Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah
(Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)
bab 5: para tokoh sufi
judul 5. Ibrahim bin Adham
Abu Ishaq – Ibrahim bin Adham bin Manshur (1616 H.778 M.), dari daerah Balkh. (Balkh adalah daerah di bawah kekuasaan Khurasan, yang kemudian menjadi pusat kebudayaan dan keagamaan masa kerajaan Thakharistan. Di buka oleh Ahmad bin Qais pada tahun 653m).
Ibrahim merupakan salah seorang anak raja. Suatu hari ia keluar untuk berburu. Ia sangat menginginkan memburu kelinci. Lalu ada sebuah bisikan, “hai Ibrahim, apakah untuk itu engkau di ciptakan? Apakah dengan (perburuan) itu engkau di perintah?” Kemudian bisikan itu muncul kembali, “Tidak untuk itu engkau di ciptakan, dan tidak pula untuk tindakan demikian di perintahkan”
Ibrahim langsung turun dari kudanya. Ia menemui penggembala yang bekerja untuk ayahnya. Baju wol penggembala itu di ambil dan di pakai. Sementara kuda dan apa yang di milikinya di berikan kepada penggembala itu. Ia pergi melintasi padang pasir, sampai masuk di Mekkah. Di sana ia berguru kepada Sufyan ats-Tsaury dan al-Fudhail bin ‘Iyadh. Akhirnya bermukim di Syam dan meninggal di sana.
Ibrahim makan dari hasil jerih payahnya sendiri, seperti bekerja sebagai pemanen perkebunan dan pekerjaan lain di kebun-kebun, serta yang lainnya. Suatu ketika ia pernah di padang pasir berjumpa seseorang yang mengajari Asma Allah Yang Agung. Kemudian ia berdoa dengan Asma Allah tersebut, setelah itu tiba-tiba melihat Khidhr, a.s. yang berkata kepadanya, “Orang yang mengajarimu Asma Allah Yang Agung itu adalah saudaraku Daud” Kami mendapatkan kisah ini dari Abu Abdurrahman as-Sulamy, “Ibrahim bin Bisyar berkata:
“Aku belajar kepada Ibrahim bin Adham, dan aku bertanya kepadanya, “Kabarkanlah tentang awal mula perjalanan ruhanimu!” Lalu Ibrahim menyebutkan kisah tersebut”
Doa yang sering di baca adalah: “Ya Allah, pindahkanlah diriku dari kehinaan maksiat kepada-Mu menuju keagungan taat kepada-Mu!”
Suatu ketika ia pernah berkata kepada seseorang yang sedang thawaf, “Ketahuilah, Anda tidak akan memperoleh derajat orang-orang saleh, sampai Anda melampaui enam langkah ini:
Pertama, Anda menutup pintu nikmat dan membuka pintu bencana.
Kedua : Anda menutup pintu kemuliaan dan membuka pintu kehinaan.
Ketiga: Anda menutup pintu istirahat dan membuka pintu ketekunan.
Keempat: Anda membuka pintu tidur dan membuka pintu jaga.
Kelima: Anda menutup pintu kekayaan dan membuka pintu kefakiran.
Keenam: Anda menutup pintu angan-angan dan membuka pintu persiapan kematian”
Suatu hari Ibrahim sedang menjaga tanaman anggur. Seorang tentara lewat, dan meminta, “Berikan kami anggur itu!” Ibrahim menjawab, “Pemiliknya tidak menyuruhku memberikan kepada Anda” Seketika itu pula tentara tadi memukul Ibrahim dengan cemetinya. Namun demikian Ibrahim justru menyodorkan kepalanya, sembari berkata, “Pukullah kepalaku yang selalu maksiat kepada Allah swt ini” Tentara itu pun lunglai dan pergi berlalu begitu saja.
Sahl bin Ibrahim berkata:
“Aku bertemu dengan Ibrahim bin Adham, lantas aku sakit. Ia memeberikan nafkahnya untuk diriku. Suatu saat aku ingin sekali pada sesuatu, lantas Ibrahim menjual kudanya, dan uangnya di berikan kepadaku. Ketika aku ingin minta penjelasan, “Hai Ibrahim, mana kudanya? Ia menjawab, ‘Sudah ku jual!’ Ku katakan, ‘Lantas aku naik apa?’ Di jawabnya, “Saudaraku, engkau naik di atas leherku.’ Dan benar, sepanjang tiga pos ia menggendongku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar