📓Terjemahan kitab alhikam
📄hikmah 8 "Ketika allah membuka pintu perkenalan.
إِذَا فَتَحَ لَـكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلاَ تُبــَالِ مَعَهَا أِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَإِنَّـهُ مَا فَـتَـحَهَا لَكَ إِلاَّ وَهُوَ يُرِ يْدُ أَنْ يَـتَـعَرَّفَ إِلَيكَ. أَلَمْ تَـعْلَمْ أَنَّ الـتَّــعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ، وَاْلأَعْمَالُ أَنْتَ مُــهْدِ يْــهَا إِلَـيْهِ، وَأَيــْنَ مَا تُــهْدِ يْهِ إِلَـيْهِ مِمَّا هُـوَ مُوْرِدُهُ عَلَـيْكَ
Apa bila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma’rifat atau (mengenal pada-Nya), maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu.
Tidakkah engkau tahu bahwa ma’rifat itu semata-mata pemberian karunia Alloh kepadamu, sedang amal perbuatanmu hanyalah hadiahmu kepada-Nya dan amal perbuatanmu itupun sebenarnya adalah pemberian karunia Alloh kepadamu (kodrat)
Syarah
📝pada hikmah lain shaikh ibnu attoilah berkata:
bersandarlah pada allah jangan pada amal,
bersandarlah pada allah jangan pada kemampuan diri (ke akuan)
ini mengisyaratkan bahwa
amalmu itu tidak ada artinya karna amal adalah hadiaNya padamu, amal adalah pemberiaNya padamu (kodrat)
bahkan dirimupun tidak ada artinya,
karna kau itu tidak ada (adam)
sehingga amalmu dan dirimu itu tidak layak untuk di sombongkan, dan di jadikan alat pembayaran bagimu pada allah untuk membeli suasana fana (mati sebelum mati)
untuk membeli tiket perjalanan ke hadirat allah, maka ketahuilah
dirimu dan amalmu itu tidak ada artinya (tidak berharga sama sekali) bagi allah,
tapi kau tetap harus melakukanya amal ibadah sebagai pengabdianmu (tanpa mengharap imbalan) pada allah.
dan untuk sampai pada allah (fana) maka berserahlah pada allah jangan dirimu, memampuanmu, dan amalmu, karna allah itu maha pemura, penuntun, pembimbing, (segala maha) sedangkan kau itu
lemah hina bodoh rendah kecil (sifat ubuddiyyah) dan kau harus mengakui itu semua di hadapan allah, baru setelah itu allah akan membimbingmu.
Nabi Muhammad SAW memberi nasihat kepada putrinya Fatimah r.a. untuk senantiasa berdoa pada setiap pagi dan petang:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ! أَصْلِحْ لِي شَأْنِيَ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ
Wahai (Dzat) yang Maha Hidup dan Maha Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya; dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata. - H.R. Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim.
Dalam hadits yang lain dikatakan:
rosul berdoa:
اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ
Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang kuharapkan! Maka janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku meski sekejap mata, dan perbaikilah urusanku seluruhnya. (Sungguh) tidak ada tuhan selain Engkau. - H.R. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban.
Bahwa kebanyakan manusia mengandalkan urusannya kepada dirinya, kepintarannya, amal perbuatannya. Dan sangatlah sedikit manusia yang menginginkan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Sementara dalam Al-Quran dikatakan bahwa sebaik-baik agama seseorang adalah yang: aslama wajhahu (menyerahkan wajahnya), seluruh eksistensinya, seluruh jiwa-raganya, hidup dan matinya, hanya kepada Allah.
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang menyerahkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun seorang yang ihsan dan mengikuti millah Ibrahim yang lurus? - Q.S. An-Nisa [4]: 125
Ma'rifat [mengenal] kepada Allah, itu adalah puncak keberuntungan seorang hamba, maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, maka tidak perlu pedulikan berapa banyak amal perbuatanmu, walaupun masih sedikit amal kebaikanmu. Sebab ma'rifat (di awali melihat allah melalui penyaksian mata batin) itu suatu karunia dan pemberian langsung dari Allah, maka sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.
Abu Huroiroh ra. berkata:
Rasululloh saw. bersabda:
Alloh azza wajalla berfirman:
"Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian ia tidak mengeluh kepada orang lain, maka Aku lepaskan ia dari ikatan-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik dari semula, dan ia boleh memperbarui amal, sebab yang lalu telah diampuni semua."
Diriwayatkan:
Bahwa Alloh telah menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi diantara beberapa Nabi-Nya ." Aku telah menurunkan ujian kepada salah seorang hamba-Ku, maka ia berdoa dan tetap Aku tunda permintaannya, akhirnya ia mengeluh, maka Aku berkata kepadanya: Hamba-Ku bagaimana Aku akan melepaskan dari padamu rahmat yang justru ujian itu mengandung rahmat-Ku."
Karena dengan segala kelakuan kebaikanmu engkau tidak dapat sampai ke tingkat yang akan Aku berikan kepadamu, maka dengan ujian itulah engkau dapat mencapai tingkat dan kedudukan di sisi Alloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar