Terjemahan kitab Al-mashaya Lil Ibnu arobi (Wasiat / pesan pesan Ibnu arabi)
Bab 20 Meninggalkan Perdebatan Dalam Masalah Agama
Berhati-hatilah engkau jangan sampai berdebat dalam suatu perkara agama. Sebab, engkau tidak luput dari salah satu dari dua hal:
Entah engkau benar atau salah, sebagaimana yang dilakukan para ulama-fiqih (fuqaha’) zaman kita kini di majelis-majelis perdebatan mereka.
Mereka meniatkan hal itu untuk memperbaiki pendapat-pendapat mereka. Kadang-kadang sang pendebat itu mewajibkan aatas dirinya suatu mazhab yang tidak diyakini dan ucapan yang tidak disukai, yang digunakannnya untuk mendebat pemilik kebenaran yang meyakini bahwa itu adalah benar. Kemudian ia membohongi dirinya dengan mengatakan:
“Hal itu kami lakukan untuk memperbaiki pendapat, bukan untuk membela yang salah.” Ia tidak menyadari bahwa Allah berada pada lisan setiap orang yang berbicara.
Jika orang awam mendengar perkataannya yang salah dan mengalahkan orang yang benar – dan, dalam pandangannya, ia seorang faqih – maka orang awam yagn mengikutinya itu, mengamalkan perkataan yang salah, karena ia melihat bahwa perkataan itu dapat mengalahkan orang yang benar, dan orang yang benar tidak mampu melawannya.
Maka, dosa senantiasa melekat apda dirinya selama orang yang mendengar itu mengamalkan apa yang didengar darinya. Karena itu, diungkapkan dalam sebuah hadis dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda:
“Aku jamin dengan sebuah rumah di tengah-tengah surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, walau pun ia benar, dan sebuah rumah di tengah-tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta, walau pun dalam bergurau.”
Apalagi perdebatan dalam kesalahan. Rasulullah saw., pernah bergurau, tetapi beliau hanya mengatakan kebenaran saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar