Senin, 08 November 2021

0570. Dzun Nuun al-Mishry

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 70. Dzun Nuun al-Mishry



Abul Faydh – Dzun Nuun Tsauban bil Ibrahim al-Mishry (wafat 240 H./859 M.). Ayahnya berasal dari bangsa Nauby, (Timur laut Afrika), merupakan tokoh langka dalam tingkah laku, ilmu, kewara’an dan adab di masanya.



Ketika di Mesir, ia pernah di panggil Khalifah al-Mutawakkil, karena keluhan beberapa orang. Saat Dzun Nuun masuk dan memberi wejangan kepadanya, al-Mutawakkil langsung menangis,dan ia di kembalikan ke Mesir secara terhormat. Al-Mutawakkil sendiri sering menangis jika di sebut-sebut di hadapanya, nama-nama ahli wara’. Bila ahli wara’ di sebut-sebut, aku selalu membayangkan Dzun Nuun”


Dzun Nuun adalah sosok laki-laki berbadan kurus, berkulit kemerah-merahan, namun jenggotnya tidak putih.



Di antara ucapannya:


“Pangkal pembicaraan pada empat hal “ Mencintai Allah Yang Maha Agung, membenci kekikiran, mengikuti wahyu, dan takut bergeser (berpaling dari allah)”


“Di antara tanda-tanda orang mencintai Allah swt. orang tersebut akan mengikuti jejak kekasih Allah, Muhammad saw. dalam akhlak, perbuatan dan perintah serta Sunnahnya”


Ketika di tanya tentang golongan hina, ia menjawab:

“Orang yang tidak mengenal jalan menuju kepada Allah swt, dan tidak pula berusaha untuk mencari tahu”


Al-Maghriby datang dan bertanya kepda Dzun Nuun:

“Wahai Abul Faydh, apa yang menyebabkan engkau tobat?”


Al- Maghriby masih mencecer pertanyaan:

“Apakah karena sesuatu yang mengagumkan yang tak dapat engkau bayangkan. Demi Tuhan Yang engkau sembah, sudilah kiranya engkau memberitahukannya kepadaku!”


Lalu Dzun Nunn menjawab:

“Aku ingin pergi dari Mesir menuju suatu perkampungan. Di tengah jalan aku tertidur di padang pasir. Ku buka kedua mataku, ternyata ada burung besar yang jatuh dari sarangnya ke bumi. Lalu bumi retak, dan keluar dua buah mangkok, satu berupa emas, dan yang lain berupa perak. Salah satu mangkok itu berisi biji-bijian dan yang lain berisi air. Aku pun makan dan minum dari kedua mangkok itu.

Ku katakan:

“Rasanya cukup bagiku, aku benar-benar tobat, dan aku menuju Gerbang Allah swt. hingga Dia menerimaku kembali”



Juga ucapannya:

“Janganlah hikmah memenuhi lambung yang di penuhi makanan”


Ketika di tanya tentang tobat, ia menjawab:

“Tobat orang awam di dasarkan pada dosa. Tobat kalangan khawash di dasarkna pada kealpaan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar