Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)
bab 5: para tokoh sufi
judul ke 76. Askar an-Nakhsyaby
Abu Turab – Askar bin Huasin an-Nakhsyaby (wafat 245 H./859 M,), Berguru kepada Hatim al-Asham, dan Abu Hatim al-Tathar al-Mishry. Ada riwayat, Askar wafat di tengah padang sahara.
Ahmad ibnul Jalla’ berkata:
“Aku berguru kepada enam ratus syeikh, namun aku tidak pernah menjumpai empat tokoh di antara mereka. Di antara empat orang itu, paling utama adalah Abu Turab an-nakhsyaby.
Abu Turab berkata:
“Seorang fakir makanannya adalah apa yang di dapat, pakaiannya apa yang dapat menutupi, dan tempat tinggalnya di mana pun mau tinggal”
“Bila seorang hamba benar dalam amalan, akan mendapatkan kemanisannya sebelum melakukan. Bila ia ikhlas dalam beramal, kemanisan dan kelezatannya di dapatkan ketika melakukan saat itu”
Bila an-Nakhsyaby melihat sesuatu yang tidak di sukai di antara murid-muridnya, ia malah bertambah tekun, dan memperbarui tobatnya. Sebab Allah swt. berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sebelum mereka berusaha mengubahnya”
(Qs. Ar-Ra’ad : 11).
Abu Turab berkata:
“Antara diriku dengan Allah swt. ada janji, yaitu aku tidak akan menjulurkan tangan ke barang haram, kalaupun terjadi tanganku harus di potong”
“Aku tidak pernah menuruti nafsuku, kecuali hanya sekali. Ketika itu aku menginginkan sekali roti dan telur, pada saat kepergianku. Lalu aku membelokkan jalan ke suatu kampung. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang meloncat dan bergalayut padaku, sembari berkata:
“Orang ini yang bersama pencuri!”
Lalu orang-oang melempariku dengan tanah dan memukulku dengan tujuh puluh pukulan kayu. Lantas ada di antara mereka seorang sufi,berteriak:
“Hai, celaka kalian! Orang ini adalah Abu Turab an-Nakhsyaby. Biar ini urusanku, serahkan kepadaku. Orang itu memasukan aku ke rumahnya, dan aku di suguhi roti dan telur.
Aku berkata:
“Telur dan roti ini muncul setelah tujuh puluh jilidan (pukulan)”
Riwayat dari Ibnu Jalla’:
“Aku datang ke tempat Abu Turab an Naksyaby di Mekkah dengan jiwa yang lapang.
Aku bertanya:
“Ke mana Anda makan wahai Ustadz?”
Beliau menjawab:
“Makan di Basharah, makan di Nabaj dan makan di sana" di sana"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar