa masuk antara aku dengan-Nya”

Ini adalah suasana pemisahan di mana seseorang itu telah membuang semua perkara kecuali Zat Allah. Itu adalah suasana keesaan.

Allah memerintahkan melalui Rasul-Nya,

“Pisahkan diri kamu dari segala perkara dan carilah keesaan”.

Pemisahan itu di mulai dari semua hal yang bersifat keduniaan sehingga menjadi kosong dan tenggelam dalam ketiadaan. Hanya dengan itu kamu memperoleh sifat-sifat Ilahi. Itulah yang di maksudkan oleh Nabi s.a.w di dalam bersabda,

“Sucikan dirimu, benamkanlah dirimu dalam sifat-sifat yang suci (sifat Ilahi)”.

📓terjemahan kitab sirrul asror
📄bab 16: penyucian insan yang sempurna yang telah mengasingkan diri dan membebaskan diri dari segala urusan dunia.

Tujuan penyucian itu ada dua jenis:
1. untuk dapat masuk pada alam sifat-sifat Ilahi dan
2. untuk mencapai makam Zat.

Penyucian untuk memasuki alam sifat-sifat Ilahi memerlukan pelajaran yang membimbing seseorang di dalam proses penyucian cermin hati, dengan cara rayuan (berkata memuji muji Allah memakai hati seolah Allah sedang berada di depanmu dan sangat dekat), ucapan atau memikirkan dan berdoa pada Allah menggunakan nama-nama (husus seperti arrohman untuk memohon kasihNya dan arrohim untuk memohon sayangNya) Ilahi.
Ucapan itu menjadi kunci, perkataan rahasia yang membuka hati (ini harus di Sertai rasa menginginkan Allah semata dan bersungguh sungguh melepaskan segala sesuatu selain Allah). Hanya bila mata hati terbuka baru dia melihat sifat-sifat Allah yang benar. Kemudian mata melihat gambaran:
👉kemurahan Allah,
👉nikmat,
👉rahmat
👉dan kebaikan allah kepada cermin hati yang murni itu.
Nabi s.a.w bersabda,
“Mukmin adalah cermin bagi samanya mukmin”
Dan Juga sabda baginda,
“Orang berilmu membuat gambaran (membayang bayangkan) sementara orang arif menggilapkan hati mereka (tanpa membayang bayangkan)"
Juga sabda baginda,
👉“Orang berilmu membuat gambaran
👉sementara orang arif membersihkan cermin hati yang menyerap kebenaran"
Bila cermin hati sudah di cuci sepenuhnya dengan di bersihkn terus menerus dengan berzikir nama-nama Allah (tanpa membayang bayangkan) maka orang itu mendapat jalan menuju pengetahuan dan sifat Ilahi (ilmu yang langsung Allah beri ke hati orang itu). Penyaksian terhadap pemandangan ini hanya bisa terjadi di dalam batin

Penyucian yang bertujuan mencapai Zat Ilahi adalah melalui terus menerus bertafakur pada kalimah tauhid. Ada tiga nama keesaan, tiga yang akhir dari dua belas nama-nama Ilahi. Nama-nama tersebut ialah:
Lailaha illallah
Tiada yang ada kecuali Allah
Allah
Nama khusus bagi Tuhan
Hu
Allah yang bersifat melampaui sesuatu
Haq
Yang sebenarnya (Hakikat)
Hayyun
Hidup Ilahi yang kekal abadi
Qoyyum
Berdiri sendiri yang segala kewujudan bergantung kepada-Nya
Qohhar
Yang Maha Memaksa, meliputi segala sesuatu
Wahhab
Pemberi tanpa batas
Wahid
Yang Esa
Ahad
Esa
Samad
Sumber kepada segala sesuatu
Nama-nama ini harus di sebut bukan dengan lidah biasa tetapi dengan lidah rahasia hati. Hanya dengan itu mata hati melihat cahaya keesaan. Bila cahaya suci Zat menjadi nyata semua nilai-nilai kebendaan menjadi hilang, semua menjadi tidak ada apa-apanya. Ini adalah suasana menghabiskan sepenuhnya segala perkara, kekosongan yang melampaui semua kekosongan. Kenyataan cahaya Ilahi memadamkan semua cahaya:
“Tiap-tiap sesuatu akan binasa kecuali Zat-Nya”.(Surah Qasas, ayat 88).
“Allah hilangkan apa yang Dia kehendaki dan Dia tetapkan apa yang Dia kehendaki, karna pada sisi-Nya ummul kitab / ibu kitab”(Surah ar-Ra’d, ayat 39).
Bila semuanya lenyap maka yang tinggal selamanya adalah roh suci. Ia melihat dengan cahaya Allah. Ia melihat-Nya. Di sana tiada gambaran, tiada persamaan di dalam melihat-Nya:
“Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Dia mendengar dan melihat”.(Surah asy-Syura, ayat 11).
Apa yang ada hanyalah cahaya murni yang mutlak. Tidak ada apa untuk di ketahui lebih dari itu. Itu adalah alam fana diri. Tiada lagi fikiran untuk memberi khabar berita. Tiada lagi siappun melainkan Allah yang memberi khabar berita. Nabi s.a.w bersabda,
“Ada ketika aku sangat hampir dengan Allah, tiada siapa, malaikat yang hampir atau nabi yang diutus yang bisa masuk antara aku dengan-Nya”
Ini adalah suasana pemisahan di mana seseorang itu telah membuang semua perkara kecuali Zat Allah. Itu adalah suasana keesaan.
Allah memerintahkan melalui Rasul-Nya,
“Pisahkan diri kamu dari segala perkara dan carilah keesaan”.
Pemisahan itu di mulai dari semua hal yang bersifat keduniaan sehingga menjadi kosong dan tenggelam dalam ketiadaan. Hanya dengan itu kamu memperoleh sifat-sifat Ilahi. Itulah yang di maksudkan oleh Nabi s.a.w di dalam bersabda,
“Sucikan dirimu, benamkanlah dirimu dalam sifat-sifat yang suci (sifat Ilahi)”.

Bab 15: sholat zhahir dan sholat batin.

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 15: sholat  zhahir dan sholat batin.


Lima kali sehari semalam, pada masa yang telah di tentukan, sholat di wajibkan kepada semua umat Muslim yang baligh dan mampu. Ini di perintahkan oleh Allah:

حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ 


ḥāfiẓụ 'alaṣ-ṣalawāti waṣ-ṣalātil-wusṭā wa qụmụ lillāhi qānitīn


Artinya:

Peliharalah semua salat dan salat wustha. Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk. (QS. Al Baqarah : 238)

Atau jika di artikan dalam tata bahasa Melayu:

"Kerjakan sembahyang dengan tetap dan akan sembahyang yang lebih penting". (Surah al-Baqaraah, ayat 238).


Sholat menurut peraturan agama (rukun sholat) terdiri dari

👉berdiri,

👉membaca Quran,

👉rukuk,

👉sujud,

👉duduk,

👉membaca dengan kedengaran

👉beberapa doa.

Pergerakan dan perbuatan ini melibatkan bagian-bagian tubuh, bacaan di ucap dan di dengar melibatkan pancaindera dan deria, ini adalah sholat zahir. Karna shalat zahir ini di lakukan berulang-ulang, di dalam setiap lima waktu sehari, 


bagian pertama menurut perintah Allah

"Dirikan shalat", adalah lebih dari satu. 


Bagian kedua perintah Allah"

Di utamakan shalat pertengahan

"merujuk pada sholat hati, karna hati berada di tengah-tengah pada kejadian manusia. Tujuan sholat ini adalah mendapatkan kesejahteraan pada hati. Hati berada di tengah-tengah, antara kanan dengan kiri, antara hadapan dengan belakang, antara atas dengan bawah, antara kebaikan dan keburukan. Hati adalah pusat, titik pengimbang, penengah. Nabi s.a.w bersabda,

"Hati anak Adam berada di antara dua jari Yang Maha Penyayang. Dia balikkan ke arah mana yang Dia kehendaki".

Dua jari Allah adalah sifat kekerasan-Nya yang berkuasa menghukum dan sifat keindahan-Nya dan pengasih-Nya yang memberi rahmat dan nikmat.


Shalat yang sebenarnya adalah sholat hati. Jika hati lalai dari shalat maka shalat zahirnya tidak akan teratur. Bila ini terjadi kesejahteraan dan kedamaian diri zahir yang di harapkan tidak akan di peroleh. Sebab itu Nabi s.a.w bersabda,

"Amalan shalat harus dengan hati yang husu'"

Shalat adalah penyerahan yang di cipta kepada Pencipta. Ia adalah pertemuan di antara hamba dengan Tuannya. Tempat pertemuan itu ialah hati. Jika hati tertutup, lalai dan mati, maka dari sholat itu tidak ada kebaikan yang sampai kepada diri zahir, karna hati adalah intipati atau hakikat atau zat bagi jasad, semua yang lain bergantung kepadanya.

Nabi s.a.w bersabda,

"Ada segumpal daging di dalam tubuh manusia, jika ia baik maka baiklah semua anggota tetapi jika ia jahat maka jahat pula anggota. Ketahuilah, itulah hati"


Sholat yang di perintahkan oleh agama (syariat) di lakukan pada waktu tertentu, lima kali sehari semalam. Sebaiknya di lakukan di dalam masjid secara berjema'ah, menghadap ka'abah, mengikut imam yang tidak munafik dan tidak ria' (ikhlas semata mata karna allah dan tanpa mengharap imbalan apapun dari allah)

sedangkan Waktu sholat batin tidak terbatas waktu dan tidak ada kesudahan, di dalam kehidupan ini dan juga di akhirat. Masjid bagi sholat batin ini ialah hati. Jemaahnya ialah bakat-bakat kerohanian, yang mengingat dan mengucapkan nama-nama Allah Yang Esa di dalam bahasa alam batin. Imamnya ialah kehendak yang tidak dapat di batasi (yaitu kehendak Allah karna diri sudah tanpa kehendak), arah kiblatnya ialah keesaan Allah, keabadian-Nya dan keindahan-Nya.

(tidak berpatokan pada mata angin) 


Hati yang sejati adalah yang melakukan sholat batin. Hati yang seperti ini tidak tidur dan tidak mati. Hati dan roh yang seperti ini berada di dalam solat yang terus menerus, dan manusia yang memiliki hati yang seperti ini sudah tiada bedanya antara dia dalam jaga atau dalam tidur karna sentiasa berbuat kebaktian kepada allah. Solat batin yang di lakukan oleh hati adalah keseluruhan kehidupannya. Tiada lagi bunyi bacaan, berdiri, rukuk, sujud atau duduk. Pembimbingnya atau imam solat itu adalah Rasulullah s.a.w sendiri. Baginda berkata pada Allah Yang Maha Tinggi,

"Engkau yang kami sembah dan Engkau jualah yang kami minta pertolongan".(Surah Fatihaah, ayat 4).


Ayat suci ini di tafsirkan sebagai tanda manusia sempurna, yang melewati atau melepaskan dari kekosongan yaitu hilang dari segala kebendaan, kepada suasana keesaan. Hati yang sempurna demikian menerima rahmat yang besar dari Ilahi. Satu dari rahmat itu di nyatakan oleh Nabi s.a.w,

"Nabi-nabi dan yang di kasihi Allah meneruskan ibadat mereka di dalam kubur seperti yang mereka lakukan di dalam rumah mereka ketika mereka hidup di dalam dunia"

Maksudnya adalah kehidupan abadi hati itu meneruskan penyerahan diri kepada Allah Yang Maha Tinggi.

Bila diri zhahir sholat maka diri batin juga harus solat  sehingga kedua sholat itu berpadu menjadi lengkap dan sempurna. Ganjarannya besar. Ia membawa seseorang secara kerohanian pada kehampiran dengan Allah, dan secara zahir pada peringkat yang paling tinggi mampu di capai. Dalam alam nyata mereka menjadi hamba Allah yang taat. Suasana dalam hati mereka adalah orang arif yang memperoleh makrifat yang benar tentang Allah. Jika sholat zahir tidak bersatu dengan solat batin maka itu di nilai kurang. Ganjarannya hanyalah pada pangkat atau kedudukan, tapi tidak membawa seseorang hampir dengan Allah.

Bab 14: penyucian diri

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 14: penyucian diri


Dua jenis penyucian:

👉Pertama zahir, di tentukan oleh peraturan agama dan di lakukan dengan membasuh tubuh badan dengan air yang bersih.

👉Keduanya ialah penyucian batin, di peroleh dengan menyadari kekotoran di dalam diri, menyedari dosanya dan bertaubat dengan ikhlas. Penyucian batin memerlukan perjalanan kerohanian dan di bimbing oleh guru kerohanian.

Menurut hukum dan peraturan agama, seseorang menjadi tidak suci dan wuduk menjadi batal jika keluar sesuatu dari rongga badan. Ini perlu di perbaharui dengan wuduk. Dalam hal

👉keluar mani

👉keluar darah haid atau nifas.

Maka mandi wajib di perlukan penyucian itu. Dalam hal lain, bagian tubuh lain yang berbedah

👉tangan,

👉lengan,

👉muka

👉dan kaki

mesti di basuh. Mengenai pembaharuan wuduk Nabi s.a.w bersabda,

"Pada setiap pembaruan wuduk Allah perbaharui kepercayaan hamba-Nya yang cahaya iman gelap hingga memancar dengan lebih bercahaya"

"Mengulangi bersuci dengan wuduk adalah cahaya di atas cahaya".

Kesucian batin juga bisa hilang, mungkin lebih sering dari kesucian zahir, dengan sifat buruk, buruk perangai, perbuatan dan sifat yang merusakkan seperti

👉sombong,

👉takabur,

👉menipu,

👉mengumpat,

👉fitnah,

👉dengki

👉dan marah.

.

Perbuatan yang di lakukan secara sadar dan tidak sedar jika tetap terus di ulangi maka akan memberi efek pada roh. perbuatan itu seperti:

👉mulut yang memakan makanan haram,

👉bibir yang berdusta,

👉telinga yang mendengar umpatan dan fitnah,

👉tangan yang memukul,

👉kaki yang membawa kepada kejahatan.

👉Zina juga suatu dosa, bukan saja bersetubuh. Karna zina bukan cuma sebatas bersetubuh saja.

Nabi s.a.w bersabda,

"Mata juga bisa berzina"

Bila kesucian batin di tanamkan demikian dan wuduk kerohanian batal, membaharui wuduk demikian adalah dengan taubat yang ikhlas, yang di lakukan dengan

👉menyedari kesalahan sendiri,

👉dengan penyesalan yang mendalam di sertai oleh tangisan (yang menjadi air yang membasuh kekotoran jiwa),

👉dengan bersungguh sungguh tidak akan mengulangi kesalahan tersebut dengan berhasrat meninggalkan semua kesalahan, dengan memohon ampunan Allah, dan dengan berdoa agar allah mencegahnya dari melakukan dosa kembali.

Shalat adalah menghadap Tuhan. Berwuduk, berada di dalam keadaan suci, menjadi syarat untuk Shalat. Orang arif tahu penyucian zahir saja tidak memadai, karna Allah melihat jauh ke dalam lubuk hati, yang perlu di beri wuduk dengan cara bertaubat.

Firman Allah (yang merupakan dalil zhohir dalam penyucian batin) yang berbunyi:

"Inilah apa yang di janjikan untuk kamu, untuk tiap-tiap orang yang bertaubat, yang menjaga (batas-batas)".(Surah Qaaf, ayat 32).


👉Penyucian tubuh dan wuduk zahir itu terikat dengan waktu karna tidur juga membatalkan wuduk. Penyucian ini terikat dengan siang dan malam bagi kehidupan di dalam dunia.

👉Penyucian alam batin, wuduk bagi diri yang tidak kelihatan, tidak di tentukan oleh waktu Ia untuk seluruh kehidupan - bukan saja kehidupan sementara di dunia tetapi juga kehidupan abadi di akhirat.

Bab 13: darwis (sufi)

 📓terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 13: darwis (sufi)

.


🔰Ada satu golongan yang di kenali sebagai sufi. Empat tafsiran di berikan kepada istilah sufi. Ada yang melihatnya pada keadaan zahir mereka memakai baju bulu yang kasar.

👉Bulu dalam bahasa Arab ialah suf. Dari perkataan ini mereka di panggil sufi.

👉Yang lainnya melihat kepada kehidupan mereka yang bebas dari kekacauan dunia ini serta kedamaian dan ketenteraman mereka, keadaan ini yang dengan bahasa Arab di sebut safa. Dari perkataan safa itu timbul istilah sufi.

👉Yang lainya juga memandang lebih mendalam pada hati mereka yang suci murni dan bebas dari apa saja kecuali Zat Allah. Dalam bahasa Arab safi berarti kesucian hati dan dari perkataan itulah timbul istilah sufi.

👉Yang lain memanggil mereka sufi karna mereka hampir dengan Allah dan akan berdiri di barisan pertama di hadapan Allah pada hari kiamat. Safi dalam bahasa Arab bukan hanya bermakna kesucian hati tapi juga bermakna barisan karna mereka akan berdiri di barisan pertama di hadapan Allah pada hari kiamat.


🔰Terdapat empat alam.

Pertama ialah alam dunia terdiri dari jirim atau elemen, yaitu:

👉tanah,

👉air,

👉api

👉dan angin

merupakan jirim dalam alam ini.


Ke dua ialah alam makhluk rohani

👉malaikat,

👉jin,

👉mimpi dan kematian,

👉ganjaran Allah -

👉8 syurga dan keadilan Allah -

👉7 neraka.


Ke tiga ialah alam huruf yaitu:

nama-nama indah bagi sifat-sifat Allah, dan Loh Tersembunyi (Loh Mahfuz) yang menjadi sumber perintah-perintah Allah.


Ke empat ialah alam Zat Allah Yang Maha Suci, alam yang tidak bisa di gambarkan atau di uraikan karna pada alam ini atau tahap ini tidak ada

👉perkataan,

👉nama-nama,

👉sifat-sifat

👉atau persamaan.

Tiada siapa kecuali Allah mengetahuinya


🔰Terdapat pula empat jenis ilmu.

👉Pertama ilmu tentang peraturan-peraturan Allah yang berhubung dengan aspek lahir kehidupan dunia ini.

👉Kedua ialah ilmu kerohanian, pengetahuan batin tentang sebab dan akibat.

👉Ketiga ialah ilmu tentang jiwa, roh, mengenal diri dan melaluinya pengetahuan tentang ketuhanan di peroleh.

👉Ke empat ilmu tentang kebenaran atau hakikat.



🔰Roh juga ada empat jenis,

1️⃣roh kebendaan,

2️⃣roh yang arif,

3️⃣roh yang memerintah (roh sultan) dan

4️⃣roh kudus (roh suci).


🔰Yang zahir (yang merupakan) kenyataan bagi Pencipta, juga ada empat jenis.

1️⃣ialah kenyataan di dalam

👉rupa,

👉bentuk,

👉warna,

Itulah bagikan Kuba keperkasaaNya yang menghijab hambaNya kepada diriNya.

2️⃣ ialah kenyataan dalam perbuatan dan tindakan membalas dalam perkara yang berlaku. 

3️⃣Ketiga ialah kenyataan dalam

👉sifat-sifat,

👉bakat-bakat,

👉perangai-perangai sesuatu.

4️⃣ kenyataan bagi zat-Nya.


Akal atau daya menimbang juga ada empat jenis:

1️⃣akal yang mengurus soal-soal kehidupan duniawi,

2️⃣akal yang menimbang dan memikirkan soal-soal akhirat,

3️⃣akal bagi roh yang bertugas dalam bidang makrifat dan akhirnya

4️⃣akal yang meliputi.


Perkara yang di bincangkan juga ada empat jenis.

1️⃣Empat jenis ilmu,

2️⃣empat jenis roh,

3️⃣empat jenis penzahiran (kenyataan) dan

4️⃣empat jenis akal.


Ada orang yang berada pada tahap pertama

👉ilmu,

👉roh,

👉kenyataan dan

👉akal.

🔹Mereka adalah penghuni syurga pertama yang di sebut syurga yang menjadi tempat kembali yang mensejahterakan, yaitu syurga keduniaan.

🔹Mereka yang berada pada tahap kedua ilmu, roh, kenyataan dan akal tergolong ke dalam syurga yang lebih tinggi, taman kesukaan dan kesenangan karunia Allah kepada makhluk-Nya, syurga di dalam alam malaikat.

🔹Sebagian manusia yang mencapai tahap ketiga ilmu, roh, kenyataan dan akal (makrifat) berada di dalam syurga peringkat ketiga, syurga langit-langit, syurga nama-nama dan sifat-sifat Ilahi dalam alam keesaan.

🔹Namun, mereka yang mencari dan terikat dengan ganjaran Allah walaupun ganjaran itu adalah syurga, tidak dapat melihat hakikat sebenarnya dalam diri mereka dan dalam benda-benda di sekeliling mereka. Mereka yang arif, yang mencari hakikat, mereka yang mencapai suasana sufi, suasana keinginan menyeluruh - tidak inginkan sesuatu apa pun kecuali Allah, berhajat hanya kepada Allah, meninggalkan segala-galanya dan tidak mencari apa-apa kecuali yang hak. Mereka temui apa yang mereka cari dan masuk ke dalam alam yang hak, dan kehampiran dengan Allah, dan hidup semata-mata karna Zat Allah, tidak karna yang lain.

Ini sesuai dengan perintah Allah,

"Carilah keselamatan dengan Allah"

dan ikut nasihat Nabi s.a.w,

"dunia dan akhirat itu terlarang bagi orang yang mencintai Allah".

Nabi s.a.w tidak mengatakan kedua-duanya yaitu dunia dan akhirat itu hukumnya haram. Tapi yang baginda maksud ialah orang yang berkehendak menemui Allah itu harus menyekat keinginan hawa nafsunya, egonya, kasih sayang dan cita-citanya kepada dunia dan akhirat.

Pencari yang hak memberi alasan yaitu:

Dunia ini adalah ciptaan dan kita juga ciptaan. Semua yang di ciptakan berhajat kepada Pencipta.

Bagaimana mungkin yang berhajat meminta kepada yang berhajat juga.

Apa lagi jalan bagi yang di ciptakan kecuali mencari Penciptanya

Allah berfirman melalui Rasul-Nya,

"Kecintaan-Ku, Wujud-Ku, adalah kecintaan mereka kepada-Ku"

Nabi s.a.w bersabda,

"Keadaanku yang sangat berhajat, kemiskinanku, adalah kemegahanku".

Keadaan yang sangat berhajat dan kecintaan kepada Allah menjadi dasar pencarian sufi. kemiskinan yang menjadi kebanggaan Nabi s.a.w bukanlah kekurangan sesuatu berbentuk keduniaan atau kebendaan. Dia adalah pelepasan segala-galanya kecuali keinginan kepada Zat Allah. Dia adalah segala sesuatu bukan saja yang di dalam dunia ini, tapi termasuk yang di janjikan di akhirat juga dan lantaran itu suasana berhajat sepenuhnya untuk di persembahkan kepada Allah.

Inilah keadaan yang membawa seseorang kepada kekosongan atau ketiadaan diri, lenyap di dalam zat Allah. Ia adalah mengosongkan diri seseorang dari apa saja kecuali cinta Allah. Kemudian hati menjadi bernilai atau layak untuk menerima janji Allah,

"Aku tidak dapat di tanggung oleh langit dan bumi tetapi layak di tanggung oleh hati hamba-hamba-Ku yang beriman".

Hamba yang beriman adalah yang melepaskan apa saja kecuali Yang Esa dari hatinya. Bila hati sudah di sucikan, Allah melapangkannya dan memuatkan Diri-Nya ke dalamnya. 

Bayazid Bustami menggambarkan keluasan hatinya dengan katanya,

"Jika segala yang maujud di dalam dan di sekeliling arasy, keluasan semua ciptaan Allah, di letakkan di penjuru hati manusia sempurna dia tidak akan merasakan beratnya".

Begitulah keadaan kekasih Allah. Kasihilah mereka dan sentiasalah bersama mereka karna yang mencintai akan bersama-sama yang di cintai pada hari akhirat nanti. Tanda kecintaan itu ialah:

👉mencari kehadiran bersama-sama mereka,

👉berkehendak mendengar perkataan mereka,

👉dan dengan pandangan serta perkataan mereka,

👉dapat merasakan kerinduan terhadap Allah Yang Maha Tinggi.

Allah berfirman melalui Nabi-Nya,

"Aku merasa rindu pada para hamba-Ku yang beriman, yang baik-baik, hamba yang sejati, terhadap DiriKu dan Aku juga merindukan mereka".


Kekasih Allah kelihatan berbeda dari orang lain, kelakuan dan tindakan mereka juga berbeda. Pada peringkat permulaan, ketika masih baru, tindakan mereka kelihatan seimbang antara baik dengan buruk. Bila mereka melanjutkanya dan sampai pada peringkat pertengahan, perbuatan mereka penuh dengan manfaat. Dalam semua hal kebaikan yang keluar melalui mereka bukan saja dalam ketaatan mereka mematuhi perintah Allah dan peraturan agama, tetapi juga dalam perbuatan yang mengandung puncak kebahagiaan dan bersinar dengan cahaya kepada maksud bagi yang zahir.

Mereka seolah-olah di pakaikan dengan pakaian dari cahaya yang berwarna warni yang memancar dari mereka menurut makom mereka.

bila mereka dapat mengalahkan ego mereka dan kejahatan nafsu yang rendah dengan kalimah tauhid "La ilaha illa Llah" dan sampai kepada kewujudan yang bisa membedakan antara yang hak dengan yang batil, yang benar dengan yang salah, cahaya biru langit memancar keluar dari mereka.

Bila dalam peringkat tersebut mereka di sertai pertolongan dan ilham dari Allah, mereka berpindah sepenuhnya ke dalam kebaikan dan meninggalkan kejahatan keseluruhannya, cahaya merah membungkus atau membaluti mereka.

Dengan berkata nama Allah - HU - nama itu tiada yang lain kecuali yang hak dapat menceritakannya, mereka sampai kepada peringkat dipersucikan dari segala sifat sifat keji dan perbuatan jahat dan menemui suasana tenang dan aman, kemudian cahaya hijau keluar dari mereka.

Bila semua ego dan keinginan, bila semua kehendak diri sendiri di hapuskan melalui berkat HAQ, yang sebenarnya, dan bila mereka menyerahkan kehendak mereka kepada kehendak Allah dan rido dengan apa juga yang datang dariNya, warna mereka berubah menjadi cahaya putih.

Inilah gambaran orang-orang sufi dari peringkat permulaan mereka di dalam perjalanan sampai pada peringkat pertengahan. Tetapi seseorang yang sampai kepada perbatasan peringkat ini tidak mempunyai bentuk atau warna. Dia menjadi seolah-olah sinar cahaya matahari. Cahaya matahari tidak berwarna. Sufi yang sampai kepada makam yang paling tinggi tidak mempunyai kewujudan untuk membalikkan cahaya atau warna. Jika ada, warnanya ialah hitam, yang menyerap semua warna. Inilah tanda keadaan fana

Banyak Orang yang melihat kepadanya, keadaan yang tiada warna ,kelihatan gelap, menjadi tabir menutupi cahaya makrifat yang dia miliki, seperti malam menutupi sinar matahari. Allah berfirman:

"Dan Kami jadikan malam itu (sebagai) pakaian. Dan Kami jadikan siang itu tempat penghidupan".(Surah Nabaa, ayat 10 & 11).

Bagi mereka yang sampai pada hakikat atau intipati akal dan ilmu, ada tanda dalam ayat di atas.

Mereka yang sampai pada kebenaran (hakikat) ketika di dalam dunia ini merasakan seolah-olah di penjarakan di sini di dalam kurungan di bawah tanah yang gelap. Mereka menghabiskan hayat mereka di dalam kesusahan dan kesengsaraan. Mereka menanggung kesusahan yang besar, tekanan-tekanan keadaan, di dalam dunia yang gelap sepenuhnya. Nabi s.a.w bersabda,

"Dunia ini adalah penjara bagi orang beriman".

Seperti yang baginda s.a.w mengabarkan cobaan yang paling besar menimpa para nabi, kemudian yang hampir dengan Allah, dengan kadar yang menurun mengikuti kadar keinginan seseorang dalam menghampiri Allah. Jadi wajar saja bagi sufi memakai pakaian hitam dan mengikat serban hitam di kepalanya, kerana ia adalah pakaian orang yang bersedia menempuh kesusahan dan kesakitan di dalam perjalanan ini.

Di dalam kenyataan, hitam adalah pakaian paling sesuai bagi mereka yang berkabung kerana kehilangan kemanusiaan dan kewujudan diri mereka.

manusia yang kehilangan anugerah yang berharga karna kesesuaian, sesuai hanya untuk kemanusiaan, bagi mereka yang sadar dan bagi yang bisa melihat kebenaran, pasti enggan membunuh kehidupan abadi dengan tangan mereka sendiri. Membuang kasih Ilahi yang kerinduan di dalam hati mereka, memisahkan diri mereka enggan roh suci, mereka hilang kesempatan untuk kembali kepada asal mereka, kepada penyebab. Walaupun mereka tidak mengetahuinya, merekalah yang menderita bala yang paling besar. Jika mereka sadar yang sudah hilang adalah segala nikmat akhirat, kehidupan abadi, mereka tentunya memakai pakaian hitam, pakaian berkabung. Janda yang kematian suami berkabung selama empat bulan sepuluh hari. Ini adalah berkabung karna kehilangan sesuatu di dalam dunia. Orang yang kehilangan kebaikan hidup yang abadi seharusnya berkabung secara abadi juga. Nabi s.a.w bersabda,

"Mereka yang ikhlas sentiasa berada di tepi bahaya besar".

Betapa tepat gambaran ini mengenai orang yang terpaksa berjalan dengan penuh kewaspadaan! Tetapi inilah suasana sufi yang meninggalkan kewujudan dirinya dan berada di dalam alam fana. Kefakirannya terhadap dunia ini yang di tinggalkannya dan hajatnya yang penuh kepada Allah sangat besar, dan dia melepas kemanusiaan sebagai keindahan

Mereka yang memperolehi penyaksian kepada yang hak, setelah menyaksikan keindahan kebenaran itu, tidak ingin melihat yang lain lagi. Mereka tidak boleh melihat kecintaan dan kerinduan kepada apa saja. Bagi mereka, Allah jualah yang di kasihinya, hanya Dia yang wujud. Begitulah keadaan mereka di dalam kedua-dua alam. Itulah satu-satunya Tujuan mereka. Akhirnya mereka menjadi insan, dan Allah ciptakan insan supaya mengenali-Nya, supaya mencapai Zat-Nya.

Menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk mencari dan mengenali atau mengetahui tujuan dia di ciptakan dan menghayati maksud tujuan tersebut, kewajiban yang mereka tanggung di dalam dunia ini dan di akhirat, supaya mereka tidak habiskan usia mereka di dalam kerugian, agar mereka tidak menyesal selama-lamanya di akhirat - di bungkus kerinduan, lemas di dalam kerinduan yang akan mereka sadari akhirnya di dalam penyesalan yang abadi.