terjemahan kitab
Al Mawafiq Wal Mukhotobat
(Asy Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri)
Bab 05 Huruf
Allah berseru kepada hamba-Nya.
Huruf dirangkai menjadi perkataan, dari perkataan menjadi pendapatan; Pendapatan bersama dengan perkataan akan menjadi bilangan. Pendapatan disatukan dengan bilangan perkataan, dan bilangan perkataan disatukan dengan bilangan pendapatan menimbulkan kekuatan magis. Dan atas dasar hukum “Peringatan” hal yang demikian adalah masuk dalam kekufuran.
Hukum bilangan kata adalah hukum bantah-membantah (sengketa) yang satu berlawanan dengan yang lain, hal demikian membawa kepada kepiluan dan kecemasan, hal yang demikian adalah kemustahilan belaka dan menjadikan ketergantungan dan ke guncangan.
Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat dan Af’al (perbuatan-perbuatan) adalah hijab belaka atas Zat Ilahiat. Karena sesungguhnya Zat Illahiat itu tidak dapat menerima pembatasan. Zat Illahiat itu berada pada tingkat ketinggian, sedang pelepasan (Penanggalan - Tajrid) dan Asma’ dan Sifat adalah urut-urutan yang menurun (Tanazzilat).
Asma’ dengan zat asmanya berdiri tanpa perbuatan, asma’ dapat berbuat hanya dikarenakan Zat Allah semata. Dan sesungguhnya persoalannya berkisar bagaikan perkakas dan alat-alat. Dan Huruf di dalam Surga adalah merupakan alat-alat dan perkakas.
Para Malaikat yang membangun Mahligai-mahligai dan memancarkan sumber-sumber mata air, yang menciptakan makanan-makanan dan menyediakan minuman-minuman, kesemuanya adalah huruf. Dan huruf itu adalah Maqam (kedudukan) yang diberikan kepada para Malaikat, dan para Malaikat tiada kesanggupan untuk melampauinya (melangkah lebih dari batas yang di tugaskan padanya).
Adapun manusia, maka ia memperoleh kesanggupan untuk lewat melalui dan melangkah serta melampaui lalu keluar darinya agar bisa sampai pada maqam bersanding “Kedudukan bertetangga dekat” kepada Zat Illahiat sepenuhnya.
Allah berseru kepada hamba-Nya:
“Huruf itu sifatnya lemah, tidak berkesanggupan untuk memberitakan tentang dirinya, apalagi memberitakan tentang-Ku.
Akulah pencipta huruf dan mahruf – apa yang diberitakan oleh huruf.
Aku jadikan dari rangkaian huruf itu menjadi Asma, dan susunannya menjadi bahasa dan beberapa ibarat agar dengannya manusia yang menjadi penghuni alam ini dapat berbicara. Jangan dilupakan bahwa kesemuanya ini Aku yang menjadikan dan Aku berada di atas segala.
Apa yang Aku ciptakan sebagaimana halnya huruf, tidaklah mempunyai kemampuan hukum apapun atas Ku dan tiada menyentuh sedikit pun atas Zat Ku”.
Telah kukatakan kepada huruf dengan gaya huruf itu sendiri, maka tiadalah lisan (penyalur huruf) itu dapat menyaksikan Daku dan tiadalah Aku dikenal oleh huruf itu.
“Barangsiapa yang telah kucintai dari para penyanding-penyanding Ku dan pencinta-pecintaKu, maka Aku pun berkenan berkata-kata kepadanya, kata-kataku tanpa ibarat (tanpa bahasa dan tanpa rangkaian huruf) Dan orang itu pun akan di ajak bicara oleh batu-batu dan bata-bata, dan bagi orang itu cukup mengatakan terhadap sesuatu “Jadilah” maka “Jadi”
Andaikan Ku katakan dengan pengibaratan tentu saja ucapan Ku itu akan di kembalikan oleh pengibaratan itu pada diri pengibaratan itu tentang apa-apa yang di ibaratkan dan dengan apa-apa yang di ibaratkan. Dan pastilah hal yang demikian menjadikan tirai dinding (hijab) karena kembalinya itu dan sekalipun yang mana berarti tidak dapat berbuat apa-apa”.
Allah berseru kepada seorang bijak (yang sudah mencapai pengenalan sejati):
“Enyahkan jauh-jauh dari dirimu segala apa yang engkau lihat, lepaskan dirimu dari daya tarik apapun dan dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama dari rangsangan-rangsangan. Keluarlah engkau dari ilmu pengetahuan, amal-amalmu, pengenalan ma’rifatmu, bahkan dari dirimu dan namamu sekalipun. Keluarlah engkau dari huruf dan mahruf.
Lemparkan segala pengibaratan ke belakang punggungmu dan campakan arti makna ke belakang ibarat, dan lemparkan pendapat ke belakang arti makna dan masuklah engkau seorang diri (tunggal), niscaya engkau akan melihat Aku sendiri. (Itulah kebenaran pandangan mata hati) Selanjutnya untuk mencapai tingkat yang demikian bagi si salik (orang yang berjalan menuju kepada Allah) memerlukan melepas-bebaskan dirinya dari segala sesuatu, baik pengetahuannya, amal perbuatannya, sifatnya bahkan diri dan namanya dalam arti keluar dari kebanggaan diri.
Jangan hendaknya sampai terucapkan dari lisanmu “Aku si anu yang telah mencapai derajat demikian, aku adalah seorang arif yang bijak, yang berilmu dan yang telah membuat karangan-karangan”. Bukan hanya itu saja, tetapi ia harus keluar dari sihirnya, kalimat dan fitnahnya pengibaratan (atau ucapan) keluar dari tabiat dan keinginan-keinginan (syahwat). keluar dari adat istiadatnya, dan dari kesemuanya itu di kembalikan apapun yang ada pada dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (Semata). Ia harus mencuci tangannya (sebersih-bersihnya) baik dari pangkat dan kejayaannya serta kekuasaannya.
Itulah sebenarnya pelepasan atau penyucian diri yang wajib untuk dapat masuk ke Hadirat Illahi, dan itu adalah suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai oleh setiap orang, malainan oleh orang-orang tertentu saja.
Allah berseru kepada seorang yang Arif:
“Andaikan perjalananmu berhenti hanya sampai kepada huruf, lalu engkau di kuasai huruf huruf itu sebagaimana tawanan, dan terpengaruhlah oleh rahasia-rahasianya, dan tergoda oleh teka-tekinya, agar supaya engkau dapat merajalela atas manusia-manusia, niscaya akan Ku catat engkau dari golongan ahli sihir yang tidak berhasil, dan dari penyembah-penyembah huruf yang mereka itu adalah (terang-terangan) berlaku syirik kepada Ku mereka adalah penyembah-penyembah huruf, dan bukan menyembah Ku, dan mencari nama itu dari selain Ku”.
“(Bila) Aku memberitahukan kepadamu tentang rahasia huruf ( sementara kau belum fana), maka itu adalah suatu malapetaka yang gawat segawat-gawatnya.
Engkau dapat mengenal rahasia huruf, sedang engkau berada di dalam kemanusiaanmu, niscaya gilalah akal budimu. Engkau dapat mengenal rahasia Asma (Nama-nama), sedangkan engkau berada di dalam kemanusiaanmu, niscaya gilalah akal budimu.
Hai hamba!!
“Tiada ijin bagimu,
kemudian tiada ijin bagimu,
kemudian tujuhpuluh kali tiada ijin bagimu untuk membeberkan terhadap apa yang Aku percayakan kepadamu dari rahasia-rahasia huruf-Ku dan nama-nama Ku.
Dan bagaimana engkau masuk ke dalam khazanah Ku, dan bagaimana engkau mengambil dari huruf-huruf itu satu huruf dengan keperkasaan Ku dan Kekuasaan Ku, dan bagaimana engkau melihat Ku?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar