Perubahan di Babussalam
1. Bidang Sarana Fisik.
Setelah Syaikh Abdul Wahab Rokan menetap di Langkat dan Sultan memberikan
tanah seluas yang diperlukan, pada tahun 1300/ 1883 didirikan desa Babussalam, sebelah
barat kota Tanjung Pura, di hulu sungai Batang Serangan.
Dalam perkembangan selanjutnya sebutan Babussalam lambat laun berubah menjadi
Basilam, sebagai perkembangan pemudahan ucapan. Pada waktu itu Babussalam merupakan
salah satu pusat utama tarekat Naqsyabandiyah Indonesia, dan barang kali yang terbesar.32
Syaikh Abdul Wahab Rokan bersama muridnya membuka perkampungan baru
Babussalam dengan langkah awal yang dilakukan ialah mendirikan sebuah musala
sederhana terbuat dari kayu yang berukuran 10 x 16 depa (lebih kurang 15 x 24 meter).
Selain sebagai tempat salat, bangunan ini juga dijadikan sebagai tempat suluk, zikir, wirid
dan pendidikan serta tempat bermusyawarah. Kemudian dalam perkembangan berikutnya, barulah dibangun rumah suluk untuk laki-laki dan wanita, rumah fakir miskin, dan
tempat penampungan anak yatim.
Setelah perkembangan penduduk Babussalam demikian besar, musala yang lama
tidak mampu lagi menampung jamaah. Pada tahun 1320/1902 Madrasah Besar didirikan
oleh Syaikh Abdul Wahab Rokan sebagai pengganti musala yang dibangun pada tahun
1300/1882 yang berukuran kecil. Madrasah Besar yang baru ini berukuran 25x52 meter,
terdiri dari tiga tingkat masing-masing tingkat mempunyai fungsi sendiri. Walaupun
namanya madrasah tetapi memiliki fungsi sama dengan mesjid yaitu untuk tempat salat
dan mengaji.33 Selain madrasah besar, dibangun pula rumah suluk yang memiliki peran
penting dalam kegiatan persulukan. Rumah suluk tidak hanya berperan sebagai tempat
tinggal atau tempat beristirahat para pengikut suluk, tetapi juga sebagai tempat di mana
proses penyucian jiwa berlangsung. Di rumah suluk diadakan latihan dalam bentuk pelak-
sanaan zikir sesuai dengan ajaran yang dikembangkan. Karena itulah bangunan ini
menjadi prioritas penting. Sejak awal berdirinya persulukan Babussalam terdapat dua
bangunan rumah suluk, satu buah untuk laki-laki dan satu lainnya untuk wanita.
Kegiatan suluk semasa Syaikh Abdul Wahab Rokan sampai sekarang selalu ada, kendati
jumlahnya mengalami pasang surut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar