Kitab Tajul ‘Arus (Bab 1 "Itba' Rosul" )
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemahan Kitab
Tajul ‘Arus
Alhawiy li tahdzibin Nufus
Karya
Syeikh Ibnu ‘Atho’illah as Sakandari
Itba’/Mengikuti Rosul
Kamu tidak akan termasuk orang yang di telantarkan kecuali sebab kamu meninggalkan mengikuti Nabi Muhammad saw. Dan kamu tidak akan mendapatkan keluhuran derajat dihadapan Alloh, kecuali kamu mengikuti Nabi Muhammad saw.
Sedangkan mengikuti Nabi Muhammad saw itu ada dua macam:
1.Jaliyyah(Terang-terangan)
2.Khofiyyah(Sembunyi/samar).
1. Mengikuti Nabi secara Terang-terangan itu seperti: sholat, Puasa, zakat, Haji, Jihad dan lain-lain.
2. Mengikuti Nabi secara Khofiyah (Samar) yaitu: I’tiqodnya hati menghadap Alloh dalam sholatmu dan berfikir maknanya dalam membaca Al Qur’an. Jadi jika kamu mengerjakan ketaatan, seperti sholat dan membaca Al qur’an, akan tetapi kamu tidak merasa menghadap Alloh dalam sholatmu dan berfikir maknanya dalam membaca Al Qur’an. Ketahuilah, dalam dirimu itu ada penyakit yang tersembunyi(samar) yaitu penyakit takabur(sombong) atau ‘Ujub (membanggakan amalnya sendiri) atau penyakit-penyakit lainnya.
Alloh ta’ala telah berfirman yang artinya: “Aku akan membelokkan(menjauhkan) dari ayat-ayatKu atas orang-orang yang sombong dimuka bumi ini yang tidak punya hak(sombong)”. Jadi perumpamaan dirimu itu seperti orang yang sedang sakit panas, yang merasakan pahitnya gula. (padahal gula itu manis rasanya).
Maksiat yang menyebabkan rasa hina dan mengharapkan rahmat dari Alloh itu lebih baik daripada ketaatan yang menjadikan rasa agung dan sombong dalam hati. Alloh ta’ala telah berfirman yang menceritaka tentang Nabi Ibrahim ‘alaihi nabiyyina Muhammad afdhalus shalah wasallam, yang artinya: “Siapa saja orang yang mengikuti aku, orang itu menjadi bagian dari golonganku.” Pemahaman ayat ini, barang siapa yang mau mengikuti nabi Ibrahim, maka orang tersebut menjadi bagian dari golongannya Nabi Ibrahim.
Alloh ta’ala juga berfirman yang menceritakan Nabi Nuh alaihi wa ‘ala nabiyyinal musthofa azkas sholati wasallam, yang artinya: “ Sungguh anak lelaki ini sebagian dari keluargaku”. Lalu Alloh menjawab dengan firmannya: “ Alloh ta’ala berfirman Hai Nuh! Sesungguhnya dia(kan’an) itu bukan bagian dari keluargamu. Karena dia memiliki amalan yang tidak baik”.
Jadi yang di namakan mengikuti yaitu menjadikan orang yang mengikuti seperti bagian dari orang yang di ikuti. Walaupun yang diikuti orang lain. Seperti contoh sahabat Salman al farisi ra. Karena Nabi telah bersabda, : “Salman itu bagian dari keluargaku”. Sudah maklum bawa Sahabat Salman itu orang faris, akan tetapi sebab dia mengikuti Nabi. Nabi Muhammad bersabda tentang pribadi Salman, karena untuk mengajari umatnya, Bahwa mengikuti itu menyebabkan bertemu dan tidak mengikuti/ingkar itu menyebabkan perpisahan.
Alloh ta’ala sudah mengumpulkan semua kebaikan itu ada didalam rumah. Dan Alloh menjadikan kuncinya rumah itu berupa mengikuti Nabi Muhammad saw, maka dari itu berusahalah kamu untuk mengikuti Nabi saw. Dengan berqona’ah dari rizki yang diberikan Alloh kepadamu, zuhud, mengambil sedikit dari dunia, dan meninggalkan ucapan atau pekerjaan yang tidak berguna.
Siapa saja yang suadh dibukakan pintu mengikuti Nabi Muhammad saw. Itu menunjukkan orang tersebut dicintai oleh Alloh. Sebab Alloh telah berfirman: (Hai Muhammad) katakanlah, apabila kamu semua benar-benar cinta kepada Alloh, maka ikutilah aku, Alloh akan mencintaimu”.
Apabila kamu mencari kebaikan secara keseluruhan maka berdo’alah kepada Alloh, “Ya Alloh, Sungguh aku meminta kepadaMu Supaya aku bisa mengikuti utusanMu pada semua ucapan dan perbuatannya.
Dan siapa saja yang ingin mengikuti Rosulullah saw. Dia harus meninggalkan perbuatan dholim pada semua hamba Alloh, baik dholim pada kehormatan ataupun nasabnya. Karena apabila manusia itu terbebas dari perbuatan dholim antara satu orang dengan lainnya, tentu bisa langsung berangkat menuju Alloh. Akan tetapi manusia itu dihalag-halangi dengan perbuatan aniaya/dholimnya. Seperti orang yang mempunyai banyak hutang dan di tagih oleh orang yang dihutangi.
Ketahuilah! Seumpama kamu orang yang istimewa dan didekat sang raja, lalu ada orang yang menagih hutang kepadamu, maka kamu pasti merasa Susah(sumpek) walaupun hutang tersebut hanya sedikit, lalu bagaimana keadaanmu bila sudah datang hari kiamat, sedangkan kamu dituntut oleh seratus ribu orangatau lebih, yang datang menagih hutang yang macam-macam. Ada yang meminta harta tanpa hak, merusak kehormatan dan lain-lain. Kalau seperti itu bagaimana tingkah/keadaanmu?
Orang yang terkena musibah yang sebenarnya yaitu orang yang dirusak oleh dosa-dosanya sendiri dan dirusak oleh kesenangan nafsunya. Sehingga dirinya menjadi tempat yang rusak yang tidak ada harganya.
Orng seperti inilah orang yang terkena musibah yang perlu ditakziyahi. Karena dia sudah kehabisan makanan dan kehilangan syahwatnya. Perlu untuk memenuhi wc dan menyenangkan istrinya, sukur-sukur makanannya dari barang halal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar