📓terjemahan kitab sirrul asror
📄Bab 18: puasa syariat dan puasa kerohanian.
👉Puasa syariat adalah menahan diri dari makan, minum, bersetubuh dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari.
👉Puasa kerohanian adalah memelihara pancaindera dan fikiran dari perkara-perkara yang keji dan juga melakukanya hanya dengan niat karna allah. Jika Rusak sedikit saja niatnya maka rusaklah puasa rohani.
Puasa syariat terikat dengan waktu sedangkan puasa rohani berkelanjutan di dalam kehidupan sementara ini dan kehidupan abadi di akhirat. Inilah puasa yang sebenarnya. Nabi s.a.w bersabda,
“banyak orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”
Puasa syariat ada waktu berbuka tetapi puasa rohani berjalan terus walaupun matahari sudah terbenam, walaupun mulut sudah merasakan makanan. Tapi tetap menjaga pancaindera dan pemikiran sehingga bebas dari kejahatan dan yang menyakitkan orang lain. Untuk itu Allah telah berjanji,
“Puasa adalah amalan untuk-Ku dan Aku yang membalasnya”
Mengenai dua jenis puasa itu Nabi s.a.w bersabda,
“Orang yang berpuasa mendapat dua kesukaan.
👉Pertama di saat dia berbuka dan
👉kedua di saat dia melihat”
Orang yang mengenali zahir agama mengatakan
🔹kesukaan yang pertama itu ialah kesukaan ketika berbuka puasa dan
🔹kesukaan kedua adalah saat mereka melihat’ itu ialah melihat anak bulan Syawal menandakan hari raya
Orang yang mengetahui makna batin bagi puasa mengatakan
🔹kesukaan berbuka puasa ialah bila seseorang yang beriman itu masuk syurga dan menikmati balasan di dalamnya, dan
🔹kesukaan yang lebih lagi ialah bila melihat Allah dengan mata rahsia bagi hati.
Lebih berharga dari pada dua jenis puasa itu ialah puasa hakikat, yaitu mengendalikan hati dari menyembah sesuatu yang lain dari Zat Allah. di lakukan dengan mata hati buta terhadap semua kewujudan, walaupun di dalam alam rahasia di luar dari alam dunia ini, melainkan kecintaan kepada Allah, karna walaupun Allah menjadikan segala-galanya untuk manusia, tapi Dia jadikan manusia untuk-Nya, dan Dia berfirman:
“Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya”.
Rahasia itu ialah cahaya dari cahaya Allah Yang Maha Suci. Ia adalah pusat atau jantung hati, di jadikan dari sejenis jisim yang amat indah. Dia adalah roh yang mengetahui segala rahsia-rahsia yang hak. Dia adalah hubungan rahasia di antara yang di ciptakan dengan Pencipta. Rahsia itu tidak cenderung dan tidak mencintai sesuatu yang lain dari Allah.
Tidak ada yang berharga untuk di inginkan tiada yang di kasihi di dalam dunia ini dan di akhirat, melainkan Allah. Jika satu zahrah saja dari sesuatu memasuki hati selain kecintaan kepada Allah, maka batallah puasa hakikat. Seseorang harus mengulangnya, menghadapkan segala kehendak dan niat kembali kepada allah yang di cintanya, di dunia dan di akhirat. Firman Allah,
“Puasa adalah untukKu dan hanya Aku yang membalasnya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar