Tampilkan postingan dengan label 📒Terjemahan kitab Risalatul Qusairiyyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 📒Terjemahan kitab Risalatul Qusairiyyah. Tampilkan semua postingan

Daftar isi Terjemahan kitab ar-Risalatul qusairiyyah.

🖋️Daftar isi Terjemahan kitab ar-Risalatul qusairiyyah. 

0585: Wa Ba’du

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 85:  Wa Ba’du



Kesemuanya itu merupakan wasiat bagi para penempuh jalan ruhani. Kami memohon kepada Allah swt. Yang Maha Pemurah, agar mereka senantiasa diberi taufiq. Dan jangan sampai di jadikan bencana bagi kita. Kami telah menyelesikan penulisan Risalah ini, pada awal tahun (438 H.), yang bertepatan dengan tahun (1046 M.).


Kami memohon kepada Allah Yang Maha Mulia, agar karya ini tidak di jadikan ujian dan argumentasi yang mengancam kami. Sungguh, keutamaan dari Allah swt. yang di harap. Dan Dia memang di sifati dengan Sifat sebagai Pemaaf.


Segala Puji hanya bagi Allah swt. dengan pujian ayng sebenarnya. Shalawat, berkat dan rahmat-Nya, semoga senantiasa terlimpah pada junjungan Rasul-Nya, Muhammad, seorang Nabi yang Ummy, dan seluruh keluarganya yang suci, sahabat-sahabatnya yang mulia dan terpilih. Begitu pula Salam-Nya, sepanjang masa, hingga berlimpah-limpah.


Aamiin.







0584. Al-Husain bin Yazdaniyar

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 84. Al-Husain bin Yazdaniyar



Abu Bakr -al-Husain bin Ali bin Yazdaniyat, dari Armenia, sebuah wilayah yang terletak di Asia Kecil. Ia mempunyai tharikat yang spesifik dalam tasawuf. Di kenal sebagai ulama yang wara’.



Di antara ucapannya:


“Takutlah, jika anda tamak dalam bersuka cita bersama Allah swt. sementara Anda masih bersuka cita dengan manusia. Takutlah Anda tamak dalam mencintai Allah swt. sedangkan Anda masih mencintai harta. Takutlah Anda tamak dalam kedudukan di sisi Allah swt, sedang Anda masih mencintai kedudukan di hadapan manusia”

0583. Muhammad al-Warraq

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke  83. Muhammad al-Warraq



Muhammad Bakr - Muhammad bin Umar al-Warraq at-Tirmidzy, bermukim di Balkh, berguru kepada Ahmad bin Khadrawaih dan yang lainnya. Ia memiliki karya buku cukup banyak di bidang olah ruhani.


Di antara ucapannya:



“Siapa yang merelakan tubuhnya untuk kepentingan nafsunya, itu artinya menanam pohon penyesalan di hatinya”


“Bila tamak di tanya, siapa bapakmu? Tamak akan menjawab, Keragu-raguan terhadap takdir. Kalau di tanya, apa pekerjaanmu?” Tamak menjawab:

“Pekerjaan hina.’ Jika di tanya apa tujuanmu? Tamak menjawab “mengnghalangi manusia dekat dengan allah”


0582 Muhammad al-Wasithy

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul 82 Muhammad al-Wasithy



Abu Bakr - Muhammad bin Musa al-Wasithy (wafat 331 H./942 M.), dari Khurasan, dan asli Farghanah. Berguru kepada al-Junayd dan an-Nury. Ia tekenal sebagai ulama besar dan tinggal Marw.


Di antara ucapannya:


“Takut dan harap adalah dua kendali yang mencegah dari adab buruk”


“Bila Allah swt. menghendaki kehinaan seorang hamba, akan di temukan dengan lumpur dan sampah, yakni: 

bergaul dengan tukang omong kosong”

“Mereka menjadikan keburukan adabnya sebagai keikhlasan 

kejahatan jiwanya sebagai kelapangan, 

kehinaan cita-citanya sebagai kekuasaan.

Mereka buta akan jalan, mereka menempuh jalan sempit. 

Tiada kehidupan dalam kesaksian-kesaksian mereka. Dan tiada ibadat yang bersih dalam ceramah-ceramah mereka. 

Bila mereka bicara, mereka ungkapkan dengan marah. 

Bila berpidato, mereka tampil dengan sombong. 

Kita temukan sebagaimana Firman-Nya:

“Di laknati Allah-lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?”

(Qs. At-Taubah :30).



Abu bakr al-Wasithy pernah melewati gerbang kedai pada hari Jum’at untuk berangkat ke Masjid Jami’. Salah satu tali sandalnya putus. Lantas pemilik kedai itu menawarkan:

“Apakah engkau izinkan bila ku perbaiki tali sandalmu?”


Al-Wasithy menjawab:

“Silahkan!”


Tali sandal itu pun baik kembali, lalu al-Waisthy berkata kepada pemilik kedai itu:

“Mengapa tali sandalku putus, apa Anda tahu?”

Yang di tanya menjawab:

“Tidak”

Dan al-Wasithy menjawab sendiri:

“Itu karena aku tidak mandi di hari Jum’at ini. “Orang itu menawarkan, “Tuan di sana ada kamar mandi, tuan bisa masuk.” Bolehlah” kata al-Wasithy. Al-Wasithy lalu masuk ke kamar mandi, dan mandi.

0581. Ahmad an-Nury

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 81. Ahmad an-Nury



Abul Husain – Ahmad bin Muhammad an-Nury (wafat 295 H./908 M.), lahir dan besar di Baghdad. Asli suku Baghawy. Berguru kepada Sary as-Saqathy dan Ibnu Hawary. Seangkatan dengan al-Junayd – rahimahullah – dan dikenal sangat berbudi luhur, dan baik dalam hal amaliah serta ucapan.


Ucapan-ucapannya:



“Tasawuf adalah meninggalkan bagian nafsu untuk setiap detiknya”


“Sesuatu paling mulia pada saat ini ada dua: 

Seorang alim yang mengamalkan ilmunya. 

Dan seorang ‘arif yang berkata tentang hakikat”


“Siapa saja yang Anda lihat mengaku mempunyai tahap ruhani tertentu di hadapan Allah swt. namun keluar dari hukum syariat, maka jangan Anda dekati orang itu”


Al-Junayd berkata: “Sejak an-Nury wafat, tidak satu pun orang membicarakan hakikat kejujuran”


Ahmad al-Maghazily berkomentar: “Tidak perna ku lihat orang yang lebih baik dalam ibadat melebihi an-Nury”


An.Nury berkata: “Semula pakaian-pakaian tambal merupakan penutup bagi mutiara. Sekarang terbuang di tempat-tempat sampah”


Di kisahkan bahwa an-Nury, setiap hari keluar dari rumahnya selalu membawa roti. Lantas roti itu di sedekahkan di jalan. Dan masuk ke masjid untuk shalat menjelang dzuhur. Kemudian keluar dan membuka pintu kedainya. Sementara ia sendiri puasa. Keluarganya sendiri menduga kalau an-Nury sudah makan di pasar. Sementara orang-orang di pasar menduga bila an-Nury sudah makan di rumah. Hal ini berlangsung selama dua puluh tahun, di saat awal perjalanan spiritualnya.

0580. Ishaq an-Nahrajury

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 80. Ishaq an-Nahrajury



Abu Ya’kub - Ishaq bin Muhammad an-Nahrajury (330 H./941 M.), berguru kepada Abu Amr al-Makky, Abu Ya’qub, al-Junayd dan yang lain. Wafat di Mekkah al-Mukarramah.



Di antara ucapannya:


“Dunia adalah lautan. Akhirat adalah pantai benua. Kapalnya adalah takwa,dan manusia adalah para penumpang.


“Aku pernah melihat seseorang sedang thawaf, sementara matanya tinggal satu, sembari mengucapkan munajatnya. “Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu.


Aku bertanya:

“Doa macam apa itu?”


Orang itu menjawab:

“Suatu hari aku melihat seseorang dan aku menganggap bagus orang tersebut. Tiba-tiba sebuah tempelengan mengenai mataku. Hingga mataku meleleh. Aku mendengar suara halus berkata: ”Satu tempelengan, karena satu pandangan. Kalau engkau menambah pandangan lagi, akan kami tambah tempelengan”



“Kondisi ruhani paling utama adalah sepanjang di iringi oleh ilmu”

0579. Ibrahim an-Nash Abadzy

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 79. Ibrahim an-Nash Abadzy



Abul qasim – Ibrahim bin Muhammad an-Nashr Abadzy (wafat 369 H./979 M.), beliau adalah seorang syeikh di Khurasan pada zamannya. Berguru kepada asy-Syibli dan Abu Ali ar-Rudzbary serta al-Murta’isy. Tinggal di Mekkah al-Mukarramah – semoga Allah swt. menjaganya di kenal sebagai seorang alim di bidang Hadits dan meriwayatkan banyak Hadits.


Di antara ucapannya:


“Bila tampak pedamu suatu dari lembah Al-Haq, janganlah kamu menoleh kepada surga atau neraka!. Bila engkau kembali dari kondisi ruhani seperti itu, agungkanlah semua yang di agungkan Allah swt.


Ketika di tanya, bahwa orang-orang yang berbaur dengan kaum wanita, dan mereka beralasan:

“Kami-kami ini terjaga dari dosa untuk melihat mereka:

“Maka nashr Abadzy menjawab:

“Sepanjang manusai masih mengangkat tangannya, perintah dan larangan masih berlaku. Halal dan haram senantiasa akan menjadi batas untuk mereka jalani. Siapapun tidak akan menjurus pada hal-hal yang syubhat, kecuali orang yang melintasi jalan keharaman (berjalan di jalan yang di haramkan allah)”


Katanya pula:

“Prinsip tasawuf adalah meneguhkan diri pada Kitab dan Sunnah, meninggalkan hawa nafsu dan bid’ah. Menghormati para syeikh, dan peduli pada kesengsaraan makhluk, melanggengkan wirid/dzikir dan meninggalkan kemurahan-kemurahan ibadat, serta penakwilan-penakwilan.

0578. jakfar bin nashr

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 78. jakfar bin nashr



Abu Muhammad – Ja’far bin Nashr (235 -348 H./867 -959M.), lahir dan tumbuh di Baghdad. Berguru kepada al-Junayd dan menisbatkan ketasawufannya kepada al-Junayd. Berguru pula kepada an-Nury, Ruwaym, Samnun dan generasi tokoh Sufi lainnya. Wafat di Baghdad.



Ia berkata:

“Seorang hamba tidak akan menemukan kelezatan beramal kepada Allah swt. dengan di sertai kelezatan nafsu. Sebab ahli hakikat telah memotong hubungan ketergantungan nafsu yang biasanya justru memutuskan hubungan kepada Allah swt. sebelum mereka di potong oleh hubungan nafsu itu sendiri”



Katanya pula:

“Antara hamba dan wujud hendaknya menempatkan takwa di hatinya. Bila demikian, akan turun berkat-berkat ilmu kepada dirinya, dan kesenangan pada dunia jadi sirna”

0577. Khayr an-Nassaj

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 77. Khayr an-Nassaj



Nama lengkapnya Muhammad bin Ismail bin Samura. Di juluki Khayrun Nassaj, karena suatu saat ia pergi naik haji. Lalu seseorang mencekalnya di gerbang Kufah.


“Kamu adalah budakku, dan namamu Khayr”

Kata orang berkulit hitam itu, dan ia tidak dapat menolaknya. Orang itu mempekerjakannya sebagai penenun sutera. Selanjutnya orang itu meninggalkan Khayr begitu saja, sambil berkata:

“Aku keliru, engkau ternyata bukan budakku, dan dirimu bukan Khayr”

Lantas Khayrun Nasssaj menjawab:

“Aku tidak akan pernah mengubah nama pemberian sesama Muslim”

Dan nama itu menjadi monumental baginya.



Berguru kepada Abu Hamzah al-Baghdady dan bertemu as-Sary. Ia termasuk teman seangkatan an-Nury. Di katakan. Ia hidup dalam usia 120 tahun. Bertobat di majelis as-Syibly dan al-Khawwas. Akhirnya menjadi guru bagi jamaah Sufi.


Khayrun Nassaj berkata:

“Takut adalah cemeti Allah swt. yang di berikan kepada seseorang yang berkali-kali beradab buruk”



Abul Husain al-Maliky berkata:

“Aku bertanya kepada seseorang tentang suasana menjelang akhir hayat Khayrun Nassaj. Orang itu mengisahkan:


“Menjelang wafatnya, saat shalat maghrib tiba, ia pingsan. Kemudian kedua matanya terbuka dan menunjukkan suatu arah rumah, dan berkata:

“Berhenti, engkau adalah hamba yang di perintah dan aku juga hamba yang di perintah. Hal-hal yang di perintahkan kepadaku tidak membuatmu kehilangan, dan bagiku yang di perintahkan kepadaku telah meninggalkanku. Lantas ia meminta air wudhu untuk shalat. Kemudian melakukan shalat, lantas kejang dan memejamkan kedua matanya, serta membaca syahadat, langsung wafat”


Ia di mimpikan oleh seseorang dan di tanya:

“Apa yang di lakukan Allah swt, kepada Anda?”


Ia menjawab:

“Jangan tanya kepadaku tentang itu. Tapi aku istirahat dari duniamu yang kotor”

0576. Askar an-Nakhsyaby

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 76. Askar an-Nakhsyaby



Abu Turab – Askar bin Huasin an-Nakhsyaby (wafat 245 H./859 M,), Berguru kepada Hatim al-Asham, dan Abu Hatim al-Tathar al-Mishry. Ada riwayat, Askar wafat di tengah padang sahara.


Ahmad ibnul Jalla’ berkata:

“Aku berguru kepada enam ratus syeikh, namun aku tidak pernah menjumpai empat tokoh di antara mereka. Di antara empat orang itu, paling utama adalah Abu Turab an-nakhsyaby.


Abu Turab berkata:

“Seorang fakir makanannya adalah apa yang di dapat, pakaiannya apa yang dapat menutupi, dan tempat tinggalnya di mana pun mau tinggal”


“Bila seorang hamba benar dalam amalan, akan mendapatkan kemanisannya sebelum melakukan. Bila ia ikhlas dalam beramal, kemanisan dan kelezatannya di dapatkan ketika melakukan saat itu”



Bila an-Nakhsyaby melihat sesuatu yang tidak di sukai di antara murid-muridnya, ia malah bertambah tekun, dan memperbarui tobatnya. Sebab Allah swt. berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sebelum mereka berusaha mengubahnya”

(Qs. Ar-Ra’ad : 11).



Abu Turab berkata:

“Antara diriku dengan Allah swt. ada janji, yaitu aku tidak akan menjulurkan tangan ke barang haram, kalaupun terjadi tanganku harus di potong”


“Aku tidak pernah menuruti nafsuku, kecuali hanya sekali. Ketika itu aku menginginkan sekali roti dan telur, pada saat kepergianku. Lalu aku membelokkan jalan ke suatu kampung. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang meloncat dan bergalayut padaku, sembari berkata:

“Orang ini yang bersama pencuri!”


Lalu orang-oang melempariku dengan tanah dan memukulku dengan tujuh puluh pukulan kayu. Lantas ada di antara mereka seorang sufi,berteriak:

“Hai, celaka kalian! Orang ini adalah Abu Turab an-Nakhsyaby. Biar ini urusanku, serahkan kepadaku. Orang itu memasukan aku ke rumahnya, dan aku di suguhi roti dan telur.


Aku berkata:

“Telur dan roti ini muncul setelah tujuh puluh jilidan (pukulan)”



Riwayat dari Ibnu Jalla’:

“Aku datang ke tempat Abu Turab an Naksyaby di Mekkah dengan jiwa yang lapang.

Aku bertanya:

“Ke mana Anda makan wahai Ustadz?”

Beliau menjawab:

“Makan di Basharah, makan di Nabaj dan makan di sana" di sana"

0575. Ismail bin Nujayd

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul 75. Ismail bin Nujayd



Abu Mar – Ismail bin Nujayd (wafat 366 H./977 M.), berguru kepada Utsman, dan bertemu dengan al-Junayd. Berbudi luhur, dan termasuk murid terakhir Abu Utsman yang wafat di Mekkah al-Mukarramah.


Ucapannya:


“Setiap kondisi ruhani yang tidak muncul dari aksioma ilmu, maka bahayanya akan menimpa pelakunya di banding manfaatnya”


“Barang siapa menelantarkan waktu-waktunya, dari waktu kefardhuan yang di wajibkan Allah swt, ia akan terhalang menikmati lezatnya fardhu itu, walaupun dalam selang waktu sesudahnya”


Ketika di tanya tentang tasawuf, ia menjawab:

“Sabar di bawah perintah dan larangan”


Penyakit hamba adalah keridhaan dirinya terhadap nafsunya sendiri”

0574. Abdullah bin Munazil

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 74. Abdullah bin Munazil



Abu Muhammad – Abdullah bin Munazil (wafat 329 H./941 M.), Tokoh gerakan thariqat Mulamaty dan tokoh besar di amsanya. Berguru kepada Hamdun al-Qashshar. Di kenal alim dan penulis Hadis yang banyak. Akhirnya wafat di Naisabur.


Ucapan-ucapannya, antara lain:


“Tidak seorang pun yang menelantarkan kefardhuan, melainkan Allah swt, mengujinya, dengan melalui penelantaran ibadat-ibadat sunnah. Dan tidak seorang pun menelantarkan ibadat sunnah kecuali orang itu nyaris tercebur dalam bid’ah”


“Waktu-waktu paling utama bagi Anda, adalah waktu di mana Anda selamat dari gangguan nafsu, dan manusia lain selamat dari buruk sangka Anda”

0573. Amr al-Makky

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul 73. Amr al-Makky



Abu Abdullah – Amr bin Utsman al-Makky (wafat 291 H./904 M,), bertemu dengan Abu Abdullah an-Nabajy, berguru kepada Abu Sa’id al-Kharraz dan yang lain. Termasuk imam dalam bidang Tasawuf dan ushul, serta imam tharikat. Wafat di Baghdad.


Di antara ucapannya : “Setiap yang terkhayal di hatimu, atau terlintas di pikiranmu, atau gerak bisikan yang ada di hatimu berupa sesuatu kebagusan, kharisma, kesukacitaan jiwa, keindahan, kecemerlangan, khayalan, cahaya, sosok atau pun imajinasi, maka Allah swt. jauh dari itu semua.


Ingatlah Firman Allah swt:

“Tiada sesuatu apapun yang menyamai-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

(Qs. Asy-Syuura : 11).



Dan Firman-Nya:

“Tidak beranak dan tidak di peranakan, Dan bagi-Nya tiak satu pun yang menyetarai-Nya”

(Qs. Al-Ikhlash: 3-4).



“Ilmu sebagai pembimbing, Takut sebagai penghalau. Nafsu adalah kedekilan antara keduanya, liar penuh tipu daya dan muslihat. Maka hindarilah nafsu dan jagalah dengan kendali ilmu. Siramilah dengan ketakutan rasa takut yang merobohkan. Maka cita-citamu akan sukses”

0572. Muhammad al-Maghriby

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 72. Muhammad al-Maghriby



Abu Abdullah – Muhammad bin Ismail al-Maghriby (wafat 299 H./911 M.), Guru dari Ibrahim bin Syaiban dan murid dari Ali bin Ruzain, Hidup dalam suia kurang lebih 120 tahun. Budinya sangat mengagumkan. Tidak pernah makan beberapa tahun dari uluran tangan manusia. Ia makan dari bermacam-macam rumput, yang di kunyah berkali-kali.


Kata-katanya , antara lain:


“Amal paling utama adalah meramaikan kediaman diri dengan keserasian kepada-Nya”


“Orang paling hina adalah seorang fakir yang menjilat atau tunduk kepada orang kaya. Dan budi paling agung adalah orang kaya yang merasa hina di hadapan para fakir, menghormati dan memuliakan para fakir”

0571. Sa’id al-Maghriby

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 71. Sa’id al-Maghriby



Abu Utsman – Sa’id bin Salam al-Maghriby (Wafat 373 H./893 M,), tokoh di zamannya yang cukup monumental. Ia berguru kepada Ibnul Katib, Hubaib al-Maghriby, Abu Umar az-Zujjajy dan bertemu dengan an-Nahrajury dan Ibnush Shaigh, serta yang glainnya.


Meninggal di Naisabur, dan berwasiat agar di shalati oleh Abu bakr bin Faruk.



Di antara ucapannya:

“Takwa adalah berdisiplin pada hukum-hukum syariat, tidak meremehkan dan tidak pula menyimpangkanya”


“Barang siapa mempriorotaskan bergaul dengan oang-orang kaya, mengalahkan majlis-majlis kaum fakir, Allah akan mengujinya dengan bencana kematian hati”

0570. Dzun Nuun al-Mishry

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 70. Dzun Nuun al-Mishry



Abul Faydh – Dzun Nuun Tsauban bil Ibrahim al-Mishry (wafat 240 H./859 M.). Ayahnya berasal dari bangsa Nauby, (Timur laut Afrika), merupakan tokoh langka dalam tingkah laku, ilmu, kewara’an dan adab di masanya.



Ketika di Mesir, ia pernah di panggil Khalifah al-Mutawakkil, karena keluhan beberapa orang. Saat Dzun Nuun masuk dan memberi wejangan kepadanya, al-Mutawakkil langsung menangis,dan ia di kembalikan ke Mesir secara terhormat. Al-Mutawakkil sendiri sering menangis jika di sebut-sebut di hadapanya, nama-nama ahli wara’. Bila ahli wara’ di sebut-sebut, aku selalu membayangkan Dzun Nuun”


Dzun Nuun adalah sosok laki-laki berbadan kurus, berkulit kemerah-merahan, namun jenggotnya tidak putih.



Di antara ucapannya:


“Pangkal pembicaraan pada empat hal “ Mencintai Allah Yang Maha Agung, membenci kekikiran, mengikuti wahyu, dan takut bergeser (berpaling dari allah)”


“Di antara tanda-tanda orang mencintai Allah swt. orang tersebut akan mengikuti jejak kekasih Allah, Muhammad saw. dalam akhlak, perbuatan dan perintah serta Sunnahnya”


Ketika di tanya tentang golongan hina, ia menjawab:

“Orang yang tidak mengenal jalan menuju kepada Allah swt, dan tidak pula berusaha untuk mencari tahu”


Al-Maghriby datang dan bertanya kepda Dzun Nuun:

“Wahai Abul Faydh, apa yang menyebabkan engkau tobat?”


Al- Maghriby masih mencecer pertanyaan:

“Apakah karena sesuatu yang mengagumkan yang tak dapat engkau bayangkan. Demi Tuhan Yang engkau sembah, sudilah kiranya engkau memberitahukannya kepadaku!”


Lalu Dzun Nunn menjawab:

“Aku ingin pergi dari Mesir menuju suatu perkampungan. Di tengah jalan aku tertidur di padang pasir. Ku buka kedua mataku, ternyata ada burung besar yang jatuh dari sarangnya ke bumi. Lalu bumi retak, dan keluar dua buah mangkok, satu berupa emas, dan yang lain berupa perak. Salah satu mangkok itu berisi biji-bijian dan yang lain berisi air. Aku pun makan dan minum dari kedua mangkok itu.

Ku katakan:

“Rasanya cukup bagiku, aku benar-benar tobat, dan aku menuju Gerbang Allah swt. hingga Dia menerimaku kembali”



Juga ucapannya:

“Janganlah hikmah memenuhi lambung yang di penuhi makanan”


Ketika di tanya tentang tobat, ia menjawab:

“Tobat orang awam di dasarkan pada dosa. Tobat kalangan khawash di dasarkna pada kealpaan”

0569. Ahmad bin Msruq

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 69. Ahmad bin Msruq



Abu Abbas – Ahmad bin Muhammad bin Masruq (Wafat 298 H/910 M.), adalah penduduk Thous, kemudian tinggal di Baghdad. Ia berguru kepada al-harits al-Muhasiby dan Sary as-Saqathy. Wafat pula di Baghdad.



Di antara ucapan-ucapannya:


“Barang siapa muraqabah kepada Allah swt. dalam gerak-gerik hatinya, maka Allah swt. akan menjaganya dalam gerak-gerik tubuhnya”


Mengagungkan kehormatan kaum Mukminin, termasuk mengagungkan kehormatan Allah swt. dan dengan pengagungan itu, seorang hamba sampai pada tahap ketakwaan.


“Pohon ma’rifat di siram dengan air pemikiran. Dan pohon kealpaan di siram dengan air kebodohan. Pohon tobat di siram dengan air penyesalan. Sedangkan pohon cinta di siram dengan air komitmen dan keselarasan.


“Bila anda berambisi kepada ma’rifat, namun sebelumnya tidak melampaui aturan tangga kehendak, maka Anda berada dalam kebodohan. Dan bila Anda meraih kehendak, namun tidak di dahului pelurusan tahap tobat, Anda dalam keadaan alpa atas apa yang Anda cari”

0568. Ali al-Muzayyin

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul 68. Ali al-Muzayyin



Abul Hasan – Ali bin Muhammad al-Muzayyin (wafat 328 H./940 M.), berasal dari Baghdad. Ia murid dari Sahl bin Abdullah al-Junayd dan tokoh lainnya. Wafat di Mekkah al Mukarromah ketika berada di sana. Di kenal sebagai seorang wira’i besar.


Ia berkata:

“Dosa yang berulang merupakan siksaan atas dosa sebelumnya. Dan kebaikan yang berulang merupakan pahala dari kebajikan sebelumnya”


Ketika di tanya soal tauhid, jawabnya:

“Hendaknya engkau mengetahui Sifat-sifat Allah swt. Yang nyata pada sifat-sifat makhluk-Nya. Allah menjelaskan kepada mereka melalui Sifat-sifat-Nya Yang Qadim, sebagaimana para makhluk menampilkan diri mereka melalui sifat-sifat yang hadits”



Di antara ucapannya:

“Barang siapa tidak merasa kaya di hadapan Allah Swt. Dia amenjadikan orang tersebut butuh kepada sesama makhluk. Dan barang siapa merasa cukup di hadapan Allah swt, Dia menjadikan makhluk lain butuh kepadanya”

0567. Abdullah al-Murta’isy

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 67. Abdullah al-Murta’isy



Abu Muhammad – Abdullah bin Muhammad al-Murta’isy (wafat 329H./940M.), berasal dari Naisabur, tepatnya desa Hirah. Ada yang mengatakan, berasal dari Malqabadz. Abu Muhammad berguru kepada Abu Hafs, Abu Utsman, dan bertemu dengan al-Junayd. Ia di kenal memiliki budi pekerti yang agung. Tempat tinggalnya di masjid Syuniziyah, namun wafat di Baghdad.



Di antara ucapannya:

“Kehendak adalah menahan nafsu dari kehendak, dan menghadap kepada Allah swt. dan ridha terhadap datangnya kepastian”


Di katakan kepadanya:

“Ada seseorang sedang berjalan di atas air”

Ia menjawab:

“Barang siapa di tempatkan oleh Allah swt. pada suasana yang kontra dengan hawa nafsu, maka yang demikian lebih baik dari pada berjalan di udara”