Senin, 15 November 2021

wasiat ke 16 Selalu ingat allah

 Terjemahan kitab Minah assaniyyah


(Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani, dari wasiyat tuan gurunya yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy)



wasiat ke 16

Selalu ingat allah


(وَلَا تَغْفُلْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى)

“Janganlah engkau lalai dari mengingat Allah Ta’ala”


فقد قالوا : من نسي الله تعالى فقد كفر به,


Para ‘ulama’ berkata; “Barang siapa yang lalai dari mengingat Allah Ta’ala, maka ia benar-benar kufur kepada allah”


وقالوا : كل من تساهل بالغفلة ولم تكن عليه أشد من ضرب السيوف فهو كاذب لا يجيء منه شيء فى الطريق،


Para ‘ulama’ berkata; “Setiap orang yang meremehkan lalai dari mengingat Allah Ta’ala, sedangkan itu tidak terasa lebih berat baginya dari pada tusukan pedang, maka ia adalah pendusta, sedikitpun ia tidak akan dapat menempuh jalan menuju Allah”

(Penjelasan admin:

Maksudnya adalah

Pasti akan terasa berat perkara perjalananya bagi orang yang lupa pada allah, orang yang sudah wusul pada Allah lalu kembali terhijab karna kelalaianya atau karna suatu dosa maka dia akan terasa tersiksa, bagaikan musyafir yang di tengah perjalanya tiba tiba mengalami kebutaan mata, sementara perjalanan Masi jauh dan tetap harus di tempuh tapi matanya telah buta, tidak Ada yang menuntun, dan Tampa alat bantu seperti tongkat, jangankan untuk meneruskan perjalanan, bahkan mencari tongkat saja dia tidak mampu. Tapi karna perjalanan harus di teruskan Maka Dia berjalan dengan merangkak sambil meraba raba jalan dengan tanganya.

Sambil menangis, menjerit, memanggil manggil Allah dan rosulnya, "ya allah, ya rosul di mana engkau, tolonglah aku"

Sebab rosul selalu menuntun, dan Allah selalu menerangi jalanya, tapi tiba tiba mereka tidak tampak, tidak terlihat, yang terlihat hanya kegelapan,

Pengalaman seperti ini pasti telah di rasakan oleh orang orang yang telah wusul, sedangkan orang yang belum wusul maka dia tidak tau seberapa berat penderitaan orang yang lalai mengingat allah atau kembali terhijab, bagaikan orang yang sejak lahir mengalami kebutaan, maka sudah terbiasa dengan kesengsaraan itu, dan mereka yang berada dalam keadaan seperti itu justru merasa bahwa mereka benar karna mata batin mereka buta, tidak perna memandang Allah dan kebenarnyaNya walau hanya satu kali.

Tapi bagi orang yang sudah akrab dengan Allah, selalu memandang allah di manapun maka lalai ataupun kembali terhijab itu adalah laksana neraka bagi mereka, dan memang butanya mata batin itu adalah neraka dunia, jika di dunia saja sudah masuk neraka maka pasti di akhirat menjadi mustahil masuk ke syurga. Karna yang buta mata batin berarti tidak menyaksikan ke-esahan allah, sehingga ketika mengucapkan 2 kalimat syahadat maka dia hanya dusta belaka sehingga Islamnya tidak syah, sangat tepat bagi nabi Khidir yang mengucapkan Awaludin makrifatullah "awal beragamanya seseorang adalah ketika dia melihat allah"

Yaitu menyaksikan ke-esahanya karna mata hatinya tidak buta dan tidak juga lalai dari mengingatnya).

Kembali ke terjemahan kitab:



وقالوا : إذا ترك العارف الذكر نفسا أو نفسين قبض الله تعالى له شيطانا، فهو له قرين، وأما غير العارف فيسامح بمثل ذلك ولا يؤاخذ إلا فى مثل درجة أو درجتين أو زمن أو زمنين أو ساعة أو ساعتين على حسب المراتب .


Dan Para ‘ulama’ berkata; “Apa bila seorang ‘Arif meninggalkan berdzikir dalam satu atau dua hembusan nafas, maka Allah Ta’ala akan menguasakannya kepada syaitan hingga ia berkawan dengannya. Sedangkan selain orang ‘Arif mendapat keringanan dari hal semacam itu, dan tidak akan dikenakan sangsi sebatas satu atau dua derajat, satu atau dua masa, satu atau dua jam sesuai dengan tingkatannya masing-masing”.


وقد روى الشيخان : قال الله تعالى : "أنا عند ظن عبدى بي وأنا معه إن ذكرنى، فإن ذكرنى فى نفسه ذكرته فى نفسي، وإن ذكرنى فى ملإ ذكرته فى ملإ خير من ملائه...".


Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Allah Ta’ala berfirman; “Aku menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang, maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari”.


وروى ابن حبان : "أكثروا ذكر الله تعالى حتى يقولوا مجنون".


Ibnu Hibban meriwayatkan; “Perbanyaklah oleh kalian berdzikir kepada Allah Ta’ala sehingga orang-orang menganggapmu orang gila”


وروى مسلم والنسائ والبزار : "ألا أنبئكم بخير أعمالكم وأزكاها عند مليككم وأرفعها فى درجاتكم وخير لكم من إنفاق الذهب والورق وخير لكم من أن تلقوا عدوكم فتضربوا أعناقهم ويضربوا أعناقكم؟ قالوا : بلى  . قال : ذكر الله عز وجل".


Imam Muslim, Nasa’i dan Al-Bazzar meriwayatkan; “Maukah kalian aku beritahu suatu amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci di sisi Raja (Tuhan) kalian, paling tinggi derajatnya, lebih baik bagi kalian dari pada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian dari pada bertemu dengan musuh kalian kemudian kalian memenggal leher mereka, dan mereka memenggal leher kalian?" Mereka menjawab; Ya, wahai Rasulallah. Beliau bersabda; “Berdzikir kepada Allah Ta'ala”.


وروى الطبرنى : "ليس يتحسر أهل الجنة إلا على ساعة مرت بهم ولم يذكروا الله تعالى فيها".


Imam Thabrani meriwayatkan; “Tidak akan ada penyasalan bagi ahli surga kecuali suatu waktu yang mereka lewatkan dan mereka tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala pada waktu itu”.


وروى أيضا : "من لم يذكر الله تعالى فقد برئ من الإيمان".


Imam Thabrani juga meriwayatkan; “Barang siapa tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka ia benar-benar terlepas dari iman”.


وروى أيضا : "مثل الذى يذكر ربه والذى لا يذكر مثل الحي والميت".


Imam Thabrani juga meriwayatkan; “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati”.


وروى أيضا : "يقول الله تعالى :"ياابن آدم إنك إذا ذكرتنى شكرتنى وإذا نسيتنى كفرتنى"".


Dan Imam Thabrani juga meriwayatkan; “Allah Ta’ala berfirman; “Wahai anak Adam! Sesungguhnya apa bila engkau berdzikir kepada-Ku, maka engkau telah bersyukur kepada-Ku, dan apa bila engkau lupa kepada-Ku, maka engkau telah kufur kepada-Ku”


قالوا : وهذاالنسيان يطلق على نسيان غفلة الجهل بالله تعالى والإشراك به، وعلى نسيان غفلة الإعراض عن الله تعالى وطريقه، وكلاهما مذموم .


Para ‘ulama’ berkata; Yang di maksud lupa di sini adalah; Lupa karena bodoh terhadap Allah Ta’ala dan menyekutukan-Nya, dan lupa karena berpaling dari Allah Ta’ala dan jalan menuju kepada-Nya, yang keduanya merupakan perbuatan tercela”

(Penjelasan admin:

Lupa dalam arti terhijabnya atau kembali terhijabnya hamba pada allah, atau lupa dalam arti tidak ingat itu sama saja, sebab:

Lupa karna hijab itu adalah karna batin terhijab sehingga tidak melihat allah, karna tidak melihat Allah itulah maka otak akan ikut lupa, tidak ingat pada allah,

Sebab jika batin sedang melihat allah, maka bagaimana mungkin otak bisa tidak ingat pada allah).

Kembali ke terjemahan kitab:


وروى الترمذى : "إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا" قالوا : يا رسول الله وما رياض الجنة؟ قال : "حلق الذكر".


Imam At-Turmudzi meriwayatkan; “Jika kalian melewati taman-taman surga, nikmatilah”, para shahabat bertanya; “Wahai Rasulallah, apakah yang di maksud taman-taman itu?”, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda; “Yaitu majlis-majlis dzikir”.


وروى أيضا : "من صلى الصبح فى جماعة ثم قعد يذكر الله تعالى حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة تامة تامة".


Imam At-Turmudzi juga meriwayatkan; “Barang siapa shalat shubuh berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga terbit matahari, kemudian shalat dua raka’at, maka baginya pahala seperti pahala hajji dan ‘umrah secara utuh dan sempurna”.


وروى البزار : "ذاكر الله تعالى فى الغافلين بمنزلة الصابر فى الفارين".


Al-Bazzar meriwayatkan; “Orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan orang-orang yang lalai, kedudukannya seperti orang yang sabar (tidak lari) dalam pertempuran di saat pasukan lainnya melarikan diri”.


وروى أيضا : "ما من قوم جلسوا مجلسا وتفرقوا عنه ولم يذكروا الله تعالى فيه إلا كأنما تفرقوا عن جيفة حمار، وكان عليهم حسرة يوم القيامة".


Al-Bazzar juga meriwayatkan; “Tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu perkumpulan, lalu berpisah darinya, sedangkan mereka tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala dalam perkumpulan itu, kecuali seakan-akan mereka telah berpisah dari bangkai himar, dan majlis tersebut akan menjadi kerugian bagi mereka kelak pada hari kiamat”.


وروى ابن أبى شيبة : "ما من آدمي إلا ولقلبه بيتان : فى أحدهما الملك، وفى الآخر الشيطان، فإذا ذكر الله تعالى خنس، وإذا لم يذكر الله تعالى وضع الشيطان منقاره فى قلبه ووسوس له".


Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan; “Tidaklah anak Adam memiliki hati kecuali dalam hatinya ada dua rumah, yang satu di tempati malaikat dan yang satu lagi di tempati syaitan, lalu apa bila ia berdzikir kepada Allah Tta’ala, syaitan akan pergi dan apa bila ia tidak berdzikir kepada Allah Tta’ala, syaitan akan meletakkan paruhnya dalam hatinya (mengausai hatinya) dan menggangunya”


وروى ابن حبان : "سيعلم أهل الجمع من أهل الكرم"، قيل : ومن أهل الكرم؟ قال : "أهل مجالسة الذكر".


Ibn Hibban meriwayatkan hadis; “Semua orang yang berkumpul di padang mahsyar akan di beritahukan tentang orang yang mulia”. Beliau di tanya; “Siapakah orang yang mulia itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab; “Orang yang selalu berada dalam majlis dzikir”.


وروى أبو داود : "لأن أقعد مع قوم يذكرون الله تعالى من صلاة الغداة حتى تطلع الشمس أحب إلي من أن أعتق أربعة من ولد إسماعيل".


Abu Dawud meriwayatkan; “Sungguh, aku duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah Ta'ala dari shalat shubuh hingga terbit matahari adalah lebih aku sukai dari pada aku membebaskan empat anak cucu Isma'il. Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah dari Shalat 'Ashar hingga matahari tenggelam adalah lebih aku sukai dari pada aku membebaskan empat orang budak”


وروى الإمام أحمد : "غنيمة مجالس الذكر الجنة".


Imam Ahmad meriwayatkan; “Hasil rampasan majlis-majlis dzikir adalah surga”


قال الشيخ عز الدين بن عبد السلام رحمه الله تعالى : وهذا الحديث وأمثاله يلحق بدرجة الأمر، لأن كل فعل مدحه الشارع أو مدح فاعله لأجله أو وعد عليه بخير عاجل أو آجل فهو مأمور به، لكنه تردد بين الإيجاب والندم، والأحاديث فى فضل الذكر كثيرة، فاعلم ذلك يا أخي ولا تترك الذكر (وَلَوْ مَعَ الْغَفْلَةِ)،


Syaikh ‘Izzuddin bin ‘Abdus-Salam rahimahullahu Ta’ala berkata; Hadits ini dan sesamanya, derajatnya di samakan dengan perintah, karena setiap perbuatan yang di puji syari’ (pembuat undang-undang), atau syari’ memuji pelakunya lantaran perbuatannya, atau syari’ berjanji akan memberi kebaikan baik di dunia maupun nanti di akhirat, adalah merupakan perkara yang di perintahkan, namun antara perintah wajib dan sunnatnya belum bisa di pastikan (sebelum ada dalil yang jelas yang mendukung terhadap perintah tersebut). Dan hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan dzikir sangat banyak, maka ketahuilah itu wahai saudaraku, dan janganlah engkau menunggalkan dzikir “sekalipun dalam keadaan lalai”


قال الإمام سهل رحمه الله تعالى : سيروا إلى الله تعالى عرجا ومكاسير ولا تنتظروا الصحة فإن انتظار الصحة بطالة .


Imam Sahl rahimahullahu Ta’ala berkata; “Berangkatlah engkau menuju Allah Ta’ala walau dalam keadaan pincang atau patah anggota tubuhnya, janganlah engkau menunggu sehat, karena menunggu sehat adalah perbuatan sia-sia”


وقال صاحب الحكم : لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله تعالى فيه، لأن غفلتك عن وجود ذكره اشد من غفلتك مع وجود ذكره، وعسى أن يرفعك من ذكر مع وجود غفلة إلى ذكر مع وجود يقظة ومن ذكر مع وجود يقظة إلى ذكر مع وجود حضور، ومن ذكر مع وجود حضور إلى ذكر مع غيبة عما سوى المذكور وما ذلك على الله بعزيز . فاعلم ذلك يا أخى .


Penulis kitab “Al-Hikam” (Imam Ibnu ‘Athoillah As-Sakandariy rahimahullahu Ta’ala) berkata; “Janganlah engkau meninggalkan dzikir hanya karena ketidak hadiran hatimu di hadapan Allah Ta’ala dalam berdzikir, sebab kelalaianmu dari berdzikir kepada-Nya adalah lebih buruk dari pada kelalaianmu dalam berdzikir kepada-Nya. Semoga Allah berkenan mengangkat derajatmu dari dzikir yang penuh dengan kelalaian menuju dzikir yang penuh dengan kesadaran, dari dzikir yang penuh dengan kesadaran menuju dzikir yang penuh dengan hadirnya hati, dan dari dzikir yang penuh dengan hadiranya hati menuju dzikir yang mentiadakan segala sesuatu selain-Nya, dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah sulit”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar