Terjemahan kitab Minah assaniyyah
(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)
wasiat ke 11
Jangan meninggalkan ibadah malam
(وَلَا تَتْرُكْ قِيَامَ اللَّيْلِ)
فإنه نور المؤمن يوم القيامة يسعى من بين يديه ومن خلفه،
“Janganlah engkau meninggalkan ‘ibadah malam hari”
Karena sesungguhnya qiyamullail (‘ibadah malam hari) adalah cahaya orang mu’min kelak pada hari kiyamat yang akan menerangi arah depan dan belakangnya.
وفى كلامهم : من طال وقوفه بين يدي الله تعالى فى الظلام ثبت الله تعالى قدميه على الصراط يوم تزلزل الأقدام،
Kalam para ‘ulama’ menyatakan; Barang siapa yang diam lama-lama di hadapan Allah Ta’ala di malam yang gelap, maka Allah Ta’ala akan mengukuhkan kedua kakinya di atas shirat kelak pada hari di mana kaki-kaki banyak terpeleset.
وقد روى مسلم فى صحيحه "أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة فى جوف الليل"
Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab shahihnya; “Shalat yang paling utama setelah shalat maktubah adalah shalat di tengah malam”
وروى البيهقى والنسائى : "يحشر الناس فى صعيد واحد يوم القيامة فينادى مناد فيقول : أين الذين كانوا تتجافى جنوبهم عن المضاجع فيقومون وهم قليل فيدخلون الجنه بغير حساب، ثم يؤمر بسائر الناس إلى الحساب"
Imam Baihaqi dan Nasa-i meriwayatkan;
“Kelak pada hari kiyamat manusia akan di kumpulkan dalam satu tempat, lalu sang penyeru berseru; Wahai di makah orang-orang yang lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidur? Maka mereka bangkit dan jumlah mereka sangat sedikit, kemudian mereka di masukkan ke surga tanpa hisab, dan manusia lainnya di perintahkan untuk di hisab”
وروى الترمذى : "عليكم بقيام الليل، فإنه دأب الصالحين قبلكم وقربة إلى ربكم ومكفرة السيئات ومنهاة عن الإثم" وفى رواية للطبرانى "ومطردة للداء عن الحسد".
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan; “Hendaklah kalian melakukan shalat malam, karena shalat malam merupakan adat kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, dapat menghapus kesalahan-kesalahan dan mencegah dari dosa” Dalam riwayat Imam Thabrani di sebutkan; “dan menolak penyakit dari badan”
وروى ابن أبى الدنيا والبيهقى : "أشراف أمتى حملة القرآن وأصحاب الليل"
Imam Ibn Abid-Dun_ya dan Al-Baihaqi meriwayatkan; “Ummatku yang paling mulia adalah orang yang hafal Al-Qur an dan ahli shalat malam”
وروى الطبرانى فى الكبير : "من بات ليلة فى خفة من الطعام والشراب يصلى تداركت حوله الحور العين حتى يصبح"
Imam At-Thabrani meriwayatkan dalam kitab Al-Kabir; “Barang siapa tidak tidur semalaman, sedikit makan dan minum karena mengerjakan shalat, maka para bidadari akan mengelilinginya sampai subuh”
وكان سيدى أحمد بن الرفاعى رحمه الله تعالى يقول لأصحابه : "عليكم بالقيام فى الثلث لآخر من الليل ولا تفرطوا فى ذلك فإنه ما من ليلة من ليالى السنة إلا وينزل فيها رزق من السماء فيفرق على المستيقظين ويحرم منه النائمون"
Tuanku Ahmad ibn Ar-Rifa’iy rahimahullahu Ta’ala berkata kepada murid-muridnya; “Hendaklah kalian senantiasa shalat pada sepertiga malam bagian akhir, dan janganlah kalian melalaikan hal itu, karena sesungguhnya tidak ada satu malam pun dalam setiap tahunnya melainkan pada malam itu Allah Ta’ala akan menurunkan rizki dari langit lalu membagi-bagikanya kepada orang yang terbangun, dan orang yang tidur akan terhalang darinya”
وقد أوحى الله تعالى إلى السيد داود عليه الصلاة والسلام : "يا داود كذب من ادعى محبتى فإذا جن الليل نام عنى"
Allah Ta’ala mewahyukan kepada Nabi Dawud ‘alaihishshalatu wassalam; “Wahai Dawud! Bohonglah orang yang mengaku cinta kepada-Ku namun apa bila malam menjadi gelap ia tidur meninggalkan ‘ibadah kepada-Ku”
وكان سيدى على الخواص رحمه الله تعالى يحث أصحابه كثيرا على نية قيام الليل ويقول : "إن الشارع قد رتب الثواب على النيات لا على العمل، فمن عزم على خير ولا يقسم له أعطاه الله تعالى أجر نيته فإنه قال فى الحديث "إنما لكل امرئ ما نوى" ولم يقل لكل امرئ ما فعل".
Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala sering menganjurkan kepada murid-muridnya untuk berniat qiyamullail dan berkata bahwa: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengatakan bahwa "penetapkan pahala pada niat bukan pada ‘amal, barang siapa berniat untuk melakukan ‘amal kebajikan, namun ‘amal kebajikan itu tidak di bagikan kepadanya, maka Allah Ta’ala tetap memberinya pahala dari niatnya,
(Tambahan admin:
Ingatlah kata pahala di sini hanya untuk kita ketahui sebagai ketetapan allah, bukan untuk kita inginkan, seorang sufi tidak menginginkan apapun selain Allah tanpa terkecuali pahala dan syurga, amalnya bukan karna mengharap pahala tapi hanya sebagai pengabdian pada allah semata) kembali ke terjemahan kitab:
karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seseorang hanya akan mendapatkan apa yang di niatkan”
(Maksudnya adalah niat itu menentukan nilai amal ibada seseorang, maka jangan salah menujukan niat, niat jangan karna manusia, jangan supaya di lancarkan rejeki, supaya dapat pahala, supaya masuk syurga, tapi hanya semata mata mengabdi pada allah)
Beliau tidak bersabda; “Seseorang hanya akan mendapatkan apa yang di’amalkan”
(Maksudnya amal semata tidak di nilai allah sebagai kebaktian darimu tanpa niat yang benar, penjelasan niat ini sudah di jelaskan di atas)
فعلم أن من واظب على ترك قيام الليل ليس له فى طريق الصالحين نصيب،
Dengan demikian dapat di fahami bahwa orang yang terus menerus meninggalkan qiyamullail, ia tidak akan mendapatpan bagian dalam menempuh jalan orang-orang shlalih.
وتأمل يا أخى أن من يعكس فى حضوره موكب السلطان كيف يقطعون جامكيته تبصرة وذكرى لأولى الألباب، فاعلم ذلك يا أخى.
Renungkanlah wahai saudaraku! Bahwa orang yang tidak pernah hadir ke suatu perkumpulan seorang raja, bagaimana ia akan mendapatkan pemberiannya?. Sebagai pelajaran dan peringatan bagi orang yang berakal. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!
ولا تترك قيام الليل، فقد ورد أن أم السيد سليمان عليه السلام قالت : "يا بنى لا تترك قيام الليل، فإن ترك قيام الليل يدع فقيرا يوم القيامة"
Dan janganlah engkau meninggalkan qiyamullail, karena telah sampai suatu kabar bahwa ibu Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berpesan; “Wahai anak kecilku! Janganlah engkau meninggalkan qiyamullail, karena meninggalkan qiyamullail dapat menyebabkan kafakiran seseorang kelak pada hari kiamat”
(وَلْيَكُنْ) اى قيام الليل (فِى بَيْتِكَ)
“Dan hendaklah engkau melaksanakan qiyamullail di rumahmu”
لما ورد "صل فى زوايا بيتك يكن نور بيتك فى السماء كنور الكواكب والنجوم لأهل الدنيا"
Karena ada hadits yang menyatakan; “Shalatlah engkau di pojok-pojok rumahmu, niscaya cahaya rumahmu akan nampak dari langit bagaikan cahaya benda-benda planet dan bintang-bintang bagi penduduk bumi”
وفى الصحيحين "أفضل الصلاة صلاة المرء فى بيته إلا المكتوبة"
Di sebutkan dalam shahih Bukhari dan Muslim; “Sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya keculi shalat maktubah”.
وقال بعض السلف : "إن فضل صلاة النافلة فى البيت كفضل الفريضة فى المسجد"
Sebagian ‘ulama’ salaf berkata; “Sesungguhnya keutamaan shalat sunnat di rumah seperti keutamaan shalat fardlu di masjid”.
وعن أبى الجلد قال : "لقي عيسى عليه الصلاة والسلام إبليس، فقال له : يا إبليس، أسألك بالحي القيوم ما الذى يسل جسمك ويقطع ظهرك؟
فقال إبليس : يا نبي الله، لولا أنك سألتنى بالحي القيوم ما أخبرك. أما الذى يسل جسمى فصهيل الخيل فى سبيل الله تعالى، وأما الذى يقطع ظهرى فصلاة الرجل الفريضة فى مسجد والنافلة فى بيته"، فاعلم ذلك يا أخى.
Di riwayatkan dari Abu Al-Jald ia berkata; “Suatu ketika Nabi ‘Isa alaihis shalatu wassalam bertemu dengan iblis, lalu beliau berkata kepadanya; Wahai iblis! Aku hendak bertanya kepadamu Demi Dzat Yang Maha Hidup Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya); Apakah kiranya yang dapat melumpuhkan tubuhmu dan memutuskan punggungmu? Iblis menjawab; Wahai Nabi Allah! Sungguh seandainya engkau bertanya kepadaku tidak dengan bersumpah demi Dzat Yang Maha Hidup Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tentu aku tidak akan memberitaukanmu. Adapun perkara yang dapat melumpuhkan tubuhku adalah suara kuda yang digunakan berperang di jalan Allah Ta’ala, sedangkan perkara yang dapat memutuskan punggungku adalah seseorang yang shalat fardlu dimasjid dan shalat sunnat dirumahnya”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!
ولا تشرع فى قيام الليل إلا (بَعْدَ انْقِضَاءِ النِّصْفِ الْأَوَّلِ) من الليل، وذلك لأن نصب الموكب الإلهى لا يكون إلا بعد دخول النصف الثانى من الليل، وهو اول وقوف كبراء الحضرة الإلهية،
Dan janganlah engkau bersegera melaksanakan qiyamullail kecuali setelah berakhirnya separu malam bagian pertama. Demikian itu karena perkumpulan Ilahiy tidaklah dimulai kecuali setelah masuknya separu malam bagian kedua. Dan karena separu malam bagian kedua merupakan permulaan menghadapnya para pembesar Ilahiyyah.
ومن الأدب أن لا يقف العبد بين يدى سيده إلا بعد وقوف من هو أكبر منه عادة، وعلى ذلك أهل حضرة ملوك الدنيا، فلا يقف الأدون إلا بعد وقوف الأكبر،
Di antara adab-adabnya yaitu hendaklah seorang hamba tidak menghadap kepada Tuannya kecuali setelah orang yang lebih mulia darinya secara umum telah menghadap. Orang-orang yang ahli menghadap kepada raja-raja dunia pun demikian, mereka yang derajatnya lebih rendah tidaklah menghadap kecuali setelah orang yang lebih tinggi derajatnya telah menghadap.
وقد كان سيدى على الخواص رحمه الله تعالى إذا جاء إلى الجامع لصلاة الصبح ولم ير فى الجامع أحدا يقف على بابه خاضعا ذليلا ويقول : "مثلى لا يدخل إلى حضرة سيده الخاصة إلا تبعا لغيره"
Adalah tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullalhu Ta’ala, apabila beliau datang ke masjid untuk shalat subuh, dan di sana tidak terlihat seorangpun, maka beliau berdiri di depan pintu masjid dengan merendahkan diri dan merasa hina seraya berkata; “Seorang hamba seperti diriku tidaklah pantas menghadap kepada tuannya secara khusus melainkan karena mengikuti yang lainnya”.
(تنبيه)
ينبغى لمن ثقل عليه قيام الليل وترادف عليه الكسل أن يفتش نفسه، فربما يكون ذلك من وقوع فى المعاصى الباطنة كرياء وكبر وعجب وحقد وحسد ومكر وحب محمدة ودنيا وغير ذلك، فيبادر إلى التوبة من مثل ذلك، وإلا فعل الأمور المكفرة للذنوب فإن الذنوب إذا كفرت عن العبد فقد طهرت ذاته وما بقي لها مانع من الوقوف بين يدى ربها فى تلك المواكب الشريفة إلا عدم القسمة,
(Peringatan);
Seharusnya bagi orang yang merasa berat dan malas untuk qiyamullail, hendaklah ia meneliti dirinya sendiri, karena demikian itu terkadang di sebabkan oleh adanya maksiat-maksiat bathin seperti; riya’, sombong, ‘ujub, dendam, dengki, tipu daya, senang di puji, cinta dunia dan lain-lainnya, kemudian segeralah bertaubat dari hal semacam itu, atau mengerjakan pekerjaan yang dapat menghapus dosa-dosa. Karena sesungguhnya apa bila suatu dosa telah di hapus dari seorang hamba, maka jiwanya menjadi suci dan tidak tersisa lagi baginya perkara yang mencegahnya untuk hadir kehadapan Tuhannya dalam perkumpulan yang mulia tersebut, kecuali bila tidak mendapat bagian.
وكان سيدى أفضل الدين رحمه الله تعالى ونفعنا ببركته : إذا وجد فى قلبه شيئا من الأمراض الباطنة يترك قيام الليل ويقول : "أستحى أن أقف بذاتى المتلطخة بالقذر بين أصفياء الله تعالى"،
Tuanku Afdholud-Din -semoga Allah Ta’ala mengasihnya dan memberikan manfa’at kepada kita lantaran barakahnya- apa bila beliau mendapatkan suatu penyakit bathin dalam hatinya, beliau meninggalkan qiyamullail dan berkata; “Aku malu dengan jiwaku yang berlumur salah dan dosa untuk hadir di antara orang-orang suci pilihan Allah Ta’ala”.
وكان بعضهم إذا نام عن حضور الموكب الإلهى فى ليلة من الليالى يقول : "لك الفضل يا رب الذى لم توقف هذه الذات النجسة القذرة بين أهل حضرتك الطاهرين المطهرين".
Sebagian ‘ulama’ salaf apa bila pada suatu malam tertidur dari menghadiri perkumpulan Ilahiy beliau berkata; “Bagi-Mu-lah keutamaan wahai Tuhanku yang tidak membangkitkan jiwa yang najis dan kotor ini di antara para ahli hadir kepada-Mu yang suci dan di sucikan”
قلت : وهذا وإن كان فيه خير كثير من جهة هضم النفس فينبغى للعبد أن يندم ويحزن على فوات حظه من الوقوف بين يدى ربه تعالى فى تلك المواكب الشريفة وقت تفرق الغنائم، فاعلم ذلك يا أخى.
Aku (Syaikh As-Sya’raniy) berkata; Perkataan tersebut, walaupun di dalamnya banyak mengandung kebaikan bila di tinjau dari segi menghancurkan hawa nafsu, namun bagi seorang hamba tetap di anjurkan untuk menyesal dan bersedih atas hilangnya kesempatan untuk hadir kehadapan Tuhannya Ta’ala dalam perkumpulan yang mulia pada saat Allah membagi-bagikan rahmat-Nya.
Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar