Amal dan kewalian

 


Sambungan dari posting para wali (bagian 01) yang terdahulu, sekarang kita kaji bagian ke 2 nya.


Kewalian seseorang itu erat kaitannya dengan himmah (semangat yang tinggi menuju kepada Allah) karna semangat itulah seseorang jadi mengesahkan Allah dan takdim kepada Allah, tapi juga Hima menjadi istidroj bagi orang yang fasik. Karna semangat yang tinggi ingin segera sampai pada Allah itu sangat menyiksa orang yang hatinya fasik yaitu mengetahui ilmunya (sebatas ilmu kata semata) tapi dia tidak melakukan dengan batin, sehingga cermin hatinya kotor dan cahaya ilahi tidak bisa masuk ke dalam hatinya.

di kutif dari alhikam hikmah 3 yaitu:

sawa bikul himam (keinginan yang kuat):

✒apabila keluar dari orang-orang sholih/walinya Alloh itu disebut: Karomah. 

✒Apabila keluar dari orang fasiq di sebut istidroj/ penghinaan dari Alloh.

Firman Allah subhanahu wata'ala: 

"Dan tidaklah kamu berkehendak, kecuali apa yang dikehendaki Alloh Tuhan yang mengatur alam semesta." [al-qur-an surat At-Takwir ayat 29]. 

"Dan tidaklah kamu menghendaki kecuali apa yang di kehendaki oleh Alloh, sungguh Alloh maha mengetahui, maha bijaksana." [QS. Al-Insaan 30].


Banyak orang yang menyangka bahwa untuk sampai pada Allah (wushul) itu harus harus rajin ibadah dan beramal, padahal untuk sampai pada Allah jangan membawa apapun kecuali sifat ubudiyyah, 

Jangan membawah amalmu, karna amal itu tidak sedikitpun bisa menyampaikan mu kepada Allah, justru Allah benci kepada orang yang sombong karna amal amalnya (ria' ujub sum'ah), seolah  menganggap bahwa dengan beramal dan beribadah itu Allah menjadi terpaksa memperkenalkan diri kepada seseorang, dan terpaksa mengangkat seseorang menjadi waliNya, padahal Allah tidak bisa di paksa oleh suatu apapun. 

di kutif dari  alhikam hikmah 8 yaitu:

Ma'rifat [mengenal] kepada Allah, itu adalah puncak keberuntungan seorang hamba, maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, maka tidak perlu pedulikan berapa banyak amal perbuatanmu, walaupun masih sedikit amal kebaikanmu. Sebab ma'rifat (di awali melihat allah melalui penyaksian mata batin) itu suatu karunia dan pemberian langsung dari Allah, maka sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.

Amal adalah kodrat Allah, dan dosa adalah irodat Allah, maka lepaskanlah keduanya jika kau ingin mengenal Allah, maksudnya adalah, jangan engkau mengandalkan amalmu untuk mengenal Allah, tapi juga jangan kau menjadi tidak ingin mengenal Allah karna merasa diri kotor, hina, rendah, kecil, keji,

Merasa diri kotor, hina, rendah, kecil, keji, itu adalah sifat ubudiyyah, justru dengan sifat itulah kau harus datang kepada Allah, karna Allah akan menyambutmu dengan penu bahagia, karna kau datang dengan sifat ubudiyyah atau sifat kehambaan yaitu menggambarkan diri pada Allah. Orang yang seperti inilah yang mudah wusulnya, orang seperti inilah yang gampang di terimah Allah menjadi walinya, Allah tidak membutuhkan amal mu, Allah tidak memandang dosamu, kewalian seseorang bukan di berikan allab karna amal seseorang, dan keterkutukan dan keterlaknatan seseorang tidak pula di berikan karna dosa seseorang, artinya:

Kau harus tetap beramal ibadah tapi jangan inginkan imbalan apapun pada Allah termasuk imbalan ingin di balas pahala syurga karomah dan menjadi waliullah, tapi lakukanlah semata mata sebagai pengabdianmu kepada Allah.

Jika kau bermaksiat maka jangan lari dari Allah, tapi datanglah temui dia, menangislah, akui kesalahan dan kelicikanmu itu, ikhlaskan lah hatimu menerimah hukuman apapun yang akan di berikan Allah, maka kau akan mengetahui betapa maha pengampun allah itu, betapa maha pengasih dan penyayang ya orang itu.

Seorang sufi perna datang berhalwat kepada Allah setelah dia berbuat dosa, dia berkata kepada Allah:

"Ya Allah aku telah menghianatimu, aku telah melanggar atauranmu, aku telah berbuat dosa, aku ini hina, rendah, (dan lain lain) masih pantaskah aku kembali kepadamu dan kembali mengharap kasih sayangmu??"

Lalu seakan dia merasa ada jawaban:

"Wahai hambamu bukan mulia atau hina yang penting bagiku, tiada bedah bagi ku yang ataupun yang mulia, yang mulai itu hanya karna aku memuliakannya, dan yang hina karna aku menggunakanya"

Yang membedakan seseorang di sisi Allah itu hanyalah kembali atau tidaknya dia kepada Allah, jika bisa Istiqomah maka istiqomah, tapi jika diri lebi sering hilaf maka kembalilah kepada Allah sebanyak apapun dosa yang kau buat. Akui saja kepadanya bahwa tiada Tuhan selain dia, dan jika tanpa rahmadNya engkau hanyalah seseorang yang menzolimi diri sendiri.