Senin, 08 November 2021

0536. Abdurrahman Ad-Darany

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah

(Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul ke 36. Abdurrahman Ad-Darany



Abu –Sulaiman – Abdurrahman bin Athiyah ad-Darany (wfat 215 H./830 M.), dari desa Daran, salah satu wilayah di Damaskus (Irak).


Di antara ucapannya:


“Barang siapa berbuat kebajikan sepanjang hari, akan di cukupi di malam hari. Barang siapa berbuka kebajikan di malam hari, di cukupi siang harinya. 

Siapa yang meninggalkan syahwat, Allah swt akan menghilangkan syahwat itu dari hatinya, dan Maha Pemurah dari sekedar menyiksa hati karena adanya syahwat yang di tinggalkan demi menuju kepada-Nya”


“Bila dunia mendiami hati, akhirat akan berlalu dari hati”


Al-Junayd mengatakan bahwa Abu Sulaiman berkata: “Terkadang beberapa dalam hatiku ada cacian yang menjadi cacat kaum Sufi. Aku tidak menerimanya kecuali dengan dua saksi yang adil: Kitab dab Sunnah”


“Amal paling utama adalah kontra dengan nafsu”


“Setiap sesuatu ada ilmunya. Sedangkan ilmu kehinaan adalah meninggalkan tangisan”


“Setiap sesuatu ada karatnya. Sedangkan karat cahaya hati adalah perut yang kenyang”


“Setiap kesibukan yang menjauhkan manusia dari Allah swt. baik kesibukan keluarga, harta benda dan anak, baginya adalah keburukan”



Ahmad Abdul Khawary berkata:

“Suatu hari, aku memasuki rumah Abu Sulaiman, ketika itu ia sedang menangis. “Mengapa Anda menangis? Tanyaku. “Wahai Ahmad, bagaimana aku tidak menangis? Ketika malam gelap gulita dan mata mulai terlelap, sementara setiap kekasih menyendiri dengan kekasihnya. Para pecinta menggelar langkahnya, sedang air mata mereka mengalir pada pipi-pipinya, menetes di mihrab-mihrabnya, maka Allah swt. Yang Maha Agung memanggil, Wahai Jibril, demi pandangan-Ku, siapa yang menikmati Kalam-Ku, dan meringankan diri untuk dzikir kepada-Ku sungguh Aku benar-benar melihat mereka dalam kesunyian mereka. Aku mendengar bisikan-bisikan lembut mereka, dan aku melihat tangis mereka.


Mengapa engkau tidak memanggil mereka wahai Jibril: Apakah tangisan semacam itu? Apakah engkau pernah melihat sang kekasih menyiksa kekasih kekasihnya? Atau bagaimanakah Aku menyiksa mereka, sedangkan gelap gulita malam membuat mereka justru memadu kasih kepada-Ku, untuk-Ku. Aku bersumpah, sesungguhnya mereka, bila datang di hari Kiamat kelak, Aku benar-benar akan membuka Wajah-Ku Yang Pemurah bagi mereka, sampai mereka memandang Ku dan Aku memandang mereka”


Abu Sulaiaman berkata:

“Suatu malam yang dingin aku berada di mihrab. Aku di cekam oleh kedinginan sehingga salah satu tanganku ku sembunyikan untuk menghindari rasa dingin. Tangan yang lain keluar. Tiba-tiba mataku terserang kantuk yang hebat. Dan aku pun terlelap. Lalu terdengar bisikan: “Wahai Abu Sulaiman, Kami telah menempatkan tangan itu terhadap apa yang menimpanya.


Kalau pun yang lain ada Kami akan menempatkan di dalamnya. ”Lalu aku berjanji pada diri sendiri, untuk tidak berdoa, kecuali kedua tanganku keluar, baik di musim panas ataupun musim dingin”


Katanya pula: “Aku tertidur ketika sedang wirid. Tiba-tiba aku berjumpa bidadari, yang berkata kepadaku: “Engkau tidur, sedang aku menunggumu dalam penantian selama lima ratus tahun”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar