Kamis, 10 Februari 2022

84. HAQIQAT SEMATA

 kajian kitab barencong (datu sanggul)


Maqam ini di sebut juga dengan haqiqat mujaradat atau dengan kata lain DERAJAT HAQIQAT. 

Orang awan dan orang alim belum mendapat atau mencapai DERAJAT HAQIQAT ini. Mereka hanya sampai kepada tingkat ilmu belaka. Belum sampai kepada DERAJAT HAQIQAT ILMU DAN MA”RIFAT. 



Orang yang berada pada tingkat haqiqat semata ini, tiada lagi berpegang kepada kulit lahir, nash dan dalil. mereka telah menyeberang dari al’Qur’an dan al-hadits. Mereka langsung menuju tuhan tanpa perantara, bersama Rasulullah S.A.W sendiri. sebelum turunnya al’Qur’an beliau beliau sudah ma’rifat kepada Tuhan Allah. Beliau cukup memakai dalil-dalil alam sekelilingnya. Itulah yang di sebut KITABUL UJUD. 


Orang yang berada pada maqam ini berkata dengan sembarang kata, karena mereka tidak peduli atas kaedah syariat. Makanya ulama-ulama sareat atau ulama fiqih menghukumkan jindik kepada mereka. Sebenarnya kata-kata jindik itu hanya kata-kata menakuti saja. Orang-orang siddik yang kuat memegang sareat berkata-kata jindik itu hanya untuk supaya jangan di tiru oleh orang yang dangkal ilmu pengetahuanya. Jadi saya yakin, bahwa haqiqat semata ini dapat di benarkan, asal orang itu benar-benar mendalam, dan dalam ilmu ma’rifah dan telah sampai kepuncaknya. 


RASULULLAH S.A.W sendiri pernah bersabda, dan tiba-tiba di suruh Tuhan menutup lidahnya, agar supaya terpelihara sareat MUHAMMAD. Para sahabat mengumpulkan dan mencatat semua hadits nabi saw tetapi nabi melarang mencatat hadits-hadits nabi yang sangat rahasia, kalau di catat semua maka bisa membawa fitnah besar, para sahabat sering membicarakan soal yang mendalam. Sampai-sampai keluar dari alqur’an dan alhadits, 

nabi saw sering melarang mencatat dan memyebarkanya, Sebab sabda beliau:

"tidak semua umatku yang mencapai makam ini. Dan nanti bisa membawa fitnah besar, 


sabda nabi s.a.w. yang sangat rahasia itu hanya di bisikan orang di telinga yang di beri allah ilham (kalau di kitab alhikan seperti kasyaf hakiki, hal / ahwal, wisol, dan lain lain).


RASULULLAH s.a.w sendiri pernah bersabda:

"AKU adalah ALLAH TIDAK ADA TUHAN, MELAINKAN AKU" 


Demikianlah hadits shahih yang pernah saya  temui dalam sebuah kitab tasauf yang sangat mendalam sekali isinya.  (mungkin saya di sini adalah si pengarang kitab yaitu datu sanggul) Maka apa bila saya sak dan ragu dengan hadits ini, maka kafirlah saya pada saat ini juga. Dan bakarlah saya dengan neraka jahanam itu. turunkanlah bala bencana yang hebat di dalam dunia ini juga. Dan janganlah engkau terima tobat saya sampai hari kiamat. Engkau maha mendengar lagi maha mengetahui. 



Orang yang telah mencapai tingkat ini, mereka telah berada pada alam yang tertinggi, yang di sebut dalam firman Tuhan yang berbunyi AL MALA IL ‘ALA. Orang ini hakikat semata, tiada lagi berpegang




Arti hakikat itu ialah allah semata, tiada campur dengan makhluk.

Sedangkan makhluk itupun juga asma allah,

Allah itupun asmanya allah (zat si pemilik asma), 

semuanya asma allah itu tetap ia hakikatnya satu jua. 

Jadi bagi orang yang telah bertemu dengan inti sari ilmu dan ma’rifat adalah ; ia tidak perlu lagi menyebut asmanya, atau kedudukannya, cukuplah ia menyatakan dirinya dengan kata-kata Aku (Hu). Inipun kalau keluar. Tetapi bagi bathinnya ; cukuplah diamnya orang yang telah bulat atau satu dengan Tuhan, telah hapus kata-kata sareat atau tarikat. Hanya tinggal bathin hakikat dan lahir ma’rifat. Yang lebih tinggi lagi yaitu tidak ada yaitu hilang kata-kata ma’rifat ; tinggallah hakikat (tuhan semata). Jadi tinggallah satu pandang syuhud saja. SYUHUDUL WAHDAH FILWAHDAH. Tuhan memandang kepada dirinya sendiri. Jadi di sini tidak ada sareat, tarekat dan ma’rifat lagi. Semuanya tidak ada yang berdiri di atas hakikat. Hakikat adalah ZAT DARI TUHAN ALLAH AZZAWAZALLA, jelasnya tidak ada sifat yang berdiri di atas zat. Jadi jahir Tuhan, bathinnya Tuhan. Yang nyata Tuhan dan yang bathinpun Tuhan. Jadi yang berlaku pada sekalian alam ini adalah ZAT SEMATA atau yang di sebut hakikat semata. Dengan kata lain (Rahasia) ialah : HU (AKU) semata. Kata-kata AKU di sini adalah murni dan tak di ragukan lagi kebenarannya. 


MAN ANA (SIAPA AKU) ; Aku di sini ialah, Tuhan sekalian makhluk. Simpun seluruh alam dunia dan alam akhirat. Kalau hendak menerangkan kalimah AKU (ANA). Kering air laut untuk tintahnya dan tak cukup daun kayu-kayu untuk kertasnya. Untuk menulis kalimah KU atau ANA tak akan habis-habisnya. Untuk memecahkan satu kalimah saja, tak cukup umur kita. Inilah tanda kebesaran Tuhan seru sekalian Alam. Sedang inipun hanya satu tetes dari pialanya Ilmu rahasia yang di anugerahikan Tuhan kepada hambanya hanyalah sebagai setetes embun di waktu pagi. Sedang setetes ini sajapun banyak orang yang heran dan tercengang mendengarnya. Apalagi umpamanya dua tetes, mungin ada yang mati terkejut karenanya. Atau langsung mendustakannya. Sekurang-kurangnya orang mengatakan gila atau kapir. Tetapi saya tidak heran atas tingkah laku hamba Allah di dalam alam dunia ini. Karena semuanya itu terjadi atas kudrat dan kehendak Allah semata-mata. 


Dunia ini adalah panggung sandiwara Allah Ta’ala, di mana Tuhan sendiri sebagai dalangnya. Maka kalau sudah tahu rahasianya, tentunya tentram dan bahagia hidupnya. Dan tak pernah mengeluh lagi. Orang yang sudah benar-benar bulat tekadnya, tidak ada takut lagi. Kadang-kadang orang yang telah merasa nikmatnya kurnia tuhan itu, ada yang ingin mati saja, yaitu mati di pangkuan kekasih. Orang yang seperti ini pandangannya sudah hanya pada  Allah semata dan baik semata dan tersenyum semata. Tak ada lagi kebencian, buruk sangka, fitnah dan lain-lain dan sebagainya, orang yang seperti ini berkata selalu benar dan tak mau dusta lagi. Mereka tidak mengeluh dalam kemiskinan dan cacian orang. Orang ini telah melekat alam hati sanubarinya sampai kepuncak ARSY perasaan ridhanya dan suci bersih RUH dan SIRNYA. Hanya dalam pandangannya; AKU semata. (aku yang di maksud adalah allah, hanya karna telah menyatu dengan maka dia menyebut allah dengan sebutan aku) Ia tidak lagi menyebut: AMALLAH atau ANAL HAQ, atau AKU ZAT, AKU SIFAT. Atau aku hamba, atau aku makhluk atau Aku manusia. Tetapi cukuplah dengan isarat : AKU (ANA). Kalau tidak perlu diam saja. 

Mereka tidak dapat lagi membedakan, yang mana dirinya dan yang mana Tuhannya dan mana makhluknya. 

Ia tidak tahu lagi siapa dirinya dan siapa Tuhannya. 

Ia tidak tahu lagi membedakan yang mana dirinya dan yang mana Tuhannya dan mana makhluk. 

Ia tidak tahu lagi siapa dirinya dan siapa Tuhannya Ia tidak tahu lagi dosa dan pahala. 

Hanya ia berkata dengan sembarang kata. AL-HAQ ada padanya dan dengan dialah hakikat. Dialah yang bathin dalam hakikat dan dialah yang lahir dalam ma’rifat zahirnya Tuhan dan bathinnya Tuhan. Dia berdiri di atas hukum, bukan di bawah hukum. Biarpun dia di cela dan di caci, di manja dan di puja baginya adalah sama saja. Inilah manusia Allah yang suci murni dan tiada noda, walaupun satu titik hitam kata kata kafir atau gila di anggapnya sebagai suara merdu bagaikan seorang sufi meniup seruling buluh perindu dari surga. Suara cacian dan hinaan sebagai nyanyian pelepas rindu di kala kesepian, tak mampu manusia memutarbalikkan hatinya atau yang di sebut kalbun salim. Dia tetap tenang ; tentram dan bahagia. Allah tetap hadir dalam setiap saat / detik dalam perasaan


Orang yang seperti ini dapat di hitung dengan jari tangan, dia adalah termasuk golongan yang sedikit di antara 72 atau 73 golongan. Kami berani menyatakan, bahwa kami termasuk golongan yang sedikit. Yaitu golongan FIYAH QALILLAH. Dalam istilah sufi di sebut keluarga allab. Artinya : 

satu hadirat dengan Tuhan, 

satu kedudukan 

satu kekayaan dengan Tuhan. 

Satu kekuasaan 

satu kebesaran 

satu kemuliaan. 

Kamilah Tuhan sekalian alam. 


NUR ILAHI memenuhi jiwanya, 

NUR MUHAMMAD meliputi wujudnya. 

Akhlak Allah dalam gerakan dan geriknya. 

Kalamullah setiap kata dan ucapannya. 

RACHMAN DAN RACHIM dalam setiap pandangannya. 

Suara ALAIH dalam setiap pendengarannya. 

Kalimah Allah dalam dalam setiap langkah dan tujuannya. 

SIRULLAH dalam setiap niat dan perasaannya. 

NIKMAT dan RACHMAD ALLAH dalam setiap turun naik nafasnya. 

ZIKRULLAH dalam setiap denyut jantungnya. HUDAWAATUZZIKRI dalam setiap diamnya. 

RAHASIA ALLAH dalam setiap akuannya. 

Dia ESA dalam ARSYnya dan tunggal dalam melayutnya. 

Dia berhaq berkata ; dengan namaku yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji itu hanya untukku. Karena ia datang dariku dan kembali kepadaku. 

Tahukah kamu wahai makhlukku ! 

Bukan engkau yang berbuat itu ; 

tetapi aku juga memuji diriku. 

Aku memuji diriku atau aku diam saja; 

apakah aku tidak kuasa ? 

aku bebas menurut sekehendakku. 

Aku jua yang menyuruh dan Aku jua yang mendengar. 

Apabila Aku yang menyuruh, maka satu makhluk pun tak ada yang sanggup meninggalkannya. 

Dan apa bila aku yang melarang, maka satu makhlukpun tak ada yyang sanggup mengerjakannya. 

Inilah tanda kebesaranku dan tanda kekuasaanku dalam setiap makhluk. 


Apakah kamu masih belum mengerti? Apakah aku yang ada, maka tak usah kamu takut dengan neraka, dan tak perlu kamu mencari surga. Akulah yang berhak menentukannya. Karena aku jua yang berbuat dan yang melarangnya. Apabila aku menyampaikannya bukan aku yang mewajibkannya apa-apa untukku. Hanya semata-mata aku menyuruhmu supaya masuk ke dalam surgaku. 


Apakah kamu belum mengerti? Bukanlah aku merindukan surga tetapi surga itu rindu padaku Dan bukan aku takut neraka tapi neraka sendiri lenyap dariku. Akankah neraka itu terbit dari surga? 

Surga itu terbit dari AKU. Pantaskah aku yang sujud kepada surga dan neraka? Orang yang mencari surga atau takut akan neraka ? 

Tahukah kamu wahai sekalian manusia ? 

Dia ini milikmu dan akhirat itu haqmu 

Dia ini zahirmu dan akhirat itu bathinmu 

Dia ini badanmu dan akhirat itu jiwamu 

Dia ini sifatmu dan akhirat itu zatmu 

Zatmu tiada lain dari zatmu 

Dia ini neraka pada hakikatnya. Akhirat itu adalah surga . 

ia dan akhirat adalah satu. 

Surga dan nerakapun satu. 

Allah dan Muhammad satu. 

Kalau begini manakah neraka itu? 

Manakah dunia atau makhluk itu ?. 

Manakah yang adam dan Muhammad ? 

Manakah yang jasad dan manakah yang roh itu ? 

manakah yang makhluk dan manakah yang Tuhan itu? rohlah kamu 


kalau masih belum mengerti. 

Bacalah kitab barencong artinya 

perpisahan antara yang lahir dengan yang bathin. 

Antara yang batal dengan yang haq. 

Antara ahli kulit dengan ahli isi. 

Antara ahli sareat dengan ahli hakikat. 

antara makhluk dengan Tuhan. 

antara ahli jahir dengan ahli ibadat bathin. 


RINCUNG (rencong): tak mau campur baur dengan ahli sareat. Memisahkan diri tak mau bersama. Ilmu jahir membawa mudarat. Hakikat Allah bahagia dunia akhirat. Kitab barencong pusaka lama (warisan lama). Jangan di buang di laut merah. Hati bingung di dalam dada. Ingin mati di lautan darah. Kalau belum bertemu, rindukan bulan Kalau dapat, jangan tak di hiraukan Sulit mencari, buang anak bini rahasia sejati ilmu robbani.


tambahan admin:

jadi kara barencong itu dari asal kata rincung yang pengertianya sama dengan kata suluk, jadi kata barencong artinya bersuluk

dari semua kajian di kitab barencong ini sangat tampak jelas bahwa kajianya lebih tinggi dari kajian alhikam dan sirrul asror, maka jangan langsung memandang sesat kitab ini, dan bagi yang ingin mendalami kitab ini maka harus paham dulu kitab lain seperti alhikam, sirrull asror dan lain lain.

berlajar tasawuf ini tidak bisa langsung melompat dari tingkat 1 mau langsung ke tingkat 4. tapi harus berurutan, jika tidak maka akan tersesat, dan jika telah paham berbagai kitab seperti di atas tadi baru sedikit demi sedikit akan memahami kajian barencong ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar