Jumat, 12 November 2021

Bab 20: penyaksian yang hak melalui suasana damai yang datang karna melepaskan segala perkara keduniaan melalui zauk.

 ðŸ““terjemahan kitab sirrul asror

📄Bab 20: penyaksian yang hak melalui suasana damai yang datang karna melepaskan segala perkara keduniaan melalui zauk.


Nabi s.a.w bersabda,

“Satu ilham Ilahi yang memutuskan seseorang dari dunia ini dan karunian atas seseorang akan nyatanya atau cermin sifat-sifat Tuhan, menampakkan kepada seseorang keesaan Ilahi, lebih baik dari pengalaman dunia dan akhirat”

“Orang yang tidak mengalami zauk (keghairahan) dari menerima kenyataan makrifat Ilahi dan yang hak adalah tidak hidup”

Banyak ayat-ayat dan hadis-hadis serta kabar dari wali-wali menceritakan suasana ini.

“Dan orang yang Allah luaskan dadanya kepada Islam yaitu ia berjalan atas nur dari Tuhannya (sama dengan yang beku hatinya?)

Maka celakalah bagi mereka yang beku hatinya dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah turunkan sebaik-baik perkataan, kitab yang sebagiannya menyerupai bagian yang lain, yang di ulang-ulangkan, yang seram lantarannya kulit-kulit badan orang yang takut kepada Tuhannya. Kemudian jadi lemas kulit-kulit mereka dan hati-hati mereka mengingat Allah. Yang demikian itu pimpinan Tuhan, yang Ia pimpin dengannya siapa yang Ia kehendaki, dan barang siapa di sesatkan oleh Allah maka tidaklah ada baginya sebarang pimpinan”.(Surah az-Zummar, ayat 22 & 23).

Junaid al-Baghdadi berkata,

“Bila zauk (keghairahan) bertemu dengan kenyataan Ilahi di dalam diri seseorang, dia itu berada di dalam keadaan merasakan kelazatan yang amat sangat atau keharuman yang mendalam”

Ada dua jenis zauk:

zauk lahiriah dan zauk rohaniah.

Zauk lahiriah adalah hasil dari ego diri. Ia tidak memberi kepuasan secara rohaniah. Ia di pengaruhi oleh pancaindera. Sering kali kepura-puraan, berbuat agar di lihat atau di ketahui oleh orang lain. Zauk jenis ini tidak berharga sedikitpun kerana hal itu di sengaja,dengan kehendak atau niat: orang yang mengalaminya masih merasakan yang dia boleh berbuat dan memilih (tidak ada fana padanya). Tidak ada gunanya menganggap penting pengalaman yang demikian.

Zauk kerohanian, Bagaimanapun, keseluruhannya berbeda, suasana yang di hasilkan oleh pengaliran tenaga kerohanian yang melimpah ruah. Secara biasa, pengaruh luar – seperti puisi yang indah yang dibaca, atau Quran dibaca dengan suara yang merdu, atau keghairahan yang dicetuskan oleh upacara zikir sufi. Ini mengakibatkan peningkatan kerohanian. Ini terjadi karna menentang lahiriah seseorang di hapus kehendak dan kekuatan akal untuk memilih di atasi. Bila kekuatan badan dan fikiran sudah di lemahkan suasana zauk adalah semata-mata bersifat kerohanian. Meneruskan perjalanan dengan pengalaman yang demikian sangat besar gunanya bagi seseorang.

“Dan orang yang menjauhi berhala-hala dari menyembahnya dan kembali kepada Allah adalah bagi mereka khabar yang menggirangkan. Oleh itu girangkanlah hamba-hamba-Ku. Yang mendengar perkataan lalu menurut yang sebaik-baiknya. Merekalah orang-orang yang di pimpin oleh Allah dan mereka itu ialah orang-orang yang mempunyai fikiran”.(Surah az-Zumar, ayat 17 & 18).

Nyanyian merdu burung-burung, keluhan pencinta, adalah sebahagian daripada penyebab luar yang menggerakkan tenaga kerohanian. Dalam suasana tenaga kerohanian yang demikian syaitan dan ego tidak boleh campur tangan; iblis bertindak di dalam alam kegelapan perbuatan-perbuatan yang muncul dari ego diri dan tidak boleh berbuat apa-apa di dalam alam kemurahan dan keampunan yang bercahaya. Dalam alam kemurahan dan keampunan Allah, syaitan menjadi cair laksana garam di dalam air, sama seperti ia hilang apabila dibaca:

“La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azim” – Tiada daya dan upaya melainkan dengan Allah Yang Maha Tinggi, Maha Mulia.

Pengaruh-pengaruh yang merangsangkan zauk kerohanian diterangkan oleh hadis,

“Ayat-ayat Quran, puisi yang berhikmah dan ajaib mengenai cinta dan bunyi serta suara kerinduan menyalakan wajah roh”

Zauk sebenar adalah hubungan cahaya dengan cahaya bila roh insan bertemu dengan cahaya Ilahi. Allah berfirman:

“Yang suci untuk yang suci pula”.(Surah an-Nuur, ayat 26).

Jika zauk datang dari rangsangan ego dan syaitan maka tiada cahaya di sana. Di sana hanya ada kegelapan tanpa cahaya, ragu-ragu, penafian dan kekeliruan. Kegelapan menjadi bapak bagi kegelapan.

Dalam bagian roh dan jiwa, ego tidak ada bagian.

Firman Tuhan:

“Yang tidak suci untuk yang tidak suci pula”.(Surah an-Nuur, ayat 26).

Penzahiran suasana zauk ada dua jenis: penzahiran zauk lahiriah yang bergantung

kepada kehendak diri sendiri dan

penzahiran zauk kerohanian yang di luar pilihan dan kehendak seseorang.

Dalam zauk zhahir yang nyata ialah di sengajakan. Jika seseorang gemetar, bergoyang dan meraung walaupun bukan di bawah pengaruh kesakitan atau gangguan dalam tubuh, ia tidak di anggap sah. yang sah ialah perubahan yang nyata pada keadaan lahiriah yang tidak di sengajakan dan di sebabkan oleh keadaan batin seseorang.

Penzahiran yang tidak di sengajakan adalah akibat tenaga kerohanian yang tidak dapat di kawal atau di kendalikan oleh seseorang. Rohnya yang di dalam zauk mengatasi atau mengendalikan pancaindera. umpama keadaan meracau orang yang demam panas, agak tidak mungkin mencegah orang yang demikian dari gemetar-gemetar, bergoyang dan menjadi kaku di dalam meracau itu kerana dia tidak kuasa terhadap penzahiran yang keluar atau terjadi kepadanya itu.

Begitu juga bila tenaga kerohanian membesar sehingga mengalahkan

kehendak,

fikiran dan

tubuh,

zauk yang lahir dari yang demikian adalah benar, jujur dan bersifat kerohanian. Keadaan zauk kerohanian yang demikian, yang di masuki oleh para sahabat akrab Allah di dalam melakukan pergerakan dan putaran pada upacara mereka, iti adalah cara untuk menimbulkan ghairah dan dorongan pada hati mereka. Ini adalah makanan bagi mereka yang mengasihi Allah. memberikan tenaga di dalam perjalanan mereka yang sukar dalam mencari yang hak.

Nabi s.a.w bersabda,

“Upacara keghairahan yang di lakukan oleh para pencinta Allah, tarian dan nyanyian mereka,

merupakan kewajiban bagi sebagian, dan

bagi sebagian yang lain adalah harus sementara,

bagi yang lain pula adalah bida'ah.

Ini adalah kewajiban bagi manusia yang sempurna, harus bagi kekasih Allah dan bagi yang lalai adalah bida"ah”.

Dan, “sifat yang tidak sehat bagi orang yang tidak merasa kelazatan berada bersama kekasih Allah adalah puisi orang arif yang mereka nyanyikan, musim bunga, warna dan keharuman bunga, burung dan nyanyiannya”.

Orang yang lalai itu yang menganggap mencari zauk kerohanian sebagai bidaah, orang yang tidak sehat sifatnya yang tidak dapat menikmati kelazatan yang indah, adalah sakit dan tidak ada penawar untuk penyakit ini. Mereka lebih rendah dari pada burung dan hewan, lebih rendah dari pada keldai, karna hewan juga menikmati irama. Bila Nabi Daud a.s melagukan suaranya maka burung-burung terbang di sekelilingnya untuk menikmati kemerduan suaranya. Nabi Daud a.s berkata,

“Orang yang tidak mengalami keghairahan tidak dapat merasai agamanya”

Terdapat sepuluh suasana zauk. Sebahagiannya sangat nampak tanda tandanya kelihatan kepada orang ini seperti:

kesedaran rohani dan berzikir mengingati Allah dan membaca Quran dengan senyap. Menangis, merasa penyesalan yang mendalam, takutkan azab Allah, kerinduan dan kesyahduan, malu terhadap kelalaian diri; apabila seseorang menjadi pucat atau mukanya berseri-seri karna ghairah dari suasana dalam dan kejadian di sekelilingnya, membara dengan kerinduan terhadap Allah – semua ini dan semua keganjilan pada lahiriah dan rohaniah yang di hasilkan oleh perkara-perkara tersebut adalah tanda-tanda zauk atau keghairahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar