Kamis, 25 November 2021

Pendidikan dan Perjalanan Hidup


Seperti kebanyakan anak-anak semasanya, pendidikan awal Abu Qasim di mulai dengan memasuki pendidikan agama. Untuk tujuan ini Abu Qasim belajar kepada seorang ulama terkenal dari Sumatera Barat yang bernama Haji Muhammad Saleh.10🔸setelah mengikuti pendidikan beberapa tahun, Abu Qasim melanjutkan pelajaran kepada guru lainnya di Tembusai, yaitu Maulana Syaikh Haji Abdul Halim saudara dari yang Di pertuan Besar Sultan Abdul Wahid Tembusai dan Syaikh Muhammad Saleh Tembusai, dua ulama tersohor di negeri Tembusai, Rokan, Riau. Abu Qasim menghabiskan lebih kurang tiga tahun untuk mendalami, ilmu nahwu, sharaf, mantik, tauhid, tafsir, hadis. Di antara buku yang dibacanya adalah kitab Fath al-Qarîb, Minhâj al-Thalibîn, Iqna’, dan Tafsîr al-Jalalain.11🔸Kedalaman ilmunya dalam bidang fiqih menyebabkan beliau diberi gelar “faqih”, dan karena itu, panggilannya berubah menjadi Fakih Muhammad.12🔸Perolehan gelar ini tidak membuat Abu Qasim puas. Dengan bantuan ayah angkatnya, Haji Bahauddin, Abu Qasim berangkat ke Makkah. Di kota suci Makkah Fakih Muhammad meneruskan studinya dan berguru kepada beberapa ulama kenamaan, seperti:

Syaikh Muhammad Yûnus bin ‘Abd al- Rahmân Batubara, 

Syaikh Zain al-Dîn Rahwa,  

Rukn al-Dîn Rahwa (yang berasal dari Indonesia),

Syaikh Muhammad Hasbullâh, Syaikh Zaini 

Dahlan-mufti mazhab Syafi’i.

Setelah menyelesaikan studinya di Makkah, beliau kembali ke kampung halamannya di Kubu, Tembusai, Riau. Di sana ia mulai menyampaikan dakwah dengan mengajarkan tauhid, fiqih dan ajaran tarekat Naqsyabandiyah. Untuk pusat kegiatan dakwahnya beliau membangun sebuah perkampungan yang disebut Kampung Mesjid. Kampung ini menjadi basis penyebaran agama Islam. Dari hasil dakwahnya ini, beberapa raja Melayu di pesisir Pantai Timur Sumatera Utara seperti Panai, Kualuh, Bilah, Asahan, Kota Pinang, Deli dan Langkat selalu mengundang Syaikh Abdul Wahab Rokan untuk berceramah di lingkungan dan kalangan istana. Sultan Musa Mu’azzamsyah dari Kesultanan Langkat menjadi pengikut tarekat Naqsyabandiyah yang setia sehingga ia diangkat menjadi khalifah. Kendati Syaikh Abdul Wahab Rokan mendalami tarekat, namun Ia hidup secara wajar, beliau juga berumah tangga dan memiliki keturunan. Bahkan Syaikh Abdul WahaRokan memiliki lebih dari satu orang istri. Ketika wafat pada tahun 1926, beliau didampingi oleh seorang istrinya yang bernama Siti yang berasal dari Batu Pahat, Malaysia. 

Kehadirannya sebagai ulama yang disegani dan yang selalu mendapat dukungan dari raja-raja Melayu, membuat Belanda mencurigai gerak-gerik Syaikh Abdul Wahab Rokan yang mengakibatkan ia tidak merasa nyaman lagi tinggal di daerah Rantau Binuang, akhirnya ia pun pindah ke Kualuh (Labuhan Batu) atas permintaan Sultan Ishak penguasa Kerajaan Kualuh, di sana ia membuka perkampungan sebagai pusat dakwahnya yang namanya sama dengan perkampungan di Kubu yaitu Kampung Mesjid. Setelah Sultan Ishak wafat, posisinya digantikan adiknya yang bernama Tuanku Uda, tetapi sangat disayangkan, Tuanku Uda kurang simpati kepada Syaikh Abdul Wahab Rokan. Sementara itu, Sultan Musa penguasa Kerajaan Langkat justru sangat mengharapkan agar Syaikh Abdul Wahab Rokan pindah ke Langkat. Setelah bermusyawarah dengan para muridnya, ia memutuskan untuk pindah ke Langkat, meninggalkan Kualuh. Di Langkat, tepatnya tahun 1300/1882, ia mulai membangun perkampungan dan pusat persulukan tarekat Naqsyabandiyah yang bernama Babussalam. Sesuai dengan sunnatullah, ada masa muda, tua dan akhirnya meninggalkan dunia yang fana. Tiga tahun setelah menerima bintang kehormatan, pada tanggal 21 Jumadil Awal 1345/ 27 Desember 1926, semua perjuangan berakhir, dan Syaikh Abdul Wahab Rokan wafat dalam usia 115 tahun.13

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

10🔸Seorang ulama terkenal asal Minangkabau ahli dalam seni baca al-Qur’an (qari’). Sampai akhir hayat beliau mengajar al-Qur’an dengan tekun, meninggalkan ribuan murid, termasuk Abu Qasim. Karena kewarakannya sampai wafat ulama ini tidak berumah tangga, karena menurutnya, sulit mencari isteri yang benar-benar sebagai wanita saleh. Hal ini diilustrasikan seperti mencari seekor burung gagak putih di tengah-tengah kumpulan gagak hitam. Karena itu, banyak sekali suami masuk neraka karena isteri. Ibid., h. 20. 

11🔸Ibid., h. 24. 

12🔸Pemberian gelar ini dilakukan melalui acara resmi, di hadapan suatu majelis, yang dihadiri khalayak ramai. Fakih berarti orang yang ahli dalam hukum fiqih atau sarjana hukum Islam. Gurunya melantik dengan ucapan: “Ikhwanul Muslimin, Abu Qasim bin Abdul Manap Tanah Putih, mulai sekarang ini alhamdulillâh di dalam penglihatan gurunya, dialihkan namanya dan di kurniai gelar dengan nama Tuan Fakih Muhammad bin Abdul Manap Tanah Putih berkat al-Fatihah”. Ibid., h. 24-25.

13🔸 Fuad Said, Syekh Abdul Wahab, h. 149.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar