Terjemahan kitab Al-mashaya Lil Ibnu arobi (Wasiat / pesan pesan Ibnu arabi)
Bab 27 Duduk Bersama Orang Yang Mengambil Manfaat Dari Percakapanya Dalam Masalah Agama
Hendaklah engkau duduk bersama orang yang majelisnya bermanfaat dalam agamamu berupa ilmu, amal dan akhlak mulia yang engkau peroleh manfaatnya. Jika manusia duduk bersama orang yang majelisnya mengingatkan dirinya akan hari akhirat, maka ia mesti meraskan manisnya dalam kadar yang Allah berikan kedadamu. Jika teman duduknya adalah ini, maka ia menjadikan Allah sebagai teman duduknya untuk berzikir. Zikir dengan Al-Quran adalah sebaik-baik zikir.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya, Kamilah yang menurunkan adz-dzikr
(QS. Al-Hijr, 15:9).
Adz-Dzikr adalah Al-Quran. Dan firman-Nya:
“Aku adalah teman duduk bagi orang-orang yang berzikir kepada-Ku.”
Rasulullah saw., bersabda:
“Mereka ahli Al-Quran adalah pengikut Allah dan kepercayaan-Nya.” Dan para malaikat pilihan adalah teman duduknya dalam sebagian besar keadaannya. Allah memiliki akhlak, yaitu al-asma’ al-husna al-ilahiyah” (Nama-nama Indah Allah).
Barangsiapa menjadikan Allah sebagai teman duduknya, maka ia menjadi kekasih Allah. Ia pasti memperoleh kemuliaan akhlaknya selama dalam majelisnya itu. Barangsiapa duduk pada suatu kaum yang berzikir kepada Allah, maka Allah menjadikannya bersama mereka dalam memperoleh rahmat-Nya. Mereka adalah orang-orang yang teman duduknya tidak menyebabkan diri mereka celaka. Mana mungkin orang yang menjadikan Allah sebagai teman duduknya bisa celaka?
Disebutkan di dalam sebuah hadis:
“Teman duduk yang saleh adalah seperti pemilik minyak wangi. Kendati engkau tidak mendapatkan minyaknya, tak urung engkau mendapatkan wanginya. Dan perumpamaan teman duduk yang jahat adalah seperti pemilik perapian. Kendati engkau tidak mendapat percikan api, tak urung engkau mendapat asapnya.”
Karena itu, orang yang bergaul dengan orang-orang yang ragu-ragu akan menjadi ragu-ragu juga, lantaran kebanyakan manusia berburuk sangka kepada orang lain ihwal kejelekan batin mereka. Di sini ada faedah yang aku ingatkan kepadamu, yang telah dilalaikan manusia – yaitu, jika engkau melihat orang yang bergaul dengan orang-orang jahat dan ia bersikap baik kepadamu, janganlah engkau berburuk sangka kepadanya disebabkan persahabatannya dengan orang-orang jhat itu.
Bahkan hendaknya engkau berbaik sangka kepada orang-orang yang jahat itu disebabkan oleh persahabatannya dengan orang baik itu. Hubungkanlah mereka itu dengan kebaikan, dan jangan hubungkan dengan kejahatan, sebab pada Hari Kiamat kelak Allah tidak menanyai seseorang ihwal prasangka baiknya kepada makhluk. Dia hanya akan menanyainya ihwal prasangka buruknya kepada makhluk. Cukuplah sduah nasihat dan wasiat ini bagimu jika engkau memang mau menerima dan mengetahuinya.
Hati orang yang berzikir kepada Tuhannya selalu bertautan dengan kematian dan tidak pernah terputus. Ia tetap hidup – meskipun sudah mati dengan kehidupan yang baik dan lebih sempurna ketimbang kehidupan seorang yang gugur di jalan Allah. Akan tetapi, orang yang gugur di jalan Allah berada di antara golongan orang-orang yagn syahid dan kehdiupan orang yang senantiasa berzikir kepada Allah. Orang yang senantiasa berzikir kepada Allah tetap hidup, meskipun ia sudah mati. Sebaliknya, orang yang tidak berzikir kepada Allah sesungguhnya sudah mati, kendati di dunia ini ia masih hidup, sebab ia hidup dengan kehidupan hewani.
Seluruh isi alam ini hidup dengan kehidupan zikir. Perumpamaan orang yang berzikir kepada Tuhannya dan yang tidak berzikir kepada-Nya adalah seperti orang hidup dan orang mati. Demikian Rasulullah saw., memberikan perumpamaan. Yang kumaksudkan dalam wasiatku kepadamu tentang zikir ini ialah bahwa seorang yang berzikir kepada Allah lebih utama ketimbang seorang syahid yang tidak berzikir kepada-Nya. Ketika diriwayatkan sebuah hadis sahih dari Rasulullah saw., yang berbunyi:
“Maukah aku katakan kepadamu ...?” Atau seperti sabdanya: “Mana yang lebih baik bagimu bila engkau bertemu dengan musuh-musuhmu --- mereka memukul kudukmu atau engkau memukul kuduk mereka? (yang lebih baik) adalah zikir kepada Allah.”
Beliau menyebutkan pemukulan kuduk sebagai syahadah (keyakinan). Zikir seorang hamba kepada Tuhannya lebih utama ketimbang gugurnya seorang syahid. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa orang yang berzikir kepada Allah sesungguhnya tetap hidup. Dari riwayat itu dipahami bahwa kehidupan seorang yang berzikir kepada Allah lebih baik ketimbang kehidupan seorang syahid yang tidak berzikir kedapa-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar