Selasa, 01 Februari 2022

17. proses mengenal allah.

kajian kitab barencong (datu sanggul)




Untuk mengenal Tuhan kenallah diri ( diri sendiri ). Perjalanan itu di mulai dari dalam kita sendiri dari dalam terus ke dalam, ahirnya serba alam dengan keindahannya dan dengan keganjilannya, hanyalah sebagai aksi pencari diri. Di sini sering terjadilah cara yang di dapat oleh ahli suluk atau ahli perjalanan / tharikat. Setengahnya karena saking asyiknya, maka di rasainya bahwa diri tiada lagi. Yang ada hanya allah. atau: LAMUJUDA BIHAQQIN ILALLAH (hanya Tuhan yang ada sedang mahluk tiada ). Yang ada ialah yang AWAL, yang tidak ada permulaan dan yang akhir tidak ada penghabisan. Adapun diri sendiri dalam alam seluruhnya tidaklah ada ; sebab awalnya ADAM, artinya tiada. Dan akhirnya fana dan lenyap : maka apa bila jalan itu telah di jalani dengan segenap kesungguhan, ketaatan, dan setia memegang segala syarat dan rukunnya, akhirnya bertemulah kita dengan hakikat yang sebenarnya. Mula-mula tercapailah kasyap, yaitu terbukalah rahasia yang senantiasa yang menyelubungi antara kita dengan DIA. Maka dengan itu terbukalah hijab atau dinding yaitu : dinding-dinding tebal yang memisahkan kita dengan DIA, dan dinding-dinding itu ialah :Hawa nafsu kita sendiri atau yang di sebut angkara murka, atau nafsu hewani atau nafsu syaiton. Maka dari itu gunanya kita TAJAHUT, artinya : melepaskan diri dari belenggu segala ikatan atas diri kita sendiri. Dan apa bila rohani kita telah mencapai kesempurnaan, maka otomatis takluklah jasmani kepada kehendak rohani. Pada waktu itu tidak ada miskin lagi, bahkan mautpun sebagai sangkar kecil kepada kebebasan luas mencari kekasih. Dan mereka katakan, mati itu adalah alamat CINTA sejati dan mutlak. Di sini timbullah dalam kata yaitu yang di katakan hulul. Hulul yaitu : timbul kesatuan di antara asyik dan ma’syuknya. Atau meninggalnya antara asyik ma’syuk atau yang mencintai dengan yang di cintai, sehingga AKU adalah DIA, dan DIA adalah AKU dan Ana al-hak. Di sini mulailah ada perbedaan pendapat di antara ulama ahli lahir dengan ulama ahli bathin. Tentu saja ada yang menolak dan ada pula yang membela. Kata yang membela, orang yang telah mabuk cinta dan rindu, yang di liputi oleh perasaan-perasaan lebih mendalam dari pada orang yang hanya menggunakan akal semata dan mantik semata. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar