Senin, 15 November 2021

Bab 6 Kelalaian"

 Mukasyafah Al-Qulub

Al-Muqarrib Ila Hadrah ‘Allam Al-Ghuyub Fi‘Al-Tashawwuf.


Bab 6 Kelalaian"


 



Kelalaian dan kelengahan akan menambah penyesalan, kelalaian akan menghilangkan kenikmatan dan menghalangi penghambaan kepada Allah. Kelengahan akan menambah kedengkian, keaiban dan kekecewaan.


 


Diceritakan bahwa ada sebagian orang-orang saleh, bermimpi melihat gurunya. Dalam mimpi itu ia bertanya kepada sang guru : “ Penyesalah manakah yang terbesar menurut anda?” Sang guru menjawab : “ Penyesalah akibat kelengahan.”


 


Adapula riwayat yang menyebutkan bahwa sebagian mereka bermimpi melihat Dzun Nun Al-Mishri, lalu ia berkata kepadanya : “Apakah yang diperbuat Allah pada Anda?” Dzun nun menjawab : “Dia telah menundukkan aku dihadapan-Nya, lalu berfirman kepadaku:”Hai orang yang berpra-pura, orang yang bohong, Anda mengaku cinta kepada-Ku, tapi kemudian anda lengah dari Aku.


 


Sebagaimana disebutkan dalam syair :


 


Anda terlelap dalam kelalian dan hati anda Alpa, Usia anda terus berlalu sementara dosa-dosa tetap menggudang.


 


Diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang saleh bermimpi melihat ayahnya. Dia bertanya kepada sang ayah: “Wahai ayahku, bagaimana kondisi anda?” Sang Ayah menjawab:”Ketika hidup di Dunia saya dalam keadaan lengah dan matipun saya dalam kondisi lengah.”



 


Disebutkan didalam kitab Zahrur Riyadh, bahwa Nabi Ya’kub bersaudara dengan malaikat maut, suatu ketika malaikat maut datang kepada Nabi Ya’kub, kemudian ia bertanya kepadanya:


 


“Wahai malaikat maut, Anda datang untuk mengunjungi aku, ataukah untuk mencabut nyawaku?”, Malaikat maut menjawab : “Aku dating hanya untuk mengunjungi anda”. Nabi ya’kub berkata: “Aku berharap anda sudi memenuhi hajat dan permohonanku.”, “Hajat apakah itu?” Tanya malaikat maut. Nabi Ya’kub berkata: “Apabila ajalku telah dekat dan Anda akan mencabut nyawaku, Hendaklah kiranya anda memberitahukan kepadaku.” Malaikat maut menjawab : “ Ya, akan kau kirimkan pada anda dua atau tiga utusan.”


 


Ketika ajal nabi Ya’kub telah tiba, datanglah malaikat maut kepadanya, dan  Nabi ya’kub bertanya kepadanya sebagaimana biasanya


 


“Wahai malaikat maut, Anda datang untuk mengunjungi aku, ataukah untuk mencabut nyawaku?” “Aku dating untuk mencabut nyawa anda” Jawab malaikat maut.


 


Lalu Nabi Ya’kub bertanya, seolah menagih janji : “ Bukankah anda telah berjanji kepadaku, bahwa sebelum anda mencabut nyawak, terlebih dahulu anda akan mengirimkan utusan kepadaku?”


“Aku telah melakukan hal itu, dan menepati janjiku” Jawab malaikat maut. “Putihnya rambut anda, yang sebelunya hitam, Lemahnya tubuh anda setelah kuat sebelumnya, adalah utusanku kepada anak adam sebelum kematiannya, hai Ya’kub”, sambungnya.


 


Masa terus berlalu, hari-hari pun terus melaju, sementara dosa tetap terjadi;


Telah dating utusan kematian, sementara hati terlelap dalam kalpaan.


Kenikmatan Anda di dunia merupakan tipuan dan penyesalan;


Kehidupan Anda di dunia penuh dengan kesemuan dan kebatilan.”


 


Abu Ali Ad-Daqaq berkata:


 


“Suatu ketika aku dating mengunjungi salah seorang saleh yang sedang sakit. Dia termasuk salah seorang masyayikh besar.


 


Saat itu, ia dikelilingi oleh murid-muridnya dan menangis. Dia seorang syaih yang sudah lanjut usia. Dalam kondisinya yang kritis itu, aku bertanya : “ Wahai tuan, mengapa anda menangis, apakah ada urusan mengenai persoalan dunia?” Dia menjawab : “Bukan itu penyebabnya, akan tetapi karena shalatku yang terbengkalai.” Aku kembali bertanya:”Bagaimana hal itu bisa terjadi, padahal anda adalah orang yang rajin mendirikan shalat?” Dia menjawab:” Tidakkah anda melihat kondisiku saat ini, aku terbaring tidak dalam keadaan bersujud, aku tak dapat mengangkat kepala dan kesadarankau tak terkonsetrasi mengingat tuhanku, Aku tengah dalam kelalaian. Sementara saat ini detik-detik menjelang ajalku dan aku dalam keadaan lengah.


 


Selanjutnya dia mendesah dan bersyair.


 


“Aku merenungkan kondisiku, saat dihalau di hari kiamat;


Saat dibaringkannya pipiku di alam kubur seorang diri


Yang sebelmnya mulia dan berderajat tinggi


Dosa-dosaku tergadaikan, sedangkan aku berbantal tanah liat.


Aku merenungkan tentang panjangdan luasnya hisab,


Tentang kebinaan kedudukanku, saat menerima catatan amalku


Tetapi harapanku kepada-Mu ya Tuhan yang menciptakanku


Hendaklah kiranya Engkau mengampuni DOsa-dosa ku, Ya ilahi


Didalam kitab Uyunul akbar disebutkan bahwa Syaqiq Al-Bulkhi berkata:


” Manunisa mengucapakan tiga hal, tetapi mereka benar-benar mengingkati apa yang dicuapkannya itu dalam perbuatannya.Pertama Mereka berkata : “ Kami adalah hamba-hamba Allah.” Tetepi perbuatan mereka seperti perbuatan orang-orang merdeka. Yang demikian ini adalah pengingkaran atas ucapannya.





Mereka berkata : “ Allah yang menanggung rizki kami.” Tetapi hati mereka tidak tenang dan tidak merasa puas kecuali dengan dunia dan mengumpulkan harta kekayaaan. Ini adalah pengingkaran atas ucapannya.


Yang terakhir Mereka mengatakan: “ Kematian adalah sebuah kepastian.” Tetapi perbuatan mereka seolah-olah tidak akan mati. Ini juga sebuah pengingkaran atas ucapan mereka.


 


Maka renungkanlah wahai saudaraku, dengan tubuh mana Anda akan menghadap ke hadirat ilahi?


Apa yang akan anda katakana, ketika Dia bertanya mengenai sesuatu yang terkecil sampai yang terbesar?


 


Maka persiapkanlah jawaban yang benar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Takutlah kepada Allah, sesungguhnya Dia maha mengetahui apa yang anda kerjakan, yang baik maupun yang buruk. Kemudian berilah nasihat kepada orang-orang mukmin agar tidak meninggalkan perintah-Nya dan hendaklah mengesakan-Nya baik dalam kesunyian maupun keramaian, dalam keadaan suka maupun duka.


 


Nabi Muhammad saw. Bersabda : “ Tertulis pada tiang arasy: ‘sesungguhnya Aku berkenan untuk mengindahkan orang yang taat kepada-Ku, Aku mencintai orang yang mencintai Aku, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku dan Aku mengampuni orang yang memohon ampun kepada-Ku’ “


 


Bagi yang bisa berfikir, seharusnya taat kepada Allah, ikhlas dan ridho terhadap Keputusan-Nya, sabar akan cobaan-Nya dan bersyukur atas semua nikmat-Nya. Allah SWT berfirman:


"Barangsiapa yang tidak ridho dengan keputusan-Ku, tidak sabar dengan cobaan-Ku, tidak syukur atas nikmat-Ku, juga tidak menerima Pemberian-Ku; maka hendaknya dia mencari Tuhan selain Aku".


 


 


Ada seorang lelaki berkata kepada Abu Yazid RA:


"Aku tidak merasakan sedikitpun nikmatnya taat".


Abu Yazid RA menjawab:


"Karena engkau menyembah ketaatan itu, bukan menyembah Allah. Maka sembahlah Allah sampai engkau merasakan nikmatnya taat".


 


Kisah: Ada seorang lelaki shalat dan samapai pada lafadz ayat:


"Iyyaka na'budu...";


Dan yang bergerak dalam hatinya ialah mengabdi kepada Allah. Namun ada gerakan batin yang membantah:


"Engkau bohong, sebenarnya engkau mengabdi kepada makhluk".


Ia pun bertobat dan menjauhkan diri dari manusia. Ia shalat lagi dan sampai pada ayat:


"Iyyaka na'budu...."


Pun ada yang membantah:


"Engkau bohong, sebenarnya engkau mengabdi pada harta".


Lalu semua hartanya disedekahkan. Ia sholat lagi, juga sampai pada ayat:


"Iyyaaka na'budu...."


Ada bantahan lagi,


"Engkau bohong, sebenarnya engkau mengabdi pada pakaian".


Lantas semua pakaiannya disedekahkan, hanya tinggal yang dipakai saja. Lalu ia sholat lagi, dan sampai pada ayat:


"Iyyaaka na'budu..."


Barulah ada panggilan:


"Engkau baru benar, sesungguhnya engkau sudah mengabdi kepada Allah".


 


Dimana ada kisah seorang lelaki yang kehilangan beberapa barangnya, ia lupa siapa yang mengambil. Ketika sholat ia ingat siapa yang mengambil, dan setelah salam memerintah pelayannya untuk mengambil barang itu. Tanya pelayan:


"kapan kamu ingat, tuan?"


Jawab Tuan:


"Ketika aku sholat".


Kata pelayan:


"Wahai Tuan, engkau adalah orang yang mencari barang itu, bukan mencari Tuhan".


Dengan ucapan si budak, budak tersebut dibebaskan oleh tuannya berkat keyakinannya yang kuat.


 


Memang seharusnya orang berakal mau meninggalkan urusan duniawi, kemudian mengabdi kepada Allah dan memikirkan masa depan kelak di akherat. Allah SWT berfirman:


"Barangsiapa yang menghendaki tanaman (pahala) akherat, akan Kami tambah-tambah pahalanya. Dan barangsiapa yang menghendaki tanaman dunia, Kami pun akan memberikan kepadanya, tapi tak ada bagian untuk di akherat. (QS.42 Asy Syuuraa:20)"


 


Maksud tanaman dunia misalnya pakaian atau makanan. Dan tanaman akherat bekalnya ialah menanam rasa cinta dihati mengenai akherat. Dasar ini sehingga Abu Bakar Ash Shidiq pernah sedekah kepada Nabi SAW 40.000 dirham secara sembunyi-sembunyi dan 40.000 dirham secara terang-terangan, sehingga hartanya sedikitpun tidak tersisa.


Keluarga Nabi Muhammad SAW dan Nabi SAW sendiri adalah orang yang tidak mencintai kelezatan dan kesenangan dunia. Lihatlah pelaminan tuan putri Fatimah Az Zahro sewaktu Nabi SAW menikahkan dia dengan Ali KWh hanya berasal dari kulit domba yang sudah disamak (dicuci), berikut bantal kulit binatang yang sudah diberi 'Laif" (sebangsa serabut akar-akaran)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar