Tampilkan postingan dengan label 📄Kajian kitab al-hikam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 📄Kajian kitab al-hikam. Tampilkan semua postingan

Pertolongan Allah pada seorang wali

Di kutif dari Al-Hikam hikmah 162-166 yaitu:

Dalam kitab Latho-iful-minan di terangkan: 

ketahilah!  Apabila Alloh menolong seorang walinya, maka hatinya akan di jaga dari segala suatu selain Alloh, dan Alloh akan menjaga hati walinya dengan selalu menambah Nur keyakinan.


Di dalam terjemahan kitab alhikam juga terkadang mengutip isi dari kitab lain sebagai dukungan dari materi yang sedang di jelaskan ya seperti kitab latho ufuk minan (Masi dari karangan syakh Ibnu Attoilah)


Dua perkara ini yang menjadi ciri dari pertolongan Allah terhadap waliNya yaitu:

1. hatinya akan di jaga dari segala suatu selain Alloh, 

Allah akan membuat walinya ini kecewa sekecewa kecewanya pada segala sesuatu selain Allah, sehingga walinya ini muak semuak muaknya pada segala sesuatu selain Allah hingga wali ini hanya patuh tunduk dan taat kepada Allah semata, tapi walaupun seperti itu dia tidak akan mencelakakan mahluk manapun dan mahluk apapun, justru dia berkasih saya kepada semua mahluk, karna dia tau hakikat dari segala mahluk adalah Allah sendiri, Allah adalaj esensi dari segala mahluk, sehingga baginya jika dia menyakiti mahluk maka sama saja dengan dirinya menyakiti kekasihnya yaitu Allah SWT.

Dia tidak akan sok ingin menyelamatkan dunia dan memurnikan dunia dari semua kemaksiatan tapi dengan cara yang yang salah seperti teroris, tebar bom di sana sini, lepar granat ke situ dan kesini, dan meluncurkan peluru kesana kemari, apa lagi sampai melakukan bom bunuh diri, perkara perbuatan semacam itu sudah terlalu jauh melenceng dari perbuatan seorang wali yang selalu menyaksikan Allah di mana mana, selalu terbang ke alam malakut dan belajar di sana, tapi walaupun seperti itu akan tiba waktunya para waliullah akan turun tangan menyelesaikan persoalan dunia dan kemaksiatan dunia yang meraja kelah dan menyandra serta menjajah semua kaum muslimin dan para manusia lainya yang tidak bersalah dengan turunnya atau belum turunya imam Mahdi, tapi tentu dengan cara yang benar, para waliullah adalah orang orang yang sudah hampir suci dari segala dosa bahkan dari dosa kecil dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga muncul karomah dari dirinya.

2. Selalu bertambah Nur keyakinan.

Tidak semua manusia yang sudah wusul pada Allah selalu yakin pada Allah, ada kalanya mereka seperti merasa hilang keyakinan sekalipun hati dan batin mereka menyaksikan Allah, keyakinan dan penyaksian satu tapi terpisa, berpisa tapi sebenarnya satu, tapi seakan mereka tidak yakin sekalipun dia melihat Allah, dan menyaksikan kesempurnaan Allah, sehingga dari sanalah mulai turunya mereka dari derajat tertentu ke derajat lainya bahkan sampai di copot dari kewalianya. Itu semua karna Masi terdapat sedikit rasa cinta pada sesuatu selain Allah. Masi sedikit menginginkan sesuatu selain Allah, sehingga Allah buat dia mengalami itu semua supaya dia tau betapa pedihnya hidup dalam kegelapan hati, dan tidak bersama Allah lagi. (Bagi seorang wali perasaan mencintai sesuatu selain Allah dan tidak bisa menyaksikan Allah lagi itu adalah neraka dunia, dan hanya mencintai dan hanya menginginkan Allah serta selalu menyaksikan Allah itu adalah surga dunia)

Jadi surga dunia itu bukan hubungan badan di atas ranjang, itu hanya pengertian bagi orang yang buta mata hatinya, tidak mengenal Allah, dan sudah telalu lama tenggelam dalam gelimang kemaksiatan kepada Allah.

Tapi jika allah menolong walinya yang seperti kehilangan keyakinan tadi, maka wali ini akan menyesali semua kesalahannya, dia akan datang kembali ke pintu Allah, dia akan menangis, meratap, sekalipun dia tidak mengetahui apakah dia Masi pantas di terimah Allah ataukah tidak lagi, tapi bagi Allah tidak ada yang tidak pantas untuk di terimah kembali menjadi kekasihnya, bahkan iblispun akan di ampuni jika dia bersedia bertobat, tapi karna iblis sudah terlanjur ingin menyesatkan anak cucu Adam bahkan sampai pada hari kiamat maka dari itulah Allah telah memfonisnya sebagai penghuni neraka. 











 

Nur pada hati seorang wali.

 


Di kutif dari Al-Hikam hikmah 162-166 yaitu:

Syeih Abul-Abbas al- Mursy berkata: Andaikan Alloh membuka hakikat kewaliannya seorang wali, niscaya wali itu akan di sembah orang, sebab dia bersifat dengan sifat-sifat Alloh.

Jadi kalau kita tidak mengetahui nurnya ‘Arifin itu bagian dari belas kasihnya Alloh.


Beberapa poin dari kutifan ini:

1. Andaikan Alloh membuka hakikat kewaliannya seorang wali, 

Hakikat kewalian seorang wali itu adalah zat wajibul wujud sendiri (Allah) tapi pengertian ini hanya dapat di mengerti oleh orang yang telah wushul pada Allah, karna mereka sudah menyaksikan sendiri hakikat kesempunaan Allah.


2. niscaya wali itu akan di sembah orang, sebab dia bersifat dengan sifat-sifat Alloh.

Hanya akan ada beberapa orang saja yang sudah kenal betul dengan Allah dan sudah tiada menginginkan apapun selain allahlah yang tidak akan tertipu oleh cahaya kewalian seorang wali, manusia yang masi mengangumi dan mencari kesaktian kekayaan dan karomah akan tertipu oleh cahaya kewalian ini jika cahaya ini di tampakan Allah pada mereka, mereka akan menyembah para wali, baik denga ritual ritual seperti menyembah setan dan iblis, maupun hanya menjilat atau mencari pujian sang wali karna itupun hakikat ya sudah menyembah, mencari pujian manusia itu sama saja dengan menyembah manusia.


3. Jadi kalau kita tidak mengetahui nurnya ‘Arifin itu bagian dari belas kasihnya Alloh.

kebanyakan manusia itu tidak mengenal Allah (dalam belajar mengenal Allahnha mereka hanya main main semata, berpura pura menuju kepada Allah padahal Masi menuju kepada yang lain dari Allah sehingga untuk masuk ke golongan para salikpun mereka tidak berhasil. (di tinjau dari zat mutlaknya allah), dan sedikit sekali yang ingin mengenal Allah yaitu orang yang telah berhasil menjadi salik, dan hanya beberapa saja yang telah sampai pada Allah.

Bagi para salik tidak mengetahui nur Arifin / nurnya para waliullah itu adalah belas kasihnya Allah, karna jika mereka melihat nur itu maka mereka akan berpaling dari Allah dan berubah menyembah sang wali, itulah mengapa kewalian seseorang itu di rahasiakan oleh Allah dan di tutupi dengan berbagai macam kekurangan manusiawinya sehingga dia tidak tampak sebagai wali di mata manusia, hanya di bukakan Allah kepada beberapa orang saja yang sudah menduduki makom tertentu dari makom kewalian yang jika dia melibat cahaya kewalian / cahaya Arifin maka mereka justru bertambah yakin takjub pada Allah dan semakin Istiqomah kepada allah










Nur (cahaya) batin seorang wali

 


Di kutif dari Al-Hikam hikmah 162-166 yaitu:
Sebagian Arifiin berkata: 
Andaikan Alloh membuka Nur hatinya para waliyulloh, niscaya cahaya matahari ,bulan akan suram (kalah). Sebab cahaya matahari dan bulan bisa tenggelam dan gerhana, sedangkan Nur hati para wali itu tidak bisa tenggelam dan gerhana.

Cahaya hati ini bisa di artikan ilmu, dan juga bisa di artikan sebagai cahaya ruh yang terpancar dari ruh, yang apabila di terbuka sedikit saja Pakaya cahaya pembalut untuk menutupi cahaya ini terbuka sedikit saja maka akan hancur terbakar segala sesuatu di sekitarnya, itulah mengapa ruh di berikan Allah pakayan yang berupa cahaya sewaktu di alam ruh, yaitu supaya tubuh tidak hancur karna  sewaktu masuki ruh itu. Karna tanpa di bungkus dengan pakayan cahaya maka tubuh akan hancur terjemah cahaya ruh itu.





Sampai kepada Allah menjadi salah satu waliNya





Di kutif dari Al-Hikam hikmah 141-143 yaitu:

Syeikh Abul-Hasan As-syadzily ra. berkata: seorang waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Alloh, 

jika ia masih ada syahwat / kesenangan nafsu, 

atau masih mengatur dirinya 

atau masih usaha ikhtayar (memilihkan dirinya). seumpama Alloh membiarkan hambanya dengan pilihannya, pengaturannya atau kesenangan nafsunya sendiri, maka hamba selamanya tidak akan wushul (sampai kepada Alloh) jika Alloh akan menarik dan segera menyampaikan hambanya, maka di tampakkan padanya sifat-sifat Alloh. Sehingga mati  kehendak dan ikhtiyar usaha sendiri, dan segera menyerah pasrah kepada Irodah dan keputusan pemberian Alloh. Maka dengan itu ia sampai kepada Alloh karena tarikan Alloh, bukan karena amal usahanya sendiri, Wushul karena karunia Alloh bukan karena ibadah dan taatnya kepada Alloh.








seorang waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Alloh,tidak akan wushul pada Allah, tidak akan mengalamai mati sebelum mati,
jika ia masih ada syahwat yaitu menginginkan suatu selain allah / kesenangan nafsu, atau masih mengatur dirinya atau masih usaha ikhtayar (memilihkan dirinya). 
Perkara ini pentin untuk di perhatikan bagi salik yang tentu ingin sampai wushul pada Allah.

1. Jangan inginkan apapun selain Allah semata.
Menginginkan suatu selain Allah maka itu Masi mempersekutukan allah dengan yang kau inginkan itu.
2. Lepaskan semua keinginan nafsumu.
3. Jangan berkehendak yaitu mengatur diri sendir
Semua keinginan dan kehendak mu itu akan menjadi hijabmu kepada Allah, Allah memang tidak terhijab, tapi yang terhijab adalah para mahluknya karna semua keinginannya, semakin banyak keinginan dan kehendak maka semakin banyak pula hijabmu kepada Allah,
Jia semakin sedikit keinginan dan kehendakmu maka semakin sedikit pulau hijabmu kepada Allah. Tapi jika kau ingin terbang secepat kilat menuju Allah maka jangan inginkan apapun selain Allah. Maka kau akan Allah terbangkan menuju kepadanya 
4. Serahkan semua pilihan pada yang allah pilihkan.
Memilih ingin masi termasuk kehendak dan keinginan yang sudah kita jelaskan di atas.


seumpama Alloh membiarkan hambanya dengan pilihannya, pengaturannya atau kesenangan nafsunya sendiri, maka hamba selamanya tidak akan wushul (sampai kepada Alloh) 
Inilah makna dari hadis nabi bahwa
(Rosululloh saw. Bersabda: 
jika Alloh belas kasih pada seorang hamba, maka di uji dengan bala’, jika sabar maka di pilihNya, jika telah ridho maka di istimewakan).




jika Alloh akan menarik dan segera menyampaikan hambanya, maka di tampakkan padanya sifat-sifat Alloh. Sehingga mati kehendak dan ikhtiyar usaha sendiri, dan segera menyerah pasrah kepada Irodah dan keputusan pemberian Alloh. Maka dengan itu ia sampai kepada Alloh karena tarikan Alloh, bukan karena amal usahanya sendiri, Wushul karena karunia Alloh bukan karena ibadah dan taatnya kepada Alloh.

Rasulullah saw. bersabda: 
"Tidaklah seseorangpun masuk surga dengan amalnya." 
seseorang bertanya:, "Sekalipun engkau wahai Rasulullah?" 
Beliau bersabda, "Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepada saya." 
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)







Kisa seorang waliullah (syakh Ibrahim Al-khowwas)


 Kisa Ibrahim Al-khowwas


Di kutif dari Al-Hikam hikmah 120-021 yaitu:

Seorang wali Ibrahim al-khowwas pada suatu hari berkenalan dengan orang yahudi di dalam kapal, keduanya membicarakan tentang agama, lalu yahudi tadi berkata: kalau agamamu ini benar, berjalanlah di atas laut bersamaku.

Lalu si yahudi turun dari kapal dan berjalan di atas laut bersama dengan Ibrahim, sesmpainya di daratan yahudi berkata : aku ingin berteman dan bersamamu, tapi dengan syarat kita tidak boleh masuk masjid dan gereja, mari kita masuk kehutan dan padang, tidak boleh bawa bekal. Dan di sanggupi oleh Ibrahim, lalu keduanya berjalan ke padang yang tidak ada tumbuhan dan tidak ada air sama sekali. Sampai tiga hari keduanya tidak makan dan minum, ketika keduanya duduk-duduk tiba-tiba ada anjing datang dengan menggigit roti tiga biji, dan di taruh di depan si yahudi lalu anjingnya pergi,  si yahudi lalu memakan roti tadi tanpa mengajak Ibrahim ikut makan, tidak berapa lama ada pemuda yang tampan dan berbau harum datang dengan membawa nampan yang di penuhi makanan dan minuman yang sangat enak dan lezat, dan di taruh di depan Ibrahim lalu dia pergi. Lalu Ibrahim mengajak yahudi untuk ikut makan, tapi yahudi tidak mau karena malu, akhirnya Alloh member hidayah kepada siYahudi sehingga masuk Islam dan menjadi murid Ibrahim al-khowwas.

Rahasia kewalian




Di kutif dari Al-Hikam hikmah 118 yaitu:

Alloh Menutupi Rahasia Kewalian”


سُبْحاَنَ من سَتَرَ سِرَّالخُصُوصيَّةِ بِظُهُورِ البَشَرِيَّةِ وَظَهرَ بِعَظَمةِ الرُّبُوْبِيَّةِ فِى اِظهاَرِالعُبُودِيَّةِ


“Maha suci Alloh yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan seorang wali dengan tampaknya sifat-sifat yang umum bagi menusia, dan telah jelas terlihat keagungan ke-Tuhanan Alloh dengan menunjukkan kepada manusia sifat-sifat kehambaan dan kerendahan mahluknya”. 


Maksudnya adalah:

Para waliullah di tutupi Allah dengan kehidupanya yang sama dengan para manusia pada umunya, yaitu Masi perlu makan, mandi, Pakaya, bisa sakit, jatuh, terpeleset, sehingga orang yang tidak mengenal Allah tidak akan mengetahui bahwa seseorang itu adalah waliullah, hanya bagi orang yang mengenal allahlah yang mengetahui seseorang itu waliullah dan itupun pada makom tertentu pada kewalian.

Dengan itulah maka jelas terlihat keagungan Allah, sebab sampai orang bersedia miskin hanya, bodoh dan lain lain hanya karna menginginkan arah itu adalah tanda betapa maha agungnya Allah


Tapi bersedia miskin bukan berarti malas berkerja, atau sengaja berpoya poya menghabiskan harta yang telah ada, karna miskin itu maksudnya adalah merasa tidak memiliki apapun, mungkin orang bisa memiliki mobil mewah, rumah mewah, pesawat pribadi, Kapa pesiar pribadi, tapi dari kesemuaan itu dia tidak merasa memilikinya satupun jua, baginya segala galanga hanyalah milik Allah, bahkan dirinyapun bukan milik dirinya, tapi adalah milik Allah semata.


Begitupun juga dengan merasa bodoh, bayangkanlah jika ada orang yang merupakan propesor doktor insinyur, persiden direktur dan juga sekaligus presiden suatu negara, tentu saja orang seperti ini bukanlah orang yang bodoh, di butuhkan kecerdasan lebih untuk sampai pada posisi itu, tapi bayangkan jika dengan semua kepandayan dan kecerdasanya itu dia merasa bahwa semua ilmu pengetahuan kecerdasan berfikir, dan kepandayanya itu bukan milik dia, dia mengaku bahwa dirinya adalah orang yang bodoh karna semua itu hanyalah milik Allah bukan milik dirinya, betapa indahnya orang yang seperti ini bagi yang mengerti.


Bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki ilmu bisa di katakan pandai, sepandai apapun manusia tapi pemilik semua ilmu, kecerdasan kepandayan hanyalah milik Allah sehingga sepandai apapun, secerdas apapun manusia dia tetaplah mahluk yang bodoh.







Zikir




 di kutif dari alhikam hikmah 57 yaitu:

Abu Qasim al-Qusyairy berkata: "Dzikir itu simbol wilayah (kewalian) dan pelita penerangan untuk sampai, dan tanda sehatnya permulaannya, dan menunjukkan jernihnya akhir puncaknya, dan tiada suatu amal yang menyamai dzikir, sebab segala amal perbuatan itu di tujukan untuk berdzikir, maka dzikir itu bagaikan jiwa dari segala amal. Sedang kelebihan dzikir dan keutamaannya tidak dapat di batasi"


1. Dzikir itu simbol wilayah (kewalian)

Maksudnya adalah kau akan mulai merasakan memasuki wilaya kewalian jika kau selalu berzikir di samping memfanahkan diri,

Hanya saja zikir ini memiliki beberapa tingkatan seperti: Zikir lisan, zikir hati, dan zikir sirr.

Zikir lisan adalah zikir yang Hanya dilakukan oleh lisan tapi hati dan pikiran tidak mengembara kemana mana mencari sesuatu yang masi berupa mahluk (belum mencari Allah).

Zikir hati adalah mulai merasa rindu kepada Allah.

Zikir sirr adalah menyaksikan Allah.


2. Zikir bagaikan pelita penerangan untuk sampai.

Maksudnya adalah dengan berzikir maka sedikit demi sedikit kau akan melihat jalan yang menuju kepada Allah, melihat di sana itu maksudnya bukan seperti melihat dengan mata kepala tapi melihat di sana maksudnya hatimu mulai bersedia menuhankan Allah, karna yang selama ini di tuhankan oleh hatimu itu Masi sesuatu yang berupa mahluk (bukan Allah) dengan kau berzikir maka hatimu akan menjadi lunak bisa di atur, tidak sekehendaknya saja. Tapi untuk sampai pada suasana itu maka di samping berzikir kau juga harus menghindari perbuatan dosa yang di lakukan oleh semua panca indramu, karna mata telinga lidah tangan perut kakimu itu semua punya kemaksiatannya sendiri sendiri, maka semua itu harus kau tahan sambil kau berzikir kepada Allah,  karna lebih suatu penghinaan Tetang terangan kepada Allah jika kau ingat kepada Allah tapi semua indarmu terus melanggar laranganya.


3. tanda sehatnya permulaannya, menunjukkan jernihnya akhir puncaknya, 

Zikir adalah tanda sehatnya bidayahmu (awal perjalanan) dan itu menandakan jernihnya pandangan batimu di akhir perjalananmu, asalakan kau tetap terus Istikomah, sebab jika kau Masi terus mengingat Allah dan menginginkan Allah maka selama itu pulalah kau Masi berjalan kepada Allah, tapi jika kau sudah berhenti mengingat Allah dan berhenti menginginginkan Allah maka sejak itu pulalah kau telah membatalkan perjalananmu menuju kepada Allah, maka adakah orang yang akan sampai pada tempat tujuanya jika dia membatalkan perjalananya?? Jawabannya tentu tidak ada.


4. tiada suatu amal yang menyamai dzikir, Sebab segala amal perbuatan itu di tujukan untuk berdzikir, maka dzikir itu bagaikan jiwa dari segala amal. Sedang kelebihan dzikir dan keutamaannya tidak dapat di batasi"

Zikir yang di maksud di dalam poin ininadalah zikir sirr (baca lagi di atas) yaitu menyaksikan Allah dengan semua kesempurnaanya.


















Isrikomah dan kewalian

di kutif dari alhikam hikmah 40 yaitu:
Orang arif berkata: Jadilah hamba Alloh yang selalu ingin mencapai Istiqamah, dan jangan menjadi hamba yang menuntut karomah. Istiqomah adalah menunaikan kewajiban, sedang karomah adalah menuntut kedudukan. Karomah dan kedudukan yang di berikan Allah kepada seorang wali itu, sebagai hasil dari Istiqamah.”


Ajaran ini adalah akhlak kita kepada allah yang seharusnya di lakukan salik jika dia ingin benar benar sampai (wushul) pada Allah hingga menduduki posisi kewalian.

Budaya orang awam adalah ingin yang mudah saja tidak mau yang sulit, ingin yang enaknya saja tidak mau yang susah, ingin hasilnya saja tapi malas berusaha, begitu juga dalam perkara ini banyak orang yang ingin karomahnya tapi tidak mau Istikomahnya, padahal karomah adalah buah dari karomah, maka bagaimana mungkin kita memetik buahnya jika kita tidak menanam pohonya, dan orang awam yang pendek akal akan menjawab: caranya adalah dengan mencuri punya tetangga, sehingga wajar jika dari dulu sampai sekarang tidak pernah wushul pada Allah, terlebih lagi jika memang tidak melakukan perjalanan batinnya, dan apalagi jika tidak perduli pada ilmu batin dan mengandalkan amalnya yang berpenyakit itu.


Dari kutifan di atas kita ambil 3 poin:

1. Jadilah hamba Alloh yang selalu ingin mencapai Istiqamah, jangan menjadi hamba yang menuntut karomah. 

Bagaimana mungkin kita bisa menuntut Allah, Allah itu tidak bisa di tuntut, jika kita ingin menuntut maka tuntutlah diri kita sendiri, supaya Istiqomah, tapi pada dasarnya untuk istikomahpun kau harus menyerah kepada Allah, jika kau Masi merasa mampu untuk Istikomah maka Allah akan menunjukan bahwa kau sebenarnya tidak mampu melakhkanya, hanya jika engkau menyerah pada Allah, mengakui kelemahan dan terendahanmu, kebodohan dan ketidak berdayaan mu terhadap Istikomah inilah maka Allah akan memerintahkan kepada batinmu supaya dia Istikomah kepadaaNya (Allah) maka baru setalah itulah hatimu akan ringan untuk melakukan Istikomah itu, tapi jika kau kembali merasa mampu dan menyombingkan keistiqomaan mu itu maka sekali lagi Allah akan memperlihatkan kepadamu bahwa dirimu tidak mampu melakukan itu sehingga hatimu merasa berat untuk Istikomah, selalu ingin melanggar dan malas ibadah, supaya kau tau bahwa semua amal ibada yang kau kerjakan itu hanyalah kodrat dari dia (Allah) dan buka dari kemampuanmu, karna kau itu aslinya lemah hina rendah bodoh tiada daya.


2. Istiqomah adalah menunaikan kewajiban, sedang karomah adalah menuntut kedudukan. 

Dahulukan lah melakukan kewajiban dan selalu lawanlah batimj yang selalu ingin menuntut Allah itu. Dahulukan lah Takdim dan lawanlah hatimu yang selalu merasa mampu itu. Jika kau tidak mampu melakukanya maka menjeritlah kepada Allah, maka Allah akan datang mengulurkan bantuanya, hanya saja karna di masa itu kau belum mengenal Allah maka kau tidak menyadari bahwa Allah sedang menyapa dan membantumu.


3. Karomah dan kedudukan yang di berikan Allah kepada seorang wali itu, sebagai hasil dari Istiqamah.”

Perkara ini sangat masuk akal, terlebih lagi ini mengandung hukum kausal (sebab akibat) yaitu: Istikomah sebagai sebab dan karomah sebagai akibat.

Tapi ketahuilah bahwa: jangan membawa amalmu kehadapan Allah, apa lagi membanggakan amalmu, karna selama kau Masi membawa amal dan membangga banggakannya maka selama itulah amalmu itu akan menjadi hijab bagi dirimu kepada Allah, apa lagi jikadi hatimu ada kesombongan terhadap amal itu, maka kesombongan pun akan menjadi hijab sehingga hijabmu berlapis lapis, itulah mengapa kami mengatakan jangan bawa bawa amalmu untuk sampai kepada Allah,  tapi bawalah sifat ubudiyyah / sifat kehambaan. Yaitu merasa hina rendah kecil hina tiada daya tiada upaya, bila perlu bicaralah kepada Allah walau kau belum melihatnya, katakanlah, bagaimana bisa aku melihatmu sedangkan aku tiada daya dan  upaya, 


Tiada daya dan upaya itu maksudnya bukan tidak berdaya dan tidak berupaya, tapi semua daya upaya itu hanya tunduk patuh taat pada perintah Allah, sehingga jika Allah tidak memerintahkanya untuk berbuat maka daya upaya itu akan tidur.


Catatan penting:

Kalimat: jangan bawa amalmu kehadapan Allah itu maksudnya adalah bukan jangan beramal dan beribadah, tapi tetaplah beramal dan beribadah, jika perlu lakukan serajin mungkin seperti para waliullah dan rosul saw, tapi jangan kau harapkan imbalan apapun sebagai balasan dari Allah atas amal ibada yang kau lakukan itu. Itulah pengabdian yang sebenarnya, itulah keikhlasan yang sesungguhnya.



Yang di lakukan para salik hingga sampai pada Allah menjadi waliullah




di kutif dari alhikam hikmah 28 yaitu:
Syeih Abu Hasan asy-Syadzily rodhiallohu anhu berkata: "Jika engkau ingin mendapat apa yang telah di capai oleh waliyulloh, maka hendaknya engkau mengabaikan semua manusia, kecuali orang-orang yang menunjukkan kepadamu jalan menuju Alloh, dengan isyarat yang tepat atau perbuatan yang tidak bertentangan dengan Kitabulloh dan Sunnaturrosul, dan abaikan dunia tetapi jangan mengabaikan sebagian untuk mendapat bagian yang lain, sebaliknya hendaknya engkau menjadi hamba Alloh yang di perintah mengabaikan musuh-Nya. Apabila engkau telah dapat melakukan dua sifat itu, yakni: Mengabaikan manusia dan dunia, maka tetaplah tunduk kepada hukum ajaran Alloh dengan Istiqomah dan selalu tunduk serta Istighfar."



Dari keterangan di atas maka terdapat beberapa potongan:

1. Jika engkau ingin mendapat apa yang telah di capai oleh waliyulloh, maka hendaknya engkau mengabaikan semua manusia, kecuali orang-orang yang menunjukkan kepadamu jalan menuju Alloh, dengan isyarat yang tepat atau perbuatan yang tidak bertentangan dengan Kitabulloh dan Sunnaturrosul.
Inilah cara bersuluk yang sebenarnya, bukan seperti orang jaman sekarang, yang bersuluknya berbeda, memang menyepi tapi amalanya yang bermasalah karna yang mereka amalkan adalah meditasi, tapa Brata, tapa Geni, yoga, dan lain lain, maka jika kita ikut ikutan seperti itu maka Suluk macam apakah itu?? Rosul tidak mengajarkan, dan para wali tidak melakukan, dan hasil yang di dapat dari  itu semua adalah ilmu kesaktian atau kekayaan yang berasal dari setan.
Pelajarilah apa apa yang rosul lakukan sewaktu dia sengaja menyepi di gua, dan walaupun seperti itu yang rosul lakukanpun tetap mengesahkan Allah, puasa, zikir, shalat, sekalipun tidak sedang menyepi dan berada di tengah tengah umatnya,

2. dan abaikan dunia tetapi jangan mengabaikan sebagian untuk mendapat bagian yang lain,
Ini maksudnya sama dengan ucapan  tidak perlu meninggalkan aktifitas keseharian (kerja mencari nafka) dan melulu beribadah kepada Allah, sehingga dia ingin bertanya perkara itu kepada gurunya tapi sebelum dia bertanya justru gurunya menjelaskan bahwa ada seseorang yang ingin belajar kepadanya, dan ingin meninggalkan kesehariannya, tapi gurunya berkata, tidak perlu, karna yang telah di takdirka akan tetap kau dapatkan.
Maksudnya adalah tetap belajar dan mengikuti pengajian tasawuf, tapi tidak perlu sampai seperti di orang orang di jaman itu yang sampai meninggalkan semu aktifitasnya demi untuk belajar dan beribada dan mengenal kepada Allah. Karna sambil melakukan perkejaan kesehatian yang di sertai dengan suluk dan terus mengikuti pengajian dan bimbingan guru juga tetap bisa sampai / wushul pada Allah, asal niatnya tidak kepada selain Allah  dan bersuluknya benar.

3. sebaliknya hendaknya engkau menjadi hamba Alloh yang di perintah mengabaikan musuh-Nya.
Jangan salah mengartikan kalimat itu.
Pahami dulu matang matang. Karna yang di maksud musuh di sana itu adalah semua manusia yang tidak mengenal Allah (sekalipun KTPnya Islam) dan perintahnya adalah mengabaikan, sekali lagi perintahnya adalah mengabaikan (bukan membunuh, mengebom, menembak, dan lain lain) 
Menghangatkan itu maksudnya adalah jangan terpengaruh terhadap polah pikir mereka yang hanya berdasarkan rasa cinta mereka kepada dunia semata dan sekularisme yang mereka anut itu, dan jangan mengikuti perbuatan apapun yang mereka lakukan yang berlawanan dengan etika kita kepada Allah (takdim) kita harus tetap ber Etika kepada Allah kapanpun, di manapun, dan sedang bersama siapapun.


4. Apabila engkau telah dapat melakukan dua sifat itu, yakni: Mengabaikan manusia dan dunia, maka tetaplah tunduk kepada hukum ajaran Alloh dengan Istiqomah dan selalu tunduk serta Istighfar." 
Karna jika kita tidak Istikomah maka kita akan turun kembali ke keadaan hati yang gelap, seperti sebelum kita mengenal Allah dulu, sehingga di kala itu kaget bagaikan orang yang sudah bisa melihat tapi tiba tiba mengalami kebutaan, dan kesengsaraan itu akan sangat terasa, orang orang yang belum mengenal Allah itu semua hidup di dalam kesengsaraan batin itu, tapi mereka tidak menyadarinya, karna sudah sejak lama mereka merasakan itu sehingga mereka menganggap bahwa itu adalah perkara biasa.
Tapi bagi orang yang sudah pernah merasa syurga dunia yaitu melihat dan bersama Allah maka jika dia terpisah dari Allah maka dia akan bagaikan di dalam neraka.
Melihat Allah adalah syurga dunia,
Tidak melihat Allah adalah neraka dunia.
 




 

Tindakan waliullah / seorang yang ingin sampai pada Allah.

 


Untuk menjadi waliullah itu:
1. Jangan syirik,
2. Jangan memusuhi waliullah yang lainya.
3. Jangan ingin terkenal.

di kutif dari alhikam hikmah 11 yaitu:
Mu'adz bin Jabal berkata: 
Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam bersabda: 
"Sesungguhnya sedikit riya' itu sudah termasuk syirik. Dan barang siapa yang memusuhi wali Alloh, maka telah memusuhi Alloh. Dan sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang bertaqwa yang tersembunyi (tidak terkenal), yang 
bila tidak ada tidak di cari dan 
bila hadir tidak di panggil dan tidak di kenal. Hati mereka bagai pelita hidayat, mereka terhindar dari segala kegelapan dan kesukaran

1. Jangan syirik,
Bagaimana bisa Allah akan mengangkat kita jika kita Masi saja melakukan perbuatan syirik,
Syirik ada 3 tingkatan:
A. Syirik jali
B. Syirik khofi
C. Syirik akhfa
Akan kita jelaskan pada posting husus menjelaskan perkara syirik (jika Allah menghendaki)

2. Jangan memusuhi waliullah yang lainya.
Barang siapa memusuhi waliullah maka Allah nyatakan perang dengan dirinya, maka tidak heran jika para waliullah itu selalu Allah persenjatai dengan berbagai karomah,
Dan lebih dari pada itu Allah adalah zat wajibul wujud yaitu hakikat dari semua mahluk maka jika memusuhi mahluknya maka sama saja dengan memusuhi Allah. Dengan catatan mahluk itu tentu tidak mengganggu, tapi sekalipun mengganggu maka Allah akan tetap membelahnya jika hukuman yang di berikan kepadanya terlalu berat, tapi jika memberikan hukuman kepadanya terlalu ringan juga itu tidak memberikan efek kerah pada mereka, di sinilah sebenarnya seimbangnya hukum Islam, 

3. Jangan ingin terkenal.
Ingin terkenal itu sama saja dengan menyembah terkenal, tidak ingin terkenal itu sama saja dengan menyembah tidak ingin terkenal, kedua duanya itu adalah penyembahan yang salah, karna seharusnya yang harus di sembah hanyalah Allah semata.
Dan seperti yang sering kami jelaskan pada hampir setiap penjelasan tentang keinginan maka di sinipun sama saja yaitu;
Ingin terkenal itu berarti Masi menganggap terkenal itu wujud padahal yang wujud hanyalah Allah, jika kita ingin terkenal maka kita sama saja dengan menyandingkan keterkenalan denga Allah dengan kata lain kita Masi mempersekutukan allah dengan keterkenalan, dan begitu juga jika kita menginginkan ketik terkenalan, jadi inginkanlah Allah semata, jangan sesuatu apapun selain Allah.

Amal dan kewalian

 


Sambungan dari posting para wali (bagian 01) yang terdahulu, sekarang kita kaji bagian ke 2 nya.


Kewalian seseorang itu erat kaitannya dengan himmah (semangat yang tinggi menuju kepada Allah) karna semangat itulah seseorang jadi mengesahkan Allah dan takdim kepada Allah, tapi juga Hima menjadi istidroj bagi orang yang fasik. Karna semangat yang tinggi ingin segera sampai pada Allah itu sangat menyiksa orang yang hatinya fasik yaitu mengetahui ilmunya (sebatas ilmu kata semata) tapi dia tidak melakukan dengan batin, sehingga cermin hatinya kotor dan cahaya ilahi tidak bisa masuk ke dalam hatinya.

di kutif dari alhikam hikmah 3 yaitu:

sawa bikul himam (keinginan yang kuat):

✒apabila keluar dari orang-orang sholih/walinya Alloh itu disebut: Karomah. 

✒Apabila keluar dari orang fasiq di sebut istidroj/ penghinaan dari Alloh.

Firman Allah subhanahu wata'ala: 

"Dan tidaklah kamu berkehendak, kecuali apa yang dikehendaki Alloh Tuhan yang mengatur alam semesta." [al-qur-an surat At-Takwir ayat 29]. 

"Dan tidaklah kamu menghendaki kecuali apa yang di kehendaki oleh Alloh, sungguh Alloh maha mengetahui, maha bijaksana." [QS. Al-Insaan 30].


Banyak orang yang menyangka bahwa untuk sampai pada Allah (wushul) itu harus harus rajin ibadah dan beramal, padahal untuk sampai pada Allah jangan membawa apapun kecuali sifat ubudiyyah, 

Jangan membawah amalmu, karna amal itu tidak sedikitpun bisa menyampaikan mu kepada Allah, justru Allah benci kepada orang yang sombong karna amal amalnya (ria' ujub sum'ah), seolah  menganggap bahwa dengan beramal dan beribadah itu Allah menjadi terpaksa memperkenalkan diri kepada seseorang, dan terpaksa mengangkat seseorang menjadi waliNya, padahal Allah tidak bisa di paksa oleh suatu apapun. 

di kutif dari  alhikam hikmah 8 yaitu:

Ma'rifat [mengenal] kepada Allah, itu adalah puncak keberuntungan seorang hamba, maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, maka tidak perlu pedulikan berapa banyak amal perbuatanmu, walaupun masih sedikit amal kebaikanmu. Sebab ma'rifat (di awali melihat allah melalui penyaksian mata batin) itu suatu karunia dan pemberian langsung dari Allah, maka sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.

Amal adalah kodrat Allah, dan dosa adalah irodat Allah, maka lepaskanlah keduanya jika kau ingin mengenal Allah, maksudnya adalah, jangan engkau mengandalkan amalmu untuk mengenal Allah, tapi juga jangan kau menjadi tidak ingin mengenal Allah karna merasa diri kotor, hina, rendah, kecil, keji,

Merasa diri kotor, hina, rendah, kecil, keji, itu adalah sifat ubudiyyah, justru dengan sifat itulah kau harus datang kepada Allah, karna Allah akan menyambutmu dengan penu bahagia, karna kau datang dengan sifat ubudiyyah atau sifat kehambaan yaitu menggambarkan diri pada Allah. Orang yang seperti inilah yang mudah wusulnya, orang seperti inilah yang gampang di terimah Allah menjadi walinya, Allah tidak membutuhkan amal mu, Allah tidak memandang dosamu, kewalian seseorang bukan di berikan allab karna amal seseorang, dan keterkutukan dan keterlaknatan seseorang tidak pula di berikan karna dosa seseorang, artinya:

Kau harus tetap beramal ibadah tapi jangan inginkan imbalan apapun pada Allah termasuk imbalan ingin di balas pahala syurga karomah dan menjadi waliullah, tapi lakukanlah semata mata sebagai pengabdianmu kepada Allah.

Jika kau bermaksiat maka jangan lari dari Allah, tapi datanglah temui dia, menangislah, akui kesalahan dan kelicikanmu itu, ikhlaskan lah hatimu menerimah hukuman apapun yang akan di berikan Allah, maka kau akan mengetahui betapa maha pengampun allah itu, betapa maha pengasih dan penyayang ya orang itu.

Seorang sufi perna datang berhalwat kepada Allah setelah dia berbuat dosa, dia berkata kepada Allah:

"Ya Allah aku telah menghianatimu, aku telah melanggar atauranmu, aku telah berbuat dosa, aku ini hina, rendah, (dan lain lain) masih pantaskah aku kembali kepadamu dan kembali mengharap kasih sayangmu??"

Lalu seakan dia merasa ada jawaban:

"Wahai hambamu bukan mulia atau hina yang penting bagiku, tiada bedah bagi ku yang ataupun yang mulia, yang mulai itu hanya karna aku memuliakannya, dan yang hina karna aku menggunakanya"

Yang membedakan seseorang di sisi Allah itu hanyalah kembali atau tidaknya dia kepada Allah, jika bisa Istiqomah maka istiqomah, tapi jika diri lebi sering hilaf maka kembalilah kepada Allah sebanyak apapun dosa yang kau buat. Akui saja kepadanya bahwa tiada Tuhan selain dia, dan jika tanpa rahmadNya engkau hanyalah seseorang yang menzolimi diri sendiri.






Salik dan kewalian


 Waliullah itu artinya adalah wakilnya Allah di muka bumi ini. Orang yang sudah suci dari segala sesuatu selain Allah dan juga orang yang di jaga dan di muliakan Allah, merekalah para kekasih Allah setelah rosul Saw wafat.

Mereka adalah orang orang yang terpilih dan orang orang yang di istimewakan allah

(Rosululloh saw. Bersabda: 

jika  Alloh belas kasih pada seorang hamba, maka di uji dengan bala’, jika sabar maka di pilihNya, jika telah ridho maka di istimewakan).


di kutif dari  muqoddimah alhikam yaitu:

Maha suci Alloh yang memilih mereka (para wali) untuk mendekat (takorrub) pada alloh dan mengutamakan mereka dengan kasih sayang alloh

Sehingga terbagi 2 antara wali itu yaitu:

1 salik dan

2 majdzub

atau:

1 menyintai

2 yang dicintai,

mereka tenggelam dalam cinta Dzat alloh dan timbul kembali karena memperhatikan sifat alloh

Jadi para wali itu terdiri dari majdzub dan salik, salik yaitu orang yang Masi di tengah perjalanan dan belum sampai pada Allah / belum wushul tapi menurut alhikam mereka termasuk ke makom wali tapi tidak semua orang yang belajar tarekat itu termasuk ke para salik, karna ada beberapa syarat seseorang termasuk ke golongan salik, lain kali akan kita jelaskan di posting lain husus mengkaji perkara salik (jika Allah menghendaki)

Tapi sekalipun salik ini termasuk ke golongan wali, maka jangan kita berhenti pada makom salik, karna jangankan hanya berhasil menjadi salik, bahkan menjadi walipun Masi ada kemungkinan berpaling dari Allah, sehingga terusir dari makom kewalian, kembali berbuat berbagai dosa kembali. Makom salik itu Masi belum kenal dengan Allah sehingga sayang sekali jika harus stop di sana, tapi pada dasarnya jangankan hanya menjadi salik, bahkan orang yang telah wushul pada Allahpun tidak berhenti belajar mengenal Allah, karna Allah itu tidak sama dengan semua mahluk, dan ilmu manusia hanya bagaikan setetes air jika di bandingkan ilmunya Allah, sehingga tidak ada kata berhenti dan tidak Adak finis dalam perkara pengenalan kepada Allah.



di kutif dari  muqoddimah alhikam yaitu:
Seorang muridnya yang bernama Abdul Ali bertanya:
"Apa syarat yang harus di perbuat oleh orang yang ingin menjadi wali Alloh?"
Jawabnya: Seorang yang benar-benar dalam syariat dan ada 12 tanda-tandanya:
1. Benar-benar mengenal Alloh yakni mengerti benar tauhid dan penuh keyakinan kepada Allah.
2. Menjaga benar-benar perintah Alloh.
3. Berpegang teguh pada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
4. Selalu berwudhu dan bila berhadas segera berwudhu kembali
5. Rela menerima ketentuan takdir Alloh dalam suka maupun duka.
6. Yakin terhadap semua janji Alloh.
7. Putus harapan dari semua apa yang di tangan mahluk.
8. Tabah, sabar menanggung berbagai derita dan gangguan orang.
9. Rajin mentaati perintah Alloh.
10. Kasih sayang terhadap semua makhluk Alloh.
11. Tawadhu, merendah diri terhadap yang tua dan muda.
12. Menyadari selalu bahwa syaitan itu musuh yang utama. Sedang kendaraan syaitan itu adalah hawa nafsumu dan selalu berbisik untuk mempengaruhimu. 
Firman Alloh:
"Innasysyaithana laku aduwwun fattakhi dzuhu aduwwa."
artinya: Sesungguhnya syaitan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. (al-qur-an surat. al Fathir. ayat 6.
Jadi seseorang yang di sebut salik itu minimal belajar melakukan / menerapkan / mujahada pada 12 poin di atas, selain dari pada berusaha memfanahkan diri.

Untuk menjadi wali itu tidak serta Merta harus memisahkan diri / mengasingkan diri dari keramahan, karna hakikat bersuluk itu bukan memisahkan jasad dari keramahan manusia, tapi hakikat suluk yang sebenarnya adalah memisahkan hati dari segala sesuatu selain allah, dan untuk melakukan itu sebenarnya tidak perlu mengasingkan diri / halwat, tapi cukup mengupayakan hati supaya hanya menganggap Allah-lah yang wujudn dan semua manusia hanyalah bayang bayangnya Allah, menya dari bahwa manusia hanyalah Adam (tidak ada) tapi tidak cukup hanya yakin semata tapi harus menyaksikan semua itu dengan mata batin.
di kutif dari  alhikam hikmah 2 yaitu:
Syeikh Ibnu 'Atoillah berkata : "Aku datang kepada guruku Syeikh Abu Abbas al- mursy. Aku merasa, bahwa untuk sampai kepada Allah dan masuk dalam barisan para wali dengan sibuk pada ilmu lahiriah dan bergaul dengan sesama manusia (kasab) agak jauh dan tidak mungkin. tiba-tiba sebelum aku sempat bertanya, guru bercerita: Ada seorang ahli di bidang ilmu lahiriah, ketika ia dapat merasakan sedikit dalam perjalanan ini, ia datang kepadaku sambil berkata: Aku akan meninggalkan kebiasaanku untuk mengikuti perjalananmu. Aku menjawab: Bukan itu yang kamu harus lakukan, tetapi tetaplah dalam kedudukanmu, sedang apa yang akan di berikan Allah kepadamu pasti sampai kepadamu.
 

Tapi niat menjadi seorang wali itu apa itulah yang harus kau tanya pada dirimu,
Kebanyakan orang ingin menjadi wali hanya karna supaya punya karomah semata, bukan atas dasar karna Allah semata.
di kutif dari alhikam hikmah 3 yaitu:
kekeramatan atau kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu, tidak dapat menembus keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi semata-mata hanya dengan takdir Alloh."
Sebenarnya jangankan ingin karomah, bahkan ingin menjadi wali saja itu sudah termasuk syirik, karna ingin menjadi wali Masi termasuk menganggap wali itu wujud, padahal yang wujud hanyalah Allah, dengan ingin menjadi wali maka berarti kita telah menyekutukan Allah dengan kewalian. Inginkanlah Allah semata jangan apapun selain dia.

Maha suci Alloh



Allah yang maha suci yaitu Suci dari segala dugaan, segala perkiraan, segala pengibaratan,

Jika Masi sama dengan perkiraan, jika Masi seperti yang di duga, jika Masi sama  dengan pengibaratan Mak itu bukan Allah

Allah itu laisa Kamis lihi saiun tida di serupai dan tiada menyerupai sesuatu apapun.


Puncak dari pengenalan adalah merasa tidak kenal, puncak dari pengetahuan adalah merasa tidak tahu, karna jika Masi mengaku kenal, mengaku mengetahui maka itu sama saja dengan tidak mengakui sifat Adam pada diri manusia dan itu termasuk sikap dan tindakan yang tidak takdim pada Allah.




Lidah yang berbicara

Jika kita sedang berbicara maka siapakah yang berbicara itu? Apakah kita yang berbicara ataukah lidalah yang berbicara.?Ketahuilah bahwa Lidanya para waliullah bisa bicara tanpa dia gerakan sama sekali





Lidah orang yang fana, jika di kehendaki allah berkata maka dia akan berkata layaknya di akhirat nanti yang semua anggota tubuh kita bisa berkata di kala itu, bukan di bicara karna kita gerakan tapi di bergerak sendiri tanpa di kendalikan oleh kita, itu bisa sebagai bukti kebenaran makom di sisi Allah, bisa juga sebagai ujian bagi sang waliullah, dan juga bisa berasal dari jin.

Kejadian seperti itu ataupun kejadian yang luar biasa lainya seperti karomah itu tidak layak di inginkan, menginginkan perkara seperti itu Masi tergolong syirik, sehingga harus di tinggalkan, itu semua Masi berupa mahluk, sehingga jika kita Masi menginginkanya maka sama saja dengan Tika tidak mengakui bahwa Allah-lah satu satunya yang wujud. Tapi walaupun demikian Masi banyak orang orang yang seperti belajar mengenal Allah tapi justru yang dia kejar hanyalah kesaktian dan kakayaan sehingga mereka mengamalkan ilmu ilmu mantra mantra yang di yakini bisa mendatangkan kekuatan gaib, orang yang seperti ini Masi tergolong sesat, dia belum lurus kepada Allah semata, dia masih main main seperti ana anak dengan menuju ke sini ke sana ke situ, belum menuju kepada Allah.







Pikiran


Pikiran yang baik akan membuahkan tindakan atau perbuatan yang baik juga, pikiran yang buruk akan membuahkan perbuatan yang buruk, begitu juga dengan pikiran kepada Allah, akan membuahkan penyaksian kepada Allah, hanya saja untuk menyaksikan Allah itu memikirkan kebesaran dan kesempurnaanya saja itu tidak cukup, manusia harus di sertai tuntunan ilmu yang bersanad pada rosul Saw.

Orang yang lagi memikirkan Allah itu derajatnya lebi tinggi dari pada orang yang lagi berzikir tapu hatinya dan pikirannya memikirkan perkara lain selain Allah, zikir yang seperti itu hanya sebatas zikir lisan semata, zikir yang seharusnya harus di lakukan oleh 3 komponen secara bersamaan yaitu: lisan, pikiran, dan hati.

Memikirkan Allah (tafakur) itu sangat besar manfaatnya, bahkan Shaikh Abdul qidir Jailani menjelaskan di kitab sirrul asrornya bahwa bertafakur beberapa saat lebi utama dari beribada puluhan tahun, ratusan tahun dan ribuan tahun, silahkan baca sendiri, kami sudah memposting terjemahan kitab itu di web kita ini.

Memikirkan Allah itu tidak asal pikir, karna jika asal pikir maka yang timbul adalah kesesatan, itulah mengapa orang yang ingin mengenal Allah itu harus berdasarkan tuntunan ilmu yang bersanad kepada risalah rosul Saw, artinya memikirkan Allahnya harus berdasarkan contoh yang rosul ajarkan, hanya saja dalam perkar ilmu mengenal Allah ini pengajarannya di pisah dengan ilmu syariat, sehingga bagi orang yang beru mendengar kajian mengenal Allah itu akan merasa asing terhadap kajianya, dan bahkan mereka akan memandang sesat dan kafir, bukan karna tasufnya yang salah tapi karna merekanya yang tidak mengerti.
Sehingga dari itulah Abi Huroiroh berkata:
 
di kutif dari alhikam hikmah 80 yaitu:
Abu Hurairoh berkata: Aku hafal ilmu dari Rosululloh dua karung, yang satu karung aku sebarkan kemasyarakat(umat), yang sekarung seumpama aku terangkan, kamu semua pasti akan memenggal leherku.

Mengenal Alloh, sehingga antaramu dengan Allah tidak ada pelantara atau hubungan dengan Alloh tanpa pelantara

Kajian alhikam.


Puji syukur harus kita panjatkan kepada Allah SWT, jangan kepada siapapun dan apapun, karna dialah satu satunya yang wujud sehingga semua mahluknya yang Adam (tidak ada) itu tidak layak kita jadikan sebagai alamat dari puji syukur itu. Namun untuk melakukan itu kita harus tau cara memujiNya dan cara bersyukur padaNya, karna jika hanya memuji dan bersyukur hanya dengan sebatas lisan semata maka orang kafirpun bisa melakukanya bahkan mereka lebih Paseh dari kita, tapi mereka tidak melakukanya dengan tindakan dan dengan batin mereka (hanya bisa sebatas Lisan semata) nah bersyukur yang di lakukan dengan tindakan dan batin inilah yang harus kita ketahui supaya kita bisa melakukanya, insya Allah akan kita kaji di lain kesempatan.

Solawat dan salam jangan lupa haturkan kepada Baginda rosul, karna kita ini adalah pegangan beliau, anggotanya beliau, (di bawah bendera risalah kenabianya, maka menjadi kewajiban bagi kita untuk bersolawat kepadanya sebagai manusia yang sangat beruntung karna telah di takdirkan Allah menjadi umatnya, karna nabi Ibrahim as saja pernah meminta supaya di batalkan kerosulannya hanya karna dia ingin sekali menjadi umat Baginda rosul Saw karna begitu banyaknya Rahmad yang Allah limpahkan kepada umat Baginda nabi Muhammad ini, jika nabi Ibrahim saja bahkan seperti itu karna kepinginya menjadi umat nabi Muhammad maka bagaimana dengan kita yang telah di takdirkan Allah menjadi umatnya nabi Saw ini?? Kita justru malas bersolawat. (Sama seperti kami yang menulis inipun juga malas melakukanya) semoga Allah menyadarkan kita semua untuk menerimah sepenuh hati, mengakui bahwa nabi Muhammad itu memang rosulnya kita (kita berdiri di bawah bendera kerosulan dia) dan mempertemukan kita dengan nabi Saw, sehingga dengan seperti itu semoga kita bisa ringan bersolawat bahkan hati dan bibir mengucapkan solawat itu dengan sendirinya. Aamiin.

Setelah memposting beberapa terjemahan kita tasawuf, dan mungkin akan ada tambahan lagi (jika Allah mengizinkan) kali ini kita akan mulai mengkaji terjemahan itu, karna jika hanya membaca terjemahan saja itu Masi kurang dari cukup, kita Masi harus mengkajinya lagi hingga kita mengerti betul maksud dan tujuanya, dan dari sanalah kita baru bisa berangkat untuk melakukan ajaran itu dengan Zahir dan batin sehingga barulah dampak dari pemahaman itu dapat di rasakan.

Pada posting terdahulu kita mengkaji muqoddimah alhikam dan kali inipun sama, karna memang Mukoddimah alhikam ini panjang penjelasanya dan sarat maknanya.

Di muqoddimah alhikam ada di katakan bahwa:

Adapun definisi ilmu tasawuf atau tauhid, Junaid al-Baghdadi berkata yaitu:

☞Mengenal Alloh, sehingga antaramu dengan Allah tidak ada pelantara atau hubungan dengan Alloh tanpa pelantara,(dan Masi banyak lagi poin poin setelahnya, namun husus di posting kali ini kita hanya akan membahas poin itu saja, karna penjelasan satu kalimat itupun akan sangat panjang)


Kita kaji perkaranya saja:

Mengenal Alloh: maksudnya adalah harus telah wushul / sampai pada allah, sudah fana, sudah menyaksikan Allah SWT, dan untuk bisa kenal pada Allah itulah kita harus memfanahkan diri, karna untuk mengerti perkara ini kita membutuhkan tuntunan kitab dan orang yang mengerti betul arti, maksud, dan tujuan dari kajian kajian di kitab itu, dan yang seperti itu harus orang yang telah sampai pada Allah, sebab bagaimana mungkin orang buta bisa menuntun orang buta.


Kalimat selanjutnya: sehingga antaramu dengan Allah tidak ada pelantara atau hubungan dengan Alloh tanpa pelantara, 

ini yang susah menjelaskanya, karna untuk memahaminya kita tidak hanya di butuhkan kecerdasan berfikir, tuntunan kita tasawuf, dan guru yang telah wushul pada Allah tapi juga harus di tunjang oleh pancaran cahaya ilahi, pancaran cahaya ilahi ini hanya di berikan Allah jika kita telah membersihkan cermin hati dari semua dosa dan kemaksiatan yang di lakukan oleh semua panca Indra, juga dari semua kesyirikan. Sebenarnya 2 itu saja sudah cukup untuk membersihkan cermin hati, tapu dua perkara itu luas cakupannya, sehingga di butuhkan ketelitian dan kejujuran untuk menilai diri sendiri yang sebelumnya telah mengerti apa saja yang hala dan hara, tidak hanya makanan tapi juga perbuatan, baik yang di perbuat mata, telingah, mulut, tangan, kali, perut, semua itu bisa berbuat dosa.

Dan hati harus meninggalkan semua kesyirikan yang untuk menjelaskan perkara apa saja yang termasuk ke dalam perbuatan syirik itu tidak cukup hanya dengan 1 postingan ini saja, bahkan satu kitab penuh seperti alhikam, sirrul asror, Futuhul gaib, itu semua penjelasan yang ada di dalamnya sampai penuh satu kitab itu hanya supaya kita mengerti mana yang syirik dan yang tauhid,

Tapi singkatnya syirik itu ada 3 macam yaitu:

1. Syirik jali

2. Syirik hofi

3. Syirik akhfa

Untuk syirik jali adalah syirik yang jelas sekali seperti:

Menyembah, memuja, meminta bantuan, mengadakan perjanjian dengan jin, seperti yang terjadi pada perbuatan: santet, teluh, hodam, guna guna, fudu, uang gaib, uang kembali, menggandakan uang, memelihara tuyul, pesugihan, babi ngepet, penglaris, pelet, gendam, dan Masi banyak lagi contohnya.

Syirik hofi / syirik halus: pelakunya adalah orang yang beribada karna menginginkan pahala, syurga, dan takut neraka, padahal jika Masi ada keinginan balasan Allah pada setiap ibadah itu namanya Masi belum ikhlas, karna ikhlas itu artinya tanpa mengharap imbalan apapun baik kepada mahluk ataupun kepada Allah, dan melakunya hanya sebagai pengabdian semata,

Jadi walau tanpa mengharapkan imbalan pahala dan syurga kita harus tetap melakukan amal ibadah karna Allah, bahkan melakukanya dengan senang hati karna itulah pengabdian diri pada Allah yang sesungguhnya,  jika Masi mengharap imbalan maka itu Masi belum ikhlas.

Dan syirik yang ke 3 yaitu syirik akhfa ini syirik yang halus dari yang halus, syirik inilah yang sangat susah meninggalkanya, sehingga tanpa sadar tau tau hati / batin kita sudah melakukan syirik ini bahkan oleh ahli tasawuf.

Mugkin ini saja dulu, lain kali akan kami jelaskan lagi perkara2 yang masi belum di kaji bahkan di posting kita yang ini, seperti syirik akhfa yang tidak kami berikan contohnya, karna itu terlalu halus penjelasanya sehingga sebagian orang akan salah paham dalam memaknai penjelasanya nanti.


Jangan sungkan komen, jangan malu bertanya,

Salam bersaudara.!!









Menerapkan dan bermujahada pada ahlak yang terpuji (Ucapan syakh al-junaid al-bagdadi)

Al-junaid al-bagdadi

Ciri dari ahli tasawuf di singgung oleh junaid al-bagdadi dalam penjelasanya terhadap depenisi (arti) tasawuf di Muqoddimah kitab al-hikam yaitu: "Menerapkan dalam kehidupan semua akhlak yang terpuji menurut apa yang telah di sunnahkan oleh Rasululloh saw"



ada beberapa kata penting dalam kalimat di atas yang harus di analisi:

1. Menerapkan: melakukan (atau setidaknya belajar melakukan / mujahada) dengan Zahir dan batin (bukan Zahir saja atau batin saja, tapi Zahir batin kedua duanya itu harus melakukanya)

Harus di ketahui bahwa mujahada itu artinya: belajar menerapkan, dan orang yang belajar melakukanya itu di sebut mujahid / mujahidin, jadi sebenarnya arti mujahid atau Mujahidin itu tidak ada sangkut pautnya dengan teroris sama sekali, hanya pihak tertentu yang tidak mengertilah yang menyebut para teroris dengan sebutan mujahid / Mujahidin, sedangkan teroris tetaplah teroris, bagi kami mereka bukanlah mujahid / Mujahidin, karna yang mereka itu bukan belajar menerapkan ahlak yang baik tapi justru yang mereka lakukan adalah menebar teror dan melakukan pembunuhan masal seperti pengeboman.

2. Akhlak yang terpuji:

Yang harus di terapkan atau setidaknya belajar menerapkan (di mujahadai) itu adalah ahlak yang terpuji. Untuk menerapkan atau belajar menerapkanya itu kita harus tau yang mana yang terpuji dan yang tercela, 

Pada awalnya yang harus di pelajari adalah ahlak yang baik dan tercelah menurut ilmu syariat, setelah memahami itu baru meningkat ke mempelajari pengertian itu menurut ilmu tasawuf.

Ahlak itu ada 2 macam yaitu:

1. Ahlak kepada mahluk (hamblum minanas)

2. Ahlak kepada allah (hamblum minallah)

Tapi ada juga yang menambahkan satu lagi yaitu ahlak kepada alam.

ahlak kepada manusia itu bukan cuma berhubungan baik kepada sesama manusia tapi juga mencakup tindakan tidak mengikut perbuatan buruk dan jahat yang mereka lakukan serta menasehati mereka jika menyaksikanya, atau seandainya tidak mampu setidaknya tidak ikut ikutan melakukanya.

Jadi ahlak kepada sesama manusia itu bukan asal bergaul saja, dan asal banyak teman saja, serta asal luas pergaulan saja, tapi harus menerapkan cara pergaulah menurut ajaran Islam. Tapi untuk mengetahui ajaran Islam yang sebenarnya yaitu mengetahui suatu yang benar dan yang salah itu harus memahami ilmu syariat dan ilmu tasawuf kedua duanya sekali Gus, jika hanya salah satunya saja maka tidak akan sampai pada pengertian ajaran yang di bawa rosul saw.

Ahlak yang baik / terpuji menurut ilmu syariat dan ilmu tasawuf itu terdapat kesamaan dalam perbuatanya tapi berbeda jauh dalam kajianya dan niat melakukanya, 

Bagi orang syariat segala sesuatu hanya berorientasi pada gerakan jasad mereka, sedangkan batin hanya mempunyai peranan sedikit sekali dalam perkara bersamal dan beribadah, mereka melakukan amal dan ibadah hanya sebatas supaya dapat pahala dan di masukan ke syurga di akhirat kelak, padahal pahala dan syurga itu hanya akan di berikan allah jika yang melakukanya ikhlas kepada allah yaitu tanpa mengharap imbalan apapun dari allah, termasuk pahala dan syurga, jika untuk mengharap imbalan kepada Allah saja itu termasuk tidak ikhlas dan berharap imbalan kepada mahluk itu berarti syirik, perkara ria' ini bahkan sudah di ajarkan di syariat.

itulah ada di katakan di dalam salah satu kitab tasawuf bahwa sebaik baiknya orang syariat itu sama dengan seburuk buruknya orang tasawuf.


3. Sunnah rosul: 

akhlak terpuji yang di terapkan atau setidaknya di mujahadai itu harus yang berdasarkan Sunnah rosul, jika tidak berdasarkan risalah yang di emban oleh rosul Saw maka itu artinya menyimpang, bid'ah atau bahkan sesat, dan untuk perkara ini maka salah satu ucapan abu Huroiroh dalam perkara ini sangat penting yaitu:

"Aku hafal dua karung ilmu dari rosul saw, yang satu aku sebarkan, yang satu lagi aku rahasiakan, karna jika ku sebarkan maka niscaya orang orang akan menganggap halal daraku (membunuhku)"

Dari ucapan abu huroiro itu jelas sekali bahwa ajaran Islam itu ada 2, yaitu syariat dan tasawuf, yang syariat adalah untuk Zahir, yang tasuwuf untuk batin.

Abi huruiro itu hidup di jaman rosul Saw Masi hidup (mereka hidup sejaman) beliau belajar Islam dari rosul Saw secara langsung, dan shalat di masjid pun yang menjadi imamnya adalah rosul Saw sendiri di kala itu.

Dari penjelasan di atas: Sehingga pantas Ibnu attoila memasukan ucapan Shaikh juanid al-bagdadi ini yaitu "Menerapkan dalam kehidupan semua akhlak yang terpuji menurut apa yang telah di sunnahkan oleh Rasululloh saw" sebagai salah satu poin dari depenisi tasawuf di dalam kitab al-hikamnya.