Senin, 15 November 2021

wasiat ke 12 Mengistiqomakan shalat berjamaah

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 12

Mengistiqomakan shalat berjamaah


 


(وَ) لا تترك أيضا (صَلَاةَ الْجَمَاعَةِ)


“Janganlah engkau meninggalkan shalat berjama’ah”


فقد قالوا : مااجتمع جماعة إلا وفيهم ولي الله تعالى يشفعه الله تعالى فى رفقته،


Para ‘ulama’ salaf berkata; “Tidaklah berkumpul suatu perkumpulan kecuali di dalamnya ada wali (kekasih) Allah Ta’ala yang mendapatkan ijin untuk memberikan syafa’at terhadap rekan-rekannya”


وثبت فى صحيح مسلم عن أبى هريرة : أن رجلا أعمى أتى إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ليس لى قائد يقودنى إلى المسجد فهل لى رخصة أن أصلي فى بيتى؟ فرخص له، فلما ولى دعاه، فقال : "هل تسمع النداء بالصلاة؟" قال : نعم، قال : "فأجبه".


Telah di tetapkan dalam kitab shahih Muslim dari Abu Hurairah; “Bahwa seorang laki-laki buta pernah menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; ‘Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid, apakah ada keringanan bagiku untuk shalat di rumahku?’. Lalu beliau member keringanan kepadanya, namun ketika laki-laki itu berpaling, beliau memanggilnya dan bertanya; “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)?”. Laki-laki itu menjawab; “Benar”. Beliau bersabda; “Penuhilah seruan tersebut”.


وقد كان السلف يعدون فوات صلاة الجماعة مصيبة، وقد وقع أن بعضهم خرج إلى حائط له "يعنى حديقة نخل" فرجع وقد صلى الناس بصلاة العصر، فقال : إنا لله فاتتنى صلاة الجماعة أشهدكم على أن حائطى على المساكين صدقة.


‘Ulama’ salaf menganggap hilangnya shalat berjama’ah adalah suatu musibah. Sungguh telah terjadi bahwa salah seorang ‘ulama’ salaf pada suatu ketika pergi melihat kebun kurma miliknya, setelah pulang, ternyata orang-orang telah mengerjakan shalat ‘ashar, maka beliau berkata; “inna lillah, aku telah kehilangan shalat berjama’ah, aku bersaksi atas kalian bahwa kebun kurmaku aku shadaqahkan untuk orang-orang miskin”


وفاتت عبد الله بن عمر رضى الله عنهما صلاة العشاء فى الجماعة فصلى تلك الليلة حتى طلع الفجر جبرا لما فاته من صلاة العشاء فى الجماعة،


‘Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma pernah kehilangan shalat ‘isya’ berjama’ah, maka beliau mengerjakan shalat pada malam itu hingga terbit fajar sebagai ganti dari shalat ‘isya’ ber jama’ah yang hilang.


وعن عبيد الله بن عمر الفواريرى رحمه الله تعالى قال : لم تكن تفوتنى صلاة فى الجماعة فنزل بى ضيف فشغلت بسببه عن صلاة العشاء فى المسجد فخرجت أطلب المسجد لأصلى فيه مع الناس فإذا المسجد كلها قد صلى أهلها وغلقت فرجعت إلى بيتى وأنا حزين على فوات صلاة الجماعة فقلت : ورد فى الحديث "إن صلاة الجماعة تزيد على صلاة الفذ سبعا وعشرين" فصليت العشاء سبعا وعشرين مرة ثم نمت فرأيتنى فى المنام على فرس مع قوم على خيل وهم أمامى، وأنا أركض فرسى خلفهم فلا ألحقهم، فلتفت إلى واحد منهم وقال : تتعب فرسك فلست تلحقنا، فقلت : ولم يا أخى؟ قال : لأنا صلينا العشاء فى الجماعة وأنت صليت وحدك فاستيقظت وأنا مهموم حزين.


Dari ‘Ubaidillah bin ‘Amr Al-Qowaririy rahimahullahu Ta’ala ia berkata; Aku tidak pernah kehilangan shalat berjama’ah, namun pada suatu ketika datanglah seorang tamu kepadaku hingga menyibukkanku dari mengerjakan shalat ‘isya’ di masjid, maka aku pun pergi mencari beberapa masjid untuk mengerjakan shalat ‘isya’ di sana bersama dengan orang-orang, dan ternyata semua orang telah mengerjakan shalat, dan semua masjid telah di kunci, akhirnya aku kembali pulang kerumahku dalam keadaan sedih atas hilangnya shalat berjama’ah. Lantas aku teringat sebuah hadits; “Sesungguhnya shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian 27 kali lipat”, maka aku pun mengerjakan shalat ‘isya’ sebanyak 27 kali kemudian tidur. Dan dalam tidurku aku melihat diriku menaiki kuda bersama-sama dengan suatu kaum, sedangkan mereka ada di depanku, dan aku memacu kudaku di belakang mereka, namun aku tetap tidak dapat mengejarnya. Lalu salah seorang dari mereka menoleh padaku dan berkata; “Percuma saja engkau membuat letih kudamu, engkau tidak akan dapat mengejar kami”, maka aku bertanya; “Mengapa demikian wahai saudaraku?”. Ia menjawab; “Karena kami shalat ‘isya’ berjama’ah, sedangkan engkau shalat sendirian”. Lantas aku terbangun, sementara aku merasa susah dan sedih.


وقال بعض السلف : "ما فاتت أحدا صلاة الجماعة إلا بذنب أصابه"


Sebagian ‘ulama’ salaf berkata: “Seseorang tidak akan kehilangan shalat berjam’ah kecuali karena dosa yang telah menimpanya”


وقد كانوا يعزون أنفسهم سبعة أيام إذا فاتت أحدهم صلاة الجماعة، وقيل ركعة، ويعزون أنفسهم ثلاثة أيام إذا فاتتهم التكبيرة الأولى مع الإمام، فاعلم ذلك يا أخى.


Dan ‘ulama’ salaf berbela sungkawa terhadap dirinya sendiri selama tujuh hari apa bila salah seorang dari mereka kehilangan shalat berjama’ah. Ada yang mengtakan apa bila kehilangan satu raka’at. Dan mereka berbela sungkawa terhadap dirinya sendiri selama tiga hari apa bila kehilangan takbiratul-ihram bersama imam.

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar