Terjemah Kitab
“AN-NASHA’IH” (NASIHAT-NASIHAT SUFI)
IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI”
NASIHAT KE - 17
Rahasia Perbedaan Para Pelaku Kebajikan dan Antara Keutamaan Mereka serta Beberapa Substansi Tatakrama
Saudara-saudara ku, ketahuilah bahwa pendapat itu banyak sekali dan bidang ilmu pengetahuan itu tidak terbatas, namun sebaik-baik pendapat ialah yag ditujukan untuk keridhaan Allah dan seutama-utama ilmu ialah yang diamalkan kerana Allah SWT. Maka perhatikan apa yang kammu tanyakan dengan telinga yang sigap, dengan fikiran yang sadar serta dengan hati yang penuh perhatian. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk itu.
Adapun pertanyaan kalian tentang keadaan orang-orang yang melakukan kebajikan dalam jumlah yang sama, namun, nilai kebajikan sebagian mereka di sisi Allah lebih tinggi daripada yang lain dan timbangan amal perbuatannya lebih berat daripada yang lain, sungguh kalian telah membahas ilmu yang besar dan karakteristik yang sangat beragam. Ketahuilah, perbedaan di antara hamba-hamba itu jauh sekali. Berikut akan kugambarkan sebagian di antara keadaan mereka, seraya berharap karunia dan bimbingan dari Allah SWT. Sebagian di antara mereka bisa menjadi lebih unggul daripada yang lain karena ilmu, kebaikan niat, kejujuran lidah dan kebenaran sikap wara’. Sebab, setiap amal perbuatan ada batasan-batasan, dan bagi pelakunya ada persyaratan-persyaratan yang harus di penuhi.
Seorang hamba, bila ia tidak mengetahui batasan amal perbuatan dan etika dalam beragama, tentu perbuatannya tidak mengarah untuk mencari keridhaan Allah SWT, dan tidak pula untuk memenuhi kebenaran dalam amalnya, juga tidak dalam niatnya. Kemudian pula keadaan bila ia tidak mengenali penyakit-penyakit jiwa dan tipu daya setan, tentu ia tidak berhati-hati dalam perbuatannya, dan juga tidak mengetahui betul cara untuk memelihara diri dari musuh-musuh agamanya, padahal nafsu dan musuhnya selalu memperindah urusan dunia di depan matanya daripada urusan akhirat. Kedua-duanya selalu menjadikan dia tertarik pada hal-hal yang sesuai dengan keinginan rendah jiwanya; kepada hal yang dibuat indah di mata manusia tetapi menyebabkan aib baginya di mata Tuhan SWT, sedangkan hamba tersebut senantiasa tunduk kepada keduanya. Hal demikian terjadi padanya karena pandangannya telah tertutup sehingga tidak mampu lagi mengenali tipu daya ke dua musuhnya itu. Akhirnya ia pun berbuat kebajikan dengan ilmu yang serba minim serta pemikiran yang lemah. Kadang kala ia memang tidak tahu dan kadang tidak mengenal; ada kalanya malah merugikannya dan kadang ia tidak mendapatkan apa-apa.
Tipe orang semacam ini, meskipun banyak melakukan amalan sunnah, namun ia hanya mendapatkan bobot timbangan yang ringan, jauh lebih rendah derajatnya daripada orang-orang yang berpengatahuan. Sedangkan yang lan, ia diberi akal dan pengetahuan sehingga serasilah keadaannya. Ia melawan hawa nafsunya, berjuang melawan musuhnya, meletakan sesuatu berdasarkan ilmu pada tempatnya, memberlakukan segala perkatra secara proposiona, dan mencari keradhaan Allah melalui perbuatan terpuji. Ia menahan diri dari hal-hal yang masih samar dalam pandangannya, mencari ilmu untuk diamalkan, memlihih kebajikan dengan niat utama dan kemauan yang tinggi lagi sangat serasi dengan kecintaan Allah SWT. Ia menjadikan niat yang paling benar sebagai dasar, dan di atasnya ia membangun amalan kebajikan. Ia jaga dirinya dari riya dan ia rahasiakan kehidupannya di mata orang lain. Tipe orang semacam ini, meskipun sedikit amalan sunnahnya, merupakan yang terberat dan tertinggi nilainya, sehingga amal perbuatannya yang sedikit itu akhirnya menjadi banyak juga.
Berikut aku akan menggambarkan suatu karunia dari Allah sekaligus sebagai substansi dari pekerti, kebaikan hati dan pencaian akan keridhaan Allah. Oleh karena itu, maka yakinilah ia di dalam rahasia-rahasia hati, dan jadikanlah ia pondasi, lalu dirikan di atasnya perbuatan kebajikan, karena di sanalah terletak keteguhan serta keutamaan yang agung.
Namun lantaran ini pula akan diambil tindakan atas seseorang untuk setiap penyimpangan yang sumbernya dari dalam dada. Dan karunia tersebut adalah seperti yang terungkap melalui beberapa riwayat berikut ini.
Di antaranya, telah sampai kepada kami bahwa, salah seorang yang memilikiilmu berkata : “Telah keluar dari bawah ‘Arsy lembaran-lembaran putih dan itu adalah niat-niat.” Seorang ahli ilmu lainnya berkata : Pelajarilah niat karena ia lebih penting daripada perbuatan.” Dikatakan : “Niat orang beriman lebih baik daripada amalnya, dan bagi setiap orang sesuai dengan apa yang ia niatkan.”(Al Bukhari)
Dalam Firman Allah SWT yang berbunyi : “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing ( QS. Al-Isra’ : 84), Ahli tafsir berkata : “Para malaikat naik dengan membawa amal seorang hamba di antara hamba-hamba Allah dan mereka menganggapnya sedikit. Mereka menghinanya sedemikian rupa hingga perjalanan merek berakhir bersamanya pada suatu tempat sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Lalu Allah SWT mewahyukan kepada mereka : “Kalaian adalah penjaga atas amalan hamba-Ku, sedang Aku mengawasi apa yang ada di dalam dirinya, maka lipatgandakanlah untuknya dan catatlah pada “Illiyyin (kitab yang tertulis).
Seorang tokoh berkata : “Allah SWT akan memberikan kepada hamba berdasarkan niat sessuatu yang tidak diberikan berdasarkan perbuatan.” Benar, karena niat itu bersih tidak riya’, sedangkan perbuatan sering dicemari oleh riya’.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar