💠Terjemahan Kitab
“AN-NASHA’IH” (NASIHAT-NASIHAT SUFI)
IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI”
🔰NASIHAT KE - 4
Hendaklah Engkau Bersikap qana’ah dan tawadhu’
Sahabatku!
Berikut aku akan menyinggung sebuah bab yang cukup efektif untuk menutup pintu fitnah dunia serta tipu dayanya, sekaligus akan mampu membukakan pintu akhirat dan keberkahannnya, dan aku dapatkan hal itu pada sikap qana’ah dan tawadhu’, karena keduanya merupakan lawan dari kemewahan dan kesombongan. Ini karena bila seorang hamba rela terhadap sikap merendahnya di dunia, maka otomatis secara langsug ia telah membuang sifat sombong dari hatinya. Tidak ada lagi ambisi untuk mengejar keududukan dan kehormatan pada dirinya sehingga selamatlah ia dari fitnah dunia beserta huru haranya. Lalu dia cukup bergembira dengan sikap tawadhunya di dunia dan mendapat kemuliaan di sisi Allah swt. Demikian pula keadaanya bila si hamba merasa puas dengan kebersahajaannya, tidak rakus untuk menumpuk harta seperti rakusnya seekor anjing terhadap bangkai, ia merasa lapang dada di dunia, sedikit dosa dalam agamanya. mau menerima rizki yang sedikit; dan Allah pun ridha kepadanya dengan sedikit amalnya. Jadi, dengan sikap qana’ah itu ia menyegarakan ketenangan hati di dunia serta kebahagiaan dengan rahmat Allah di akhirat.
Sahabatku! Ingat, hendaklah engkau mawas diri kepada Allah SWT.
Sahabatku,
merasa puaslah terhadap rizki yang mencukupi kebutuhan dan memenuhi kebutuhan kehidupan, tinggalkanlah mencari kelebihan harta (ingin kaya), yaitu pada sesuatu yang sesungguhnya tiada keperluan bagimu. Sebab kelebihan harta di sisi Allah SWT adalah kotoran. Pada hari kiamat kelak akan di datangkan dunia itu lalu di katakan:
“Pisahkanlah dari harta itu bagian yang di tujukan untuk Allah, lalu lemparkanlah semua sisanya ke neraka”
Juga telah sampai kepada kami:
“Dunia itu terkutuk dan terkutuk pula isinya kecuali zikir kepada Allah SWT serta semua sarana yang di gunakan untuk berzikir kepada Allah.”
Rasulullah saw. Bersabda :
“Biarkanlah dunia ini untuk pemujanya, karena orang yang mencari dunia di luar kebutuhannnya akan di jemput kematiannya sedang ia tidak merasa.”
Seorang sahabat juga mengatakan : “Seburuk-buruk manusia ialah yang mengejar dunia di luar kebutuhannya"
Wahai kaum, siapa yang tidak puas dengan sekedar memenuhi kebutuhannya, maka bagaimana bisa ia di jamin termasuk dalam golongan hadis ini?
Telah sampai kepada kami Rasulullah saw. Bersabda:
“Seandainya anak manusia memiliki dua lembah dari emas, niscaya ia akan minta satu lembah tambahan, dan tidak ada yang dapat memenuhi perut anak Adam itu kecuali tanah. Semoga Allah swt. Menerima taubat orang yang bertobat.”
Salah seorang sahabat berkata,
"Celakalah bagi setiap penumpuk harta yang selalu membuka mulut seperti orang gila, yang hanya dapat melihat apa yang ada pada orang lain tapi lupa terhadap apa yang ada pada dirinya. Celakalah untuknya ketika mengalami siksa pada saat yang sangat lama, sampai-sampai bila memungkinkan malampun dijadikan siang"
Ingatlah, siapa yang tidak merasa puas terhadap sekedar kebutuhannya, maka bagaimana bisa ia dijamin termasuk golongan hadis ini?
Ibnu Mas’ud r.a. beserta beberapa orang jamaah mengeluhkan tentang hak kepada Rasulullah saw, lalu jawab rosul saw :
“Bersabar dan bergembiralah kamu, karena saatnya sudah dekat, bahkan seakan-akan telah tiba.”
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw. Bersabda :
"Akan datang sesudahku suatu golongan yang memakan makanan yang lezat-lezat dengan aneka warnanya; menikahi wanita-wanita cantik dengan berbagai macam tipenya; memakai pakaian bagus-bagus dengan berbagai macam modenya; dan mengendarai kendaraan mewah dengan berbagai macam mereknya. Mereka mempunyai perut yang tidak pernah merasa kenyang dengan yang sedikit dan memiliki nafsu bahkan terhadap yang banyak pun tidak pernah merasa puas. Mereka menekuni dunia saat pagi dan sore hari, mereka menjadikannya sebagai tuhan di samping Tuhan mereka, menjadikannya rabb di samping rabb mereka, hanya kepada urusan dunia itu target mereka dan kepada hawa nafsu mereka mengikuti"
Maka suatu tekad dari nabi Muhammad saw. Bagi yang mengalami zaman itu yang bakal datang setelah pengganti kamu, hendaklah tidak memberi salam kepada mereka, tidak mengunjungi yang sakit di antara mereka, tidak mengiringi jenazah mereka, dan tidak perlu hormat kepada pemuka mereka. Siapa yang tetap melakukan itu, sesungguhnya ia ikut ambil bagian dalam menghancurkan Islam. (Hadis ini dieluarkan oelh AL Bazzar, namun salah seorang sanad-nya di dha’if-kan oleh Jumhur).
Ingatlah, siapa yang tidak pernah merasa cukup dengan sekedar kebutuhannya, bagaimana ia merasa aman dari orang-orang yang termasuk dalam firman Allah SWT, berikut : “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.” (QS. At-Takatsur 1-4).
Maka, bagaimmana orang yang tidak pernah puas itu merasa aman dari ancaman Allah SWT ini. Ia pasti bakal binasa. Semoga Allah SWT melindungi kita dari menyenangi kemegahan, memberikan kepada kita semua sikap qana’ah dan tawadhu’.
Wahai kaumku, keberuntungan itu, demi Allah, terletak dalam keridhaan terhadap kesederhanaan, bukan terhadap kemegahan.
Keberuntungan itu, demi Allah, terletak pada kerendahan dalam berzikir, bukan dalam kedudukan dan jabatan.
Keberuntungan itu, Demi Allah, pada kerendahan diri, bukan dalam keangkuhan.
☀️pada dasarnya Ajaran tasawuf hanya menyuruh dan memerintahkan supaya manusia hanya menginginkan Allah semata bukan menginginkan keberuntungan, tapi kata kata di atas itu yang seolah menyuru supaya menginginkan keberuntungan itu adalah ajaran untuk orang yang telah kembeli setelah wushul kepada allah, karna orang yang telah wushul itu sudah tidak mengkaji dari kata kata dan bahasa, mereka sudah mengetahui dan melihat esensi allah. Bagi mereka bacaan di atas hanya sebagai bahan bacaan semata dan bukan untuk di inginkan, karna yang harus di inginkan hanya allah semata, sementara untuk faktor apakah mereka akan di masukan allah ke golongan orang orang beruntung atau merugi itu mereka serahkan sepenuhnya kepada allah. Lalu apakah mereka tidak ingin beruntung?? Jawabannya bagi mereka beruntung atau merugi itu terserah allah, mereka tidak ingin beruntungan atau kerugian, dan hanya menerimah jika di berikan keberuntungan atau kerugian.
Keberuntungan dan kerugian adalah 2 perkara yang bagi mereka tidak ada sehingga mereka tidak menginginkan dan juga tidak menghindarinya, mereka tetap bersyukur sekalipun di untungkan ataupun di rugikan, dan mereka tidak jadi kufur sekalipun di untungkan atau di rugikan, untung atau rugi tidak ada artinya sama sekali bagi mereka, yang mereka inginkan hanya bersama Allah dan rosulNya. Dan begitu juga sudut pandang mereka terhadap kekayaan dan kemiskinan. Itu untuk perkara keberuntungan dan kerugian.
Dan untuk perkara Rido, sehingga di katakan di atas bahwa:
"keberuntungan itu, demi Allah, terletak dalam keridhaan terhadap kesederhanaan, bukan terhadap kemegahan"
Pada dasarnya kita harus Rido dalam segala keadaan termasuk dalam keadaan di miskinkan ataupun di kayakan.
Sehingga janganlah mencari ataupun mengindari kekayaan ataupun kemiskinan. Namun kemiskinan itu dirasa oleh kaum sufi sebagai keadaan yang lebih mendukung bagi orang orang yang ingin dekat dan berjumpa allah, ketimbang kekayaan, karna kekayaan identik dengan sifat sombong sehingga orang yang di kayakan lebi identik dengan mengaku ngaku, sehingga lebi susah menghilangkan keakuanya.
Namun dalam perkara ini yang di angkat sebagai kajian adalah Rido terhadap kemiskinan itu karna banyak orang miskin yang tidak bersyukur, mereka tidak Rido dengan kemiskinan mereka,
Padahal di miskinkan ataupun di kayakan Allah itu tidak ada bedanya, kita harus tetap Rido terhadap kekayaan ataupun kemiskinan yang di kehendaki allah tehadap diri kita.
Sehingga jangan inginkan ataupun menghindari kekayaan ataupun kemiskinan.
Jika di miskinkan maka ridolah dengan cara tid
☀️
Aku telah memberikan nasihat kepada kalian jika kalian mau menerima, tetapi yang menerima itu sedikit. Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada kita semua untuk setiap kebaikan dengan Rahmat-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar