Mukasyafah Al-Qulub
Al-Muqarrib Ila Hadrah ‘Allam Al-Ghuyub Fi‘Al-Tashawwuf.
Bab 8. Tobat
Tobat diwajibkan kepada muslimin muslimat. Allah SWT berfirman:
"Bertobatlah kalian kepada Allah dengan tobat Nasuha. (QS.66 At Tahrim:8)"
Ayat diatas menunjukkan perintah wajib. Allah SWT berfirman:
"Janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah".
Maksudnya lupa terhadap yang dijanjikan kepada Allah, serta menyingkirkan ajaran Allah di belakang mereka.
"Kemudian Allah menjadikan ia lupa terhadap diri sendiri".
Ialah mereka lupa keadaannya sendiri dengan tidak mengutamakan kebajikan. Nabi SAW bersabda:
"Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Barangsiapa yang benci bertemu dengan Allah, maka Allah pun benci bertemu dengannya".
Firmannya:
"Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS.59 Al Hasyr:19)".
Ialah orang ahli maksiat, ahli mengingkari janji, keluar dari (sebab-sebab) turunnya Hidayah, Rahmat dan Pengampunan.
Orang fasik ada 2 macam:
Fasik yang kafir.
Fasik yang banyak dosa.
Fasik kafir maksudnya tidak mengakui adanya Allah (iman kepada-Nya), serta keluar dari jalur Hidayah dan masuk kerah kesesatan. Sedangkan fasik Fajir (banyak dosa) ialah orang ahli mabuk-mabukan, makan barang haram, berzina, durhaka kepada Allah serta keluar dari jalur ibadah serta masuk kearah kesesatan. Bedanya: orang fasik kafir tidak diampuni kecuali dengan syahadat dan bertobat sebelum ia mati. Sedangkan fasik fajir harus kembali minta pengampunan kepada Allah dengan jalan tobat dan menyesali dosa-dosa sebelum ia mati. Sebab dasarnya, setiap kemaksiatan yang didorong oleh hawa nafsu nafsaniah (kemanusiaan), maka kembalinya hanya dengan jalan pengampunan. Akan tetapi kalau kemaksiatan yang dasarnya didorong oleh rasa sombong, maka tidak bisa diampuni hanya dengan istighfar, sebab kemaksiatan tersebut dipengaruhi oleh watak iblis yang sombong. Maka seharusnya mereka bertobat untuk menghapus dosa-dosamu sebelum engkau didahului oleh mati, dengan harap tobatmu diterima disisi Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dia adalah Dzat yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya yang minta ampun atas kesalahan-kesalahan. (QS.42:25)"
Allah menghapus semua kesalahan dengan catatan tobatnya diterima. Nabi SAW bersabda:
"Seseorang yang tobat karena dosa-dosanya, maka ia laksana orang yang tidak memiliki dosa".
Kisah:
Ada seorang lelaki yang selalu mencatat setiap dosa yang ia kerjakan. Suatu hari ia melakukan dosa, ia pun membuka buku catatannya untuk dituliskan dosa yang dikerjakan, namun ia tidak menemukan satu pun lembar kecuali tertulis firman Allah SWT:
"Maka demikianlah mereka, kejahatan mereka Allah ganti dengan kebajikan. (QS.25 Al Furqon:70)"
Allah mengganti syirik dengan iman, zina dengan pengampunan, demikian juga kemaksiatan diganti dengan ketaatan.
Kisah:
Ketika Umar bin Khattab RA menyusuri jalan-jalan kota Madinah, ia bertemu dengan seorang pemuda yang lagi membawa botol dibawah bajunya. Umar RA berkata:
"Botol apa yang kau bawa dibalik bajumu?"
Sesungguhnya botol itu berisi arak. Si pemuda sangat malu gemetaran, sambil merintih dalam hati:
"Ya Tuhanku, janganlah engkau membuat aku malu dihadapan Umar, maka aku akan berjanji tidak akan minum arak lagi selamanya".
Kemudian si pemuda baru berani berkata: "Wahai Amirul Mukminin, botol yang kubawa ini adalah cuka".
Jawab Umar:
"Coba perlihatkan padaku agar aku bisa melihat".
Kemudian si pemuda membuka botol dihadapan umar RA dan ternyata berisi cuka.
Fikir dan renungkan! Makhluk yang bertobat hanya karena takut kepada makhluk lain, itu pun Allah merubah araknya bisa berubah cuka. Itu karena ikhlasnya bertobat kepada Allah. Andaikan ada orang ahli maksiat bertobat dengan tobat nashuha (sungguh-sungguh tobat) dan menyesali dosa-dosanya, maka Allah akan mengganti semua kemaksiatannya menjadi (pahala) ketaatan, sebagaimana Allah mengganti arak menjadi cuka.
Abu Hurairah RA menerangkan suatu kisah, ia berkata:
Setelah aku menunaikan sholat Isya' akhir bersama Rasulullah SAW. Aku keluar sebentar, tiba-tiba ada seorang wanita ditengah jalan, dia berkata:
"Wahai Abu Hurairah, aku telah melakukan dosa, lalu apakah ada gunanya bila aku bertobat".
Aku (Abu Hurairah RA) menjawab:
"Engkau celaka dan membuat celaka pula; Demi Allah! Tidak ada Tobat untukmu".
Wanita itu langsung jatuh pingsan. Dan aku pun pergi meninggalkan wanita itu sambil berkata dalam hati:
"Aku baru mengeluarkan fatwa, padahal Rasulullah SAW masih ditengah-tengah kami".
Aku pun kembali ke beliau SAW menceritakan apa yang terjadi pada wanita tersebut. Beliau SAW langsung bersabda:
"Celaka! Engkau celaka dan mencelakakan, apakah kamu tidak pernah mendengar ayat ini...."
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain bersama Allah, dan tidak pula membunuh manusia yang diharamkan Allah kecuali dengan kebenaran, juga tiada pula mereka berzina. Dan barangsiapa yang berbuat demikian, pasti akan memperoleh dosa; dilipatgandakan siksanya pada hari kiamat, mereka disana amat kekal dan terhina; kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman serta beramal shaleh, maka Allah akan mengganti kejahatan mereka dengan kebajikan. (QS.25 Al Furqon:68-70)"
Kemudian aku (Abu Hurairah RA) keluar bertanya kesana kemari mencari wanita tersebut, sampai-sampai anak kecil menyangka aku gila. Namun akhirnya aku bertemu jua pada wanita yang kucari, lalu aku kabarkan kisahku ini pada dia. Dia amat gembira, lalu berkata:
"Aku memiliki sepetak kebun dan aku sedekahkan buat Allah dan utusan-Nya".
Hikayah: Utbah Al Ghulam
Utbah Al Ghulam adalah orang yang berasal dari golongan fasik. Ia sangat terkenal orang yang bejat, rusak, dan amat gemar dengan mabuk-mabukan. Suatu hari ia memasuki pengajian Majelis Taklim Al Bashri, yang tengah membaca ayat Allah:
"Apakah belum datang waktunya orang-orang beriman untuk menundukkan hati mereka dalam mengingat Allah. (QS.57 Al Hadid:16)"
Tidakkah hati mereka sudah sepatutnya takut!..
Suatu hari Syekh Hasan Al Bashri RA memberikan nasehat menafsirkan ayat diatas dengan penafsiran yang amat menyentuh, sehingga banyak orang yang menangis. Serta merta berdirilah seorang pemuda, lalu berkata:
"Wahai orang yang bertaqwa dan beriman, apakah Allah masih menerima tobatnya orang yang lemah dan fasik seperti aku".
Syekh Hasan berkata:
"Bisa. Allah menerima tobat akan kejahatanmu".
Utbah Al Ghulam mendengarkan saja langsung wajahnya pucat, tubuhnya gemetar, ia berteriak keras dan langsung pingsan. ketika Ghulam sadar dari pingsannya, Kyai Hasan mendekatinya dan mengucapkan syair-syair dibawah ini:
"Wahai pemuda maksiat, kepada Tuhan yang memiliki Arsy; mengertikah engkau balasannya orang yang berbuat maksiat!
Adalah neraka Syi'ir bagi mereka, ia memiliki suara api; menggelegar disaat ubun-ubun terpegang. Kalau engkau menerima neraka-neraka itu, silahkan berbuat maksiat; bila tidak, jauhilah kemaksiatan. Semua kesalahan yang engkau kerjakan; artinya engkau sudah menggadaikan dirimu (di Neraka), maka bersungguh-sungguhlah untuk melepaskan diri".
Dan Utbah Al Ghulam berteriak lebih lantang, ia pun langsung jatuh pingsan kedua kalinya.
Ketika dia sadar, ia berkata kepada Syekh Hasan Al Bishri RA:
"Wahai syekh, apakah benar Tuhan Yang Maha Penyayang menerima tobatnya orang seperti aku".
Syeikh menjawab:
"Tiada Dzat yang mampu menerima tobat orang yang menyimpang kecuali Tuhan Yang Maha Memaafkan".
Kemudian Utbah Al Ghulam mengangkat kepalanya keatas sambil melafadzkan 3 doa:
Tuhanku, Engkau menerima tobatku dan mengampuni dosa-dosaku, maka muliakan aku dengan mudah faham mengenai ilmu atau Al Qur'an.
Tuhanku, muliakan aku dengan suara yang merdu, sehingga yang mendengar bacaanku semakin lunak hatinya sekalipun ia memiliki hati sekeras batu.
Tuhanku, berikan rizki yang halal padaku dari jalan yang tidak aku duga-duga.
Allah SWT pun mengabulkan do'anya; dia mudah faham dan hafal, setiap orang yang mendengar bacaan Al Qur'an langsung tobat dan setiap harinya pasti ada semangkuk kuah dan 2 potong roti tanpa tahu siapa yang menaruh didepan rumahnya. Hal ini terus menerus sampai ia meninggal dunia. Inilah keadaan orang yang benar-benar kembali ke jalan Allah, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala kebajikan dari perbuatan bagusnya.
Sebagian ulama ada yang ditanya begini:
"Apakah hamba yang tobat mengerti, adakah tobatnya diterima atau tidak".
Jawabnya:
"Dalam hal ini tidak ada putusan hukum secara pasti, akan tetapi semuanya memiliki tanda-tanda:
Ia melihat dirinya jauh dan terhindar dari maksiat.
Ia merasakan hatinya selalu gembira dan rasanya Tuhan sangat dekat sekali.
Ia dengan dekat orang-orang baik dan jauh dari orang-orang yang ahli berdosa, maka ia memandang segi dunia yang sedikit sudah terlalu banyak (puas), namun segi akherat yang sudah banyak dikerjakan masih dianggap kecil (kurang).
Dia menyibukkan hatinya dengan sesuatu yang diwajibkan Allah SWT.
Ia menjaga lisannya (tidak berkata kotor), selalu tafakkur dan selalu menyesali dosa-dosa yang pernah dikerjakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar