Jumat, 12 November 2021

Bab 13: darwis (sufi)

 ðŸ““terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 13: darwis (sufi)

.


🔰Ada satu golongan yang di kenali sebagai sufi. Empat tafsiran di berikan kepada istilah sufi. Ada yang melihatnya pada keadaan zahir mereka memakai baju bulu yang kasar.

👉Bulu dalam bahasa Arab ialah suf. Dari perkataan ini mereka di panggil sufi.

👉Yang lainnya melihat kepada kehidupan mereka yang bebas dari kekacauan dunia ini serta kedamaian dan ketenteraman mereka, keadaan ini yang dengan bahasa Arab di sebut safa. Dari perkataan safa itu timbul istilah sufi.

👉Yang lainya juga memandang lebih mendalam pada hati mereka yang suci murni dan bebas dari apa saja kecuali Zat Allah. Dalam bahasa Arab safi berarti kesucian hati dan dari perkataan itulah timbul istilah sufi.

👉Yang lain memanggil mereka sufi karna mereka hampir dengan Allah dan akan berdiri di barisan pertama di hadapan Allah pada hari kiamat. Safi dalam bahasa Arab bukan hanya bermakna kesucian hati tapi juga bermakna barisan karna mereka akan berdiri di barisan pertama di hadapan Allah pada hari kiamat.


🔰Terdapat empat alam.

Pertama ialah alam dunia terdiri dari jirim atau elemen, yaitu:

👉tanah,

👉air,

👉api

👉dan angin

merupakan jirim dalam alam ini.


Ke dua ialah alam makhluk rohani

👉malaikat,

👉jin,

👉mimpi dan kematian,

👉ganjaran Allah -

👉8 syurga dan keadilan Allah -

👉7 neraka.


Ke tiga ialah alam huruf yaitu:

nama-nama indah bagi sifat-sifat Allah, dan Loh Tersembunyi (Loh Mahfuz) yang menjadi sumber perintah-perintah Allah.


Ke empat ialah alam Zat Allah Yang Maha Suci, alam yang tidak bisa di gambarkan atau di uraikan karna pada alam ini atau tahap ini tidak ada

👉perkataan,

👉nama-nama,

👉sifat-sifat

👉atau persamaan.

Tiada siapa kecuali Allah mengetahuinya


🔰Terdapat pula empat jenis ilmu.

👉Pertama ilmu tentang peraturan-peraturan Allah yang berhubung dengan aspek lahir kehidupan dunia ini.

👉Kedua ialah ilmu kerohanian, pengetahuan batin tentang sebab dan akibat.

👉Ketiga ialah ilmu tentang jiwa, roh, mengenal diri dan melaluinya pengetahuan tentang ketuhanan di peroleh.

👉Ke empat ilmu tentang kebenaran atau hakikat.



🔰Roh juga ada empat jenis,

1️⃣roh kebendaan,

2️⃣roh yang arif,

3️⃣roh yang memerintah (roh sultan) dan

4️⃣roh kudus (roh suci).


🔰Yang zahir (yang merupakan) kenyataan bagi Pencipta, juga ada empat jenis.

1️⃣ialah kenyataan di dalam

👉rupa,

👉bentuk,

👉warna,

Itulah bagikan Kuba keperkasaaNya yang menghijab hambaNya kepada diriNya.

2️⃣ ialah kenyataan dalam perbuatan dan tindakan membalas dalam perkara yang berlaku. 

3️⃣Ketiga ialah kenyataan dalam

👉sifat-sifat,

👉bakat-bakat,

👉perangai-perangai sesuatu.

4️⃣ kenyataan bagi zat-Nya.


Akal atau daya menimbang juga ada empat jenis:

1️⃣akal yang mengurus soal-soal kehidupan duniawi,

2️⃣akal yang menimbang dan memikirkan soal-soal akhirat,

3️⃣akal bagi roh yang bertugas dalam bidang makrifat dan akhirnya

4️⃣akal yang meliputi.


Perkara yang di bincangkan juga ada empat jenis.

1️⃣Empat jenis ilmu,

2️⃣empat jenis roh,

3️⃣empat jenis penzahiran (kenyataan) dan

4️⃣empat jenis akal.


Ada orang yang berada pada tahap pertama

👉ilmu,

👉roh,

👉kenyataan dan

👉akal.

🔹Mereka adalah penghuni syurga pertama yang di sebut syurga yang menjadi tempat kembali yang mensejahterakan, yaitu syurga keduniaan.

🔹Mereka yang berada pada tahap kedua ilmu, roh, kenyataan dan akal tergolong ke dalam syurga yang lebih tinggi, taman kesukaan dan kesenangan karunia Allah kepada makhluk-Nya, syurga di dalam alam malaikat.

🔹Sebagian manusia yang mencapai tahap ketiga ilmu, roh, kenyataan dan akal (makrifat) berada di dalam syurga peringkat ketiga, syurga langit-langit, syurga nama-nama dan sifat-sifat Ilahi dalam alam keesaan.

🔹Namun, mereka yang mencari dan terikat dengan ganjaran Allah walaupun ganjaran itu adalah syurga, tidak dapat melihat hakikat sebenarnya dalam diri mereka dan dalam benda-benda di sekeliling mereka. Mereka yang arif, yang mencari hakikat, mereka yang mencapai suasana sufi, suasana keinginan menyeluruh - tidak inginkan sesuatu apa pun kecuali Allah, berhajat hanya kepada Allah, meninggalkan segala-galanya dan tidak mencari apa-apa kecuali yang hak. Mereka temui apa yang mereka cari dan masuk ke dalam alam yang hak, dan kehampiran dengan Allah, dan hidup semata-mata karna Zat Allah, tidak karna yang lain.

Ini sesuai dengan perintah Allah,

"Carilah keselamatan dengan Allah"

dan ikut nasihat Nabi s.a.w,

"dunia dan akhirat itu terlarang bagi orang yang mencintai Allah".

Nabi s.a.w tidak mengatakan kedua-duanya yaitu dunia dan akhirat itu hukumnya haram. Tapi yang baginda maksud ialah orang yang berkehendak menemui Allah itu harus menyekat keinginan hawa nafsunya, egonya, kasih sayang dan cita-citanya kepada dunia dan akhirat.

Pencari yang hak memberi alasan yaitu:

Dunia ini adalah ciptaan dan kita juga ciptaan. Semua yang di ciptakan berhajat kepada Pencipta.

Bagaimana mungkin yang berhajat meminta kepada yang berhajat juga.

Apa lagi jalan bagi yang di ciptakan kecuali mencari Penciptanya

Allah berfirman melalui Rasul-Nya,

"Kecintaan-Ku, Wujud-Ku, adalah kecintaan mereka kepada-Ku"

Nabi s.a.w bersabda,

"Keadaanku yang sangat berhajat, kemiskinanku, adalah kemegahanku".

Keadaan yang sangat berhajat dan kecintaan kepada Allah menjadi dasar pencarian sufi. kemiskinan yang menjadi kebanggaan Nabi s.a.w bukanlah kekurangan sesuatu berbentuk keduniaan atau kebendaan. Dia adalah pelepasan segala-galanya kecuali keinginan kepada Zat Allah. Dia adalah segala sesuatu bukan saja yang di dalam dunia ini, tapi termasuk yang di janjikan di akhirat juga dan lantaran itu suasana berhajat sepenuhnya untuk di persembahkan kepada Allah.

Inilah keadaan yang membawa seseorang kepada kekosongan atau ketiadaan diri, lenyap di dalam zat Allah. Ia adalah mengosongkan diri seseorang dari apa saja kecuali cinta Allah. Kemudian hati menjadi bernilai atau layak untuk menerima janji Allah,

"Aku tidak dapat di tanggung oleh langit dan bumi tetapi layak di tanggung oleh hati hamba-hamba-Ku yang beriman".

Hamba yang beriman adalah yang melepaskan apa saja kecuali Yang Esa dari hatinya. Bila hati sudah di sucikan, Allah melapangkannya dan memuatkan Diri-Nya ke dalamnya. 

Bayazid Bustami menggambarkan keluasan hatinya dengan katanya,

"Jika segala yang maujud di dalam dan di sekeliling arasy, keluasan semua ciptaan Allah, di letakkan di penjuru hati manusia sempurna dia tidak akan merasakan beratnya".

Begitulah keadaan kekasih Allah. Kasihilah mereka dan sentiasalah bersama mereka karna yang mencintai akan bersama-sama yang di cintai pada hari akhirat nanti. Tanda kecintaan itu ialah:

👉mencari kehadiran bersama-sama mereka,

👉berkehendak mendengar perkataan mereka,

👉dan dengan pandangan serta perkataan mereka,

👉dapat merasakan kerinduan terhadap Allah Yang Maha Tinggi.

Allah berfirman melalui Nabi-Nya,

"Aku merasa rindu pada para hamba-Ku yang beriman, yang baik-baik, hamba yang sejati, terhadap DiriKu dan Aku juga merindukan mereka".


Kekasih Allah kelihatan berbeda dari orang lain, kelakuan dan tindakan mereka juga berbeda. Pada peringkat permulaan, ketika masih baru, tindakan mereka kelihatan seimbang antara baik dengan buruk. Bila mereka melanjutkanya dan sampai pada peringkat pertengahan, perbuatan mereka penuh dengan manfaat. Dalam semua hal kebaikan yang keluar melalui mereka bukan saja dalam ketaatan mereka mematuhi perintah Allah dan peraturan agama, tetapi juga dalam perbuatan yang mengandung puncak kebahagiaan dan bersinar dengan cahaya kepada maksud bagi yang zahir.

Mereka seolah-olah di pakaikan dengan pakaian dari cahaya yang berwarna warni yang memancar dari mereka menurut makom mereka.

bila mereka dapat mengalahkan ego mereka dan kejahatan nafsu yang rendah dengan kalimah tauhid "La ilaha illa Llah" dan sampai kepada kewujudan yang bisa membedakan antara yang hak dengan yang batil, yang benar dengan yang salah, cahaya biru langit memancar keluar dari mereka.

Bila dalam peringkat tersebut mereka di sertai pertolongan dan ilham dari Allah, mereka berpindah sepenuhnya ke dalam kebaikan dan meninggalkan kejahatan keseluruhannya, cahaya merah membungkus atau membaluti mereka.

Dengan berkata nama Allah - HU - nama itu tiada yang lain kecuali yang hak dapat menceritakannya, mereka sampai kepada peringkat dipersucikan dari segala sifat sifat keji dan perbuatan jahat dan menemui suasana tenang dan aman, kemudian cahaya hijau keluar dari mereka.

Bila semua ego dan keinginan, bila semua kehendak diri sendiri di hapuskan melalui berkat HAQ, yang sebenarnya, dan bila mereka menyerahkan kehendak mereka kepada kehendak Allah dan rido dengan apa juga yang datang dariNya, warna mereka berubah menjadi cahaya putih.

Inilah gambaran orang-orang sufi dari peringkat permulaan mereka di dalam perjalanan sampai pada peringkat pertengahan. Tetapi seseorang yang sampai kepada perbatasan peringkat ini tidak mempunyai bentuk atau warna. Dia menjadi seolah-olah sinar cahaya matahari. Cahaya matahari tidak berwarna. Sufi yang sampai kepada makam yang paling tinggi tidak mempunyai kewujudan untuk membalikkan cahaya atau warna. Jika ada, warnanya ialah hitam, yang menyerap semua warna. Inilah tanda keadaan fana

Banyak Orang yang melihat kepadanya, keadaan yang tiada warna ,kelihatan gelap, menjadi tabir menutupi cahaya makrifat yang dia miliki, seperti malam menutupi sinar matahari. Allah berfirman:

"Dan Kami jadikan malam itu (sebagai) pakaian. Dan Kami jadikan siang itu tempat penghidupan".(Surah Nabaa, ayat 10 & 11).

Bagi mereka yang sampai pada hakikat atau intipati akal dan ilmu, ada tanda dalam ayat di atas.

Mereka yang sampai pada kebenaran (hakikat) ketika di dalam dunia ini merasakan seolah-olah di penjarakan di sini di dalam kurungan di bawah tanah yang gelap. Mereka menghabiskan hayat mereka di dalam kesusahan dan kesengsaraan. Mereka menanggung kesusahan yang besar, tekanan-tekanan keadaan, di dalam dunia yang gelap sepenuhnya. Nabi s.a.w bersabda,

"Dunia ini adalah penjara bagi orang beriman".

Seperti yang baginda s.a.w mengabarkan cobaan yang paling besar menimpa para nabi, kemudian yang hampir dengan Allah, dengan kadar yang menurun mengikuti kadar keinginan seseorang dalam menghampiri Allah. Jadi wajar saja bagi sufi memakai pakaian hitam dan mengikat serban hitam di kepalanya, kerana ia adalah pakaian orang yang bersedia menempuh kesusahan dan kesakitan di dalam perjalanan ini.

Di dalam kenyataan, hitam adalah pakaian paling sesuai bagi mereka yang berkabung kerana kehilangan kemanusiaan dan kewujudan diri mereka.

manusia yang kehilangan anugerah yang berharga karna kesesuaian, sesuai hanya untuk kemanusiaan, bagi mereka yang sadar dan bagi yang bisa melihat kebenaran, pasti enggan membunuh kehidupan abadi dengan tangan mereka sendiri. Membuang kasih Ilahi yang kerinduan di dalam hati mereka, memisahkan diri mereka enggan roh suci, mereka hilang kesempatan untuk kembali kepada asal mereka, kepada penyebab. Walaupun mereka tidak mengetahuinya, merekalah yang menderita bala yang paling besar. Jika mereka sadar yang sudah hilang adalah segala nikmat akhirat, kehidupan abadi, mereka tentunya memakai pakaian hitam, pakaian berkabung. Janda yang kematian suami berkabung selama empat bulan sepuluh hari. Ini adalah berkabung karna kehilangan sesuatu di dalam dunia. Orang yang kehilangan kebaikan hidup yang abadi seharusnya berkabung secara abadi juga. Nabi s.a.w bersabda,

"Mereka yang ikhlas sentiasa berada di tepi bahaya besar".

Betapa tepat gambaran ini mengenai orang yang terpaksa berjalan dengan penuh kewaspadaan! Tetapi inilah suasana sufi yang meninggalkan kewujudan dirinya dan berada di dalam alam fana. Kefakirannya terhadap dunia ini yang di tinggalkannya dan hajatnya yang penuh kepada Allah sangat besar, dan dia melepas kemanusiaan sebagai keindahan

Mereka yang memperolehi penyaksian kepada yang hak, setelah menyaksikan keindahan kebenaran itu, tidak ingin melihat yang lain lagi. Mereka tidak boleh melihat kecintaan dan kerinduan kepada apa saja. Bagi mereka, Allah jualah yang di kasihinya, hanya Dia yang wujud. Begitulah keadaan mereka di dalam kedua-dua alam. Itulah satu-satunya Tujuan mereka. Akhirnya mereka menjadi insan, dan Allah ciptakan insan supaya mengenali-Nya, supaya mencapai Zat-Nya.

Menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk mencari dan mengenali atau mengetahui tujuan dia di ciptakan dan menghayati maksud tujuan tersebut, kewajiban yang mereka tanggung di dalam dunia ini dan di akhirat, supaya mereka tidak habiskan usia mereka di dalam kerugian, agar mereka tidak menyesal selama-lamanya di akhirat - di bungkus kerinduan, lemas di dalam kerinduan yang akan mereka sadari akhirnya di dalam penyesalan yang abadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar