📓terjemahan kitab sirrul asror
📄bab 16: penyucian insan yang sempurna yang telah mengasingkan diri dan membebaskan diri dari segala urusan dunia.
Tujuan penyucian itu ada dua jenis:
1. untuk dapat masuk pada alam sifat-sifat Ilahi dan
2. untuk mencapai makam Zat.
Penyucian untuk memasuki alam sifat-sifat Ilahi memerlukan pelajaran yang membimbing seseorang di dalam proses penyucian cermin hati, dengan cara rayuan (berkata memuji muji Allah memakai hati seolah Allah sedang berada di depanmu dan sangat dekat), ucapan atau memikirkan dan berdoa pada Allah menggunakan nama-nama (husus seperti arrohman untuk memohon kasihNya dan arrohim untuk memohon sayangNya) Ilahi.
Ucapan itu menjadi kunci, perkataan rahasia yang membuka hati (ini harus di Sertai rasa menginginkan Allah semata dan bersungguh sungguh melepaskan segala sesuatu selain Allah). Hanya bila mata hati terbuka baru dia melihat sifat-sifat Allah yang benar. Kemudian mata melihat gambaran:
👉kemurahan Allah,
👉nikmat,
👉rahmat
👉dan kebaikan allah kepada cermin hati yang murni itu.
Nabi s.a.w bersabda,
“Mukmin adalah cermin bagi samanya mukmin”
Dan Juga sabda baginda,
“Orang berilmu membuat gambaran (membayang bayangkan) sementara orang arif menggilapkan hati mereka (tanpa membayang bayangkan)"
Juga sabda baginda,
👉“Orang berilmu membuat gambaran
👉sementara orang arif membersihkan cermin hati yang menyerap kebenaran"
Bila cermin hati sudah di cuci sepenuhnya dengan di bersihkn terus menerus dengan berzikir nama-nama Allah (tanpa membayang bayangkan) maka orang itu mendapat jalan menuju pengetahuan dan sifat Ilahi (ilmu yang langsung Allah beri ke hati orang itu). Penyaksian terhadap pemandangan ini hanya bisa terjadi di dalam batin
Penyucian yang bertujuan mencapai Zat Ilahi adalah melalui terus menerus bertafakur pada kalimah tauhid. Ada tiga nama keesaan, tiga yang akhir dari dua belas nama-nama Ilahi. Nama-nama tersebut ialah:
Lailaha illallah
Tiada yang ada kecuali Allah
Allah
Nama khusus bagi Tuhan
Hu
Allah yang bersifat melampaui sesuatu
Haq
Yang sebenarnya (Hakikat)
Hayyun
Hidup Ilahi yang kekal abadi
Qoyyum
Berdiri sendiri yang segala kewujudan bergantung kepada-Nya
Qohhar
Yang Maha Memaksa, meliputi segala sesuatu
Wahhab
Pemberi tanpa batas
Wahid
Yang Esa
Ahad
Esa
Samad
Sumber kepada segala sesuatu
Nama-nama ini harus di sebut bukan dengan lidah biasa tetapi dengan lidah rahasia hati. Hanya dengan itu mata hati melihat cahaya keesaan. Bila cahaya suci Zat menjadi nyata semua nilai-nilai kebendaan menjadi hilang, semua menjadi tidak ada apa-apanya. Ini adalah suasana menghabiskan sepenuhnya segala perkara, kekosongan yang melampaui semua kekosongan. Kenyataan cahaya Ilahi memadamkan semua cahaya:
“Tiap-tiap sesuatu akan binasa kecuali Zat-Nya”.(Surah Qasas, ayat 88).
“Allah hilangkan apa yang Dia kehendaki dan Dia tetapkan apa yang Dia kehendaki, karna pada sisi-Nya ummul kitab / ibu kitab”(Surah ar-Ra’d, ayat 39).
Bila semuanya lenyap maka yang tinggal selamanya adalah roh suci. Ia melihat dengan cahaya Allah. Ia melihat-Nya. Di sana tiada gambaran, tiada persamaan di dalam melihat-Nya:
“Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Dia mendengar dan melihat”.(Surah asy-Syura, ayat 11).
Apa yang ada hanyalah cahaya murni yang mutlak. Tidak ada apa untuk di ketahui lebih dari itu. Itu adalah alam fana diri. Tiada lagi fikiran untuk memberi khabar berita. Tiada lagi siappun melainkan Allah yang memberi khabar berita. Nabi s.a.w bersabda,
“Ada ketika aku sangat hampir dengan Allah, tiada siapa, malaikat yang hampir atau nabi yang diutus yang bisa masuk antara aku dengan-Nya”
Ini adalah suasana pemisahan di mana seseorang itu telah membuang semua perkara kecuali Zat Allah. Itu adalah suasana keesaan.
Allah memerintahkan melalui Rasul-Nya,
“Pisahkan diri kamu dari segala perkara dan carilah keesaan”.
Pemisahan itu di mulai dari semua hal yang bersifat keduniaan sehingga menjadi kosong dan tenggelam dalam ketiadaan. Hanya dengan itu kamu memperoleh sifat-sifat Ilahi. Itulah yang di maksudkan oleh Nabi s.a.w di dalam bersabda,
“Sucikan dirimu, benamkanlah dirimu dalam sifat-sifat yang suci (sifat Ilahi)”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar