Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)
bab 5: para tokoh sufi
judul 82 Muhammad al-Wasithy
Abu Bakr - Muhammad bin Musa al-Wasithy (wafat 331 H./942 M.), dari Khurasan, dan asli Farghanah. Berguru kepada al-Junayd dan an-Nury. Ia tekenal sebagai ulama besar dan tinggal Marw.
Di antara ucapannya:
“Takut dan harap adalah dua kendali yang mencegah dari adab buruk”
“Bila Allah swt. menghendaki kehinaan seorang hamba, akan di temukan dengan lumpur dan sampah, yakni:
bergaul dengan tukang omong kosong”
“Mereka menjadikan keburukan adabnya sebagai keikhlasan
kejahatan jiwanya sebagai kelapangan,
kehinaan cita-citanya sebagai kekuasaan.
Mereka buta akan jalan, mereka menempuh jalan sempit.
Tiada kehidupan dalam kesaksian-kesaksian mereka. Dan tiada ibadat yang bersih dalam ceramah-ceramah mereka.
Bila mereka bicara, mereka ungkapkan dengan marah.
Bila berpidato, mereka tampil dengan sombong.
Kita temukan sebagaimana Firman-Nya:
“Di laknati Allah-lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?”
(Qs. At-Taubah :30).
Abu bakr al-Wasithy pernah melewati gerbang kedai pada hari Jum’at untuk berangkat ke Masjid Jami’. Salah satu tali sandalnya putus. Lantas pemilik kedai itu menawarkan:
“Apakah engkau izinkan bila ku perbaiki tali sandalmu?”
Al-Wasithy menjawab:
“Silahkan!”
Tali sandal itu pun baik kembali, lalu al-Waisthy berkata kepada pemilik kedai itu:
“Mengapa tali sandalku putus, apa Anda tahu?”
Yang di tanya menjawab:
“Tidak”
Dan al-Wasithy menjawab sendiri:
“Itu karena aku tidak mandi di hari Jum’at ini. “Orang itu menawarkan, “Tuan di sana ada kamar mandi, tuan bisa masuk.” Bolehlah” kata al-Wasithy. Al-Wasithy lalu masuk ke kamar mandi, dan mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar