di kutif dari alhikam hikmah 40 yaitu:
Orang arif berkata: Jadilah hamba Alloh yang selalu ingin mencapai Istiqamah, dan jangan menjadi hamba yang menuntut karomah. Istiqomah adalah menunaikan kewajiban, sedang karomah adalah menuntut kedudukan. Karomah dan kedudukan yang di berikan Allah kepada seorang wali itu, sebagai hasil dari Istiqamah.”
Ajaran ini adalah akhlak kita kepada allah yang seharusnya di lakukan salik jika dia ingin benar benar sampai (wushul) pada Allah hingga menduduki posisi kewalian.
Budaya orang awam adalah ingin yang mudah saja tidak mau yang sulit, ingin yang enaknya saja tidak mau yang susah, ingin hasilnya saja tapi malas berusaha, begitu juga dalam perkara ini banyak orang yang ingin karomahnya tapi tidak mau Istikomahnya, padahal karomah adalah buah dari karomah, maka bagaimana mungkin kita memetik buahnya jika kita tidak menanam pohonya, dan orang awam yang pendek akal akan menjawab: caranya adalah dengan mencuri punya tetangga, sehingga wajar jika dari dulu sampai sekarang tidak pernah wushul pada Allah, terlebih lagi jika memang tidak melakukan perjalanan batinnya, dan apalagi jika tidak perduli pada ilmu batin dan mengandalkan amalnya yang berpenyakit itu.
Dari kutifan di atas kita ambil 3 poin:
1. Jadilah hamba Alloh yang selalu ingin mencapai Istiqamah, jangan menjadi hamba yang menuntut karomah.
Bagaimana mungkin kita bisa menuntut Allah, Allah itu tidak bisa di tuntut, jika kita ingin menuntut maka tuntutlah diri kita sendiri, supaya Istiqomah, tapi pada dasarnya untuk istikomahpun kau harus menyerah kepada Allah, jika kau Masi merasa mampu untuk Istikomah maka Allah akan menunjukan bahwa kau sebenarnya tidak mampu melakhkanya, hanya jika engkau menyerah pada Allah, mengakui kelemahan dan terendahanmu, kebodohan dan ketidak berdayaan mu terhadap Istikomah inilah maka Allah akan memerintahkan kepada batinmu supaya dia Istikomah kepadaaNya (Allah) maka baru setalah itulah hatimu akan ringan untuk melakukan Istikomah itu, tapi jika kau kembali merasa mampu dan menyombingkan keistiqomaan mu itu maka sekali lagi Allah akan memperlihatkan kepadamu bahwa dirimu tidak mampu melakukan itu sehingga hatimu merasa berat untuk Istikomah, selalu ingin melanggar dan malas ibadah, supaya kau tau bahwa semua amal ibada yang kau kerjakan itu hanyalah kodrat dari dia (Allah) dan buka dari kemampuanmu, karna kau itu aslinya lemah hina rendah bodoh tiada daya.
2. Istiqomah adalah menunaikan kewajiban, sedang karomah adalah menuntut kedudukan.
Dahulukan lah melakukan kewajiban dan selalu lawanlah batimj yang selalu ingin menuntut Allah itu. Dahulukan lah Takdim dan lawanlah hatimu yang selalu merasa mampu itu. Jika kau tidak mampu melakukanya maka menjeritlah kepada Allah, maka Allah akan datang mengulurkan bantuanya, hanya saja karna di masa itu kau belum mengenal Allah maka kau tidak menyadari bahwa Allah sedang menyapa dan membantumu.
3. Karomah dan kedudukan yang di berikan Allah kepada seorang wali itu, sebagai hasil dari Istiqamah.”
Perkara ini sangat masuk akal, terlebih lagi ini mengandung hukum kausal (sebab akibat) yaitu: Istikomah sebagai sebab dan karomah sebagai akibat.
Tapi ketahuilah bahwa: jangan membawa amalmu kehadapan Allah, apa lagi membanggakan amalmu, karna selama kau Masi membawa amal dan membangga banggakannya maka selama itulah amalmu itu akan menjadi hijab bagi dirimu kepada Allah, apa lagi jikadi hatimu ada kesombongan terhadap amal itu, maka kesombongan pun akan menjadi hijab sehingga hijabmu berlapis lapis, itulah mengapa kami mengatakan jangan bawa bawa amalmu untuk sampai kepada Allah, tapi bawalah sifat ubudiyyah / sifat kehambaan. Yaitu merasa hina rendah kecil hina tiada daya tiada upaya, bila perlu bicaralah kepada Allah walau kau belum melihatnya, katakanlah, bagaimana bisa aku melihatmu sedangkan aku tiada daya dan upaya,
Tiada daya dan upaya itu maksudnya bukan tidak berdaya dan tidak berupaya, tapi semua daya upaya itu hanya tunduk patuh taat pada perintah Allah, sehingga jika Allah tidak memerintahkanya untuk berbuat maka daya upaya itu akan tidur.
Catatan penting:
Kalimat: jangan bawa amalmu kehadapan Allah itu maksudnya adalah bukan jangan beramal dan beribadah, tapi tetaplah beramal dan beribadah, jika perlu lakukan serajin mungkin seperti para waliullah dan rosul saw, tapi jangan kau harapkan imbalan apapun sebagai balasan dari Allah atas amal ibada yang kau lakukan itu. Itulah pengabdian yang sebenarnya, itulah keikhlasan yang sesungguhnya.