Selasa, 16 November 2021

NASIHAT KE - 24 Memperbanyak Nawafil untuk melengkapi fardhu

 Terjemahan Kitab

“AN-NASHA’IH” (NASIHAT-NASIHAT SUFI)

IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI”



NASIHAT KE - 24

Memperbanyak Nawafil untuk melengkapi fardhu


Saudara-saudaraku! Apabila orang lain melaksanakan amalan sunnah dengan berpuasa dan shalat demi untuk mencari pahala, ingat, utamakanlah niatmu dalam memperbanyak shalat sunnah demi untuk menyempurnakan shalat fardhu, karena banyak cacatnya. Sebab, cita-cita orang yang berakal dalam seluruh amalan kebajikannya dan amalan sunnahnya adalah untuk menyempurnakan yag fardhu.

Telah sampai kepada kami, sesungguhnya di atas Jahannam terdapat beberapa jembatan. Pada jembatan pertama si hamba akan ditanya, maka jika imannya bebas dari nifaq, riya, keraguan dan ujub, ia akan selamat. Tetapi, jika tidak, pasti ia akan terlempar ke neraka. Lalu pada jembatan kedua ia akan ditanya tentang wudhu, mandi jinabah, tentang shalat dan puasa, maka jika ia telah menjalankannya dengan sempurna, ia akan selamat dan kalu tidak, ia akan terlempar ke neraka. Kemudian, pada jembatan ketiga akan ditanya pula tentang zakat, haji, dan umrah. Maka jika ia telah melaksanakannya dengan sempurna, selamatlah ia. Kalau tidak, akan terlemparlah ia ke neraka.  Semoga Allah SWT melindungi kita sekalian dari api neraka.

Di antara sahabat ada yang berkata : “Pertama-tama yang bakal diperhitungkan dari si hamba pada hari kiamat ialah Shalat wajib, maka jika ia sempurnakan shalatnya, ia akan selamat. Jika tidak. Akan dikatakan kepadanya ‘Lihat! Apakah ia memiliki amalan sunnah? Maka jika ia mempunyianya, akan disempurnakan kewajibannya dengan yang sunnah itu, tetapi jika kewajibannya tidak sempurna sedang ia tidak memiliki amalan yang sunnah, maka akan ditarik ujung rambut dan ujung kakinya, lalu dilemparkan ke neraka.” Semoga Allah melindungi kita sekalian dari hal demikian.

Telah sampai kepada kami bahwa Allah STW berfirman : “Tidak selamat dari-Ku hamba Ku kecuali dengan melaksanakan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.” Saudara-saudaraku, kini aku yakin bahwa aku dituntut untuk melaksanakan kewajiban yang belum sempurna, bahkan tidak pula mendekati kesempurnaan, padahal aku juga menemukan kekurangan dalam amalan sunnahku lebih berlipat lagi. Maka, sempitlah dadaku sehingga aku khawatir bahwa kewajiban yang tidak pernah sempurna itu menjadi sia-sia, lalu ditambah pula dengan amalan sunnah yang ternyata lebih tidak berguna. Nah, bagaimana akan menjadi baik, pakaian compang-camping yang ditambal dengan tambalan yang buruk. Maka akupun yakin tentang amalan yang jauh dari kesempurnaan dan aku pun khawatir bahwa diriku akan terlempar bersama orang-orang yang terlempar. Sehingga akhirnya terpaksa aku berusaha keras untuk menunaikan segala kewajiban dengan sesempurna mungkin, namun tetap sangat butuh kepada amalan sunnah untuk menutupi kekurangan dalam batasan-batasannya. Di sampiing itu, akupun sangat memerlukan perbuatan-perbuatan kebajikan untuk menutupi keburukan-keburukan ku, dan hal itu cukup membuatku sibuk dari tujuan mencari pahala melalui amalan sunnah. Sungguh aku telah banyak sekali mengabaikan batasan-batasan kewajiban. Maka, renungkanlah urusan kalian, dan jika apa-apa yang telah menimpaku berupa kelalaian telah menimpa kalian pula meski hanya sebagiannya, perbanyaklah amalan sunnah untuk menyempurnakan kewajiban tersebut! Sebab, telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT tidak menerima amalan sunnah sebelum kewajiban (yang fardhu) dilaksanakan. Dan telah sampai kepada kami pula bahwa kekurangan dalam kewajiban bakal ditutupi bilangannya dengan amalan-amalan sunnah bila amalan sunnah itu memadai. Demikian pula dengan kekurangan yang terdapat pada zakat, dapat ditutupi dengan sedekah bila memang sedekah itu memadai, dan seperti inilah seterusnya seluruh amalan kebajikan yang lainnya.

Adapun orang-orang berakal yang selalu menjunjung tinggi hukum-hukum Allah, maka jika ia sangat gemar melaksanakan amalan sunnah, biasanya yang dominan dalam hati dan niatnya adalah melaksanakan kewajiban terhadap Allah, kemudian ia sempurnakan kekurangannya dengan amal kebajikan yang banyak tersebut. Tidak hanya memperrbanyak, namun sudah seharusnya bahwa tujuan dan niatnya adalah untuk menyempurnakan hak-hak Allah SWT dengan rasa prihatin terhadap kekurangannya. Itulah akal yang paling utama, niat yang paling baik, dan amalan yang paling tinggi nilainya serta paling berat bobotnya. Rasulullah saw. Telah mensifati orang-orang seperti itu melalui sabdanya :  “Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang beramal itu, mereka adalah Ulama Allah, yang memahami Allah dan mengerti tetang-Nya serta menjalankan kewajiban mereka terhadapt-Nya.” Sampai kepada ucapan Beliau : “Merekalah orang-orang pilihan Allah di antara makhluk-Nya.” Inilah pperbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu, tujuan dan niatnya adalah untuk menyempurnakan amal perbuatan demi Junjungannya, tidak peduli akan diberi pahala atau tidak untuk hal demikian. Sedang yang lain bagaikan orang upahan jahat yang hanya menuntut upah, padahal sebenarnya ia hanya merusak pekerjaan-pekerjaan orang yang mengupahnya. Tentu saja orang seperti ini sebenarnya lebih pantas untuk mendapatkan ssangsi dari upah, karena amemang selamanya ia hanya meminta upah pada sesuatu yang dapat mendatangkan sangsi. Seorang tokoh Ilmu Pengetahuan berkata : “Sekelompok orang merasa telah telah mengerjakan perbuatan-perbuatan taat yang banyak, tetapi ketika berada di hadapan Allah, mereka mencari-cari pahala dari perbuatan mereka dahulu, namun mereka malah menemukan bahwa ternyata Allah SWT telah membuat perhitungan dengan mereka sampai kepada hal kecil seberat atom. Sehingga nampaklah bagi mereka dari Allah SWT apa yang tidak mereka kira sebelumnya.”

Oleh karena itu, Wahai saudara-saudaraku, jadikanlah tujuan utamamu dalam memperbanyak amalan sunnah hanya untuk menutupi kekurangan pada amal perbuatan yang wajib. Karena itulah niat yang paling utama, tujuan yang paling mulia dan paling cocok dengan kecintaan Allah SWT. Dari titik inilah sebagian orang dapat mengungguli sebagian yang lain dan mereka saling melebihi dalam keutamaan. Semoga Allah memberikan Taufik kepada kita sekalian untuk setiap kebaikan melalui rahmat-Nya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar