📓Terjemahan kitab alhikam
📄hikmah 43-44
Ridho dengan Nafsu adalah pangkal kemaksiatan (bahayanya nafsu)
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
أَصْلُ كلُّ مَعصِيَّةٍوَغَفلةٍ وَشَهْوَةٍ الرِّضاَ عَنِ النفْسِ، واصْلُ كُلِّ طَاعةٍ وَيَقَظَةٍ وَعفَةٍ عَدَمُ الرِّضاَ مِنْكَ عَنْهاَ
📄hikmah 43."Pokok /sumber dari semua maksiat, kelalaian dan syahwat itu, karena ingin memuaskan (ridho dengan) hawa nafsu. Sedangkan pokok/sumber segala ketaatan, kesadaran dan moral (budi pekerti), ialah karena adanya pengendalian terhadap hawa nafsu."
Syarah
Sebagaimana di al-quran di ceritakan:
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang di beri rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. QS. Yusuf 53.”
Ridho dengan nafsu itu menjadi sumber semua kemaksiatan dan lupa kepada Alloh di karenakan menjadi sebabnya tertutupnya cela dan cacatnya nafsu (diri tidak dapat melihat bahaya dan kerusakan yang di timbulkan napsuh), sehingga celanya nafsu (perbuatan keji dan tercela) akan di anggap baik. dan orang yang ridho dengan nafsunya akan menganggap baik kelakuannya, orang yang menganggap baik kelakuannya tentu akan lupa kepada Alloh, dan sebab lupa itu manusia tidak mau meneliti kelakuannya dan meneliti aib dan cela dirinya, sehingga macam-macamnya kesenangan nafsu menguasai hatinya, dan ahirnya dia terjerumus pada kemaksiatan.
Abu Hafash berkata: "Barang siapa yang tidak menuduh hawa nafsunya sepanjang waktu dan tidak menentangnya dalam segala hal, dan tidak menarik diri ke jalan kebaikan, maka sungguh ia telah tertipu. Dan barang siapa melihat pada nafsu itu terdapat sebuah kebaikan (merasa dirinya baik), berarti ia telah di binasakannya."
Al-Junaid al-Baghdadi berkata: "Jangan mempercayai hawa nafsumu, walaupun telah lama taat kepadamu, untuk beribadah kepada Tuhan- mu."
Al-Bushiry dalam Burdahnya berkata: "Lawan selalu hawa nafsumu dan syaitan serta jangan menuruti keduanya, walaupun keduanya itu memberi nasehat kepadamu untuk berbuat kebaikan, tetap engkau harus curiga dan waspada."
Sedangkan curiga terhadap nafsu (tidak ridho dengan nafsu) itu menjadi sumber ketaatan dan ingat kepada Alloh, itu di karenakan orang yang tidak ridho dengan nafsunya ia tidak menganggap baik kelakuannya, sehingga ia selalu waspada dan selalu meneliti semua kelakuannya, sehingga nafsunya tidak bisa bebas menguasai orang tersebut. dan orang yang waspada terhadap gerak gerik nafsu akan selalu menjauhi apa yang di larang oleh Alloh. dan itulah yang di namakan taat kepada Alloh.
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
ولاَنْ تصْحبَ جاهِلاً لاَيَرْضىَ عَن نَفسِهِ خيرٌ لكَ مِن اَن تصْحَبَ عَالِماً يَرْضىَ عَنْ نَفسِهِ فَاَيُّ عِلمٍ لعاَلِمٍ يَرْضىَ عن نفسهِ وَايُّ جَهْلٍ لِجاَهِلٍ لا يَرضىَ عن نفسهِ
📄hikmah 44. "Dan sekiranya engkau bersahabat dengan orang bodoh yang tidak menurutkan hawa nafsunya, itu lebih baik dari pada bersahabat dengan orang berilmu (orang alim) yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Maka ilmu apakah yang dapat di berikan bagi seorang alim yang selalu menurutkan hawa nafsunya itu, sebaliknya kebodohan apakah yang dapat di sebutkan bagi seorang yang sudah dapat menahan hawa nafsunya."
Syarah
Orang yang tidak ridho dengan nafsunya akan selalu menganggap dirinya belum baik dan akhlaknya masih jelek.orang seperti ini baik untuk di jadikan sahabat, karena sangat banyak manfaatnya bagimu, kebodohannya tidak akan membahayakan dirimu.
Bagaimana akan di namakan bodoh, seorang yang telah dapat menahan dan mengekang hawa nafsunya, sehingga membuktikan bahwa semua amal perbuatannya hanya semata-mata untuk keridhoan Alloh dan bersih dari dorongan hawa nafsu. Sebaliknya apakah arti suatu ilmu yang tidak dapat menahan atau mengendalikan hawa nafsu dari sifat kebinatangan dan kejahatannya.
Dalam sebuah hadits ada keterangan : "Seorang akan mengikuti pendirian sahabat karibnya, karena itu hendaknya seseorang itu memperhatikan, siapakah yang harus di ambil sebagai sahabat."
Seorang penyair berkata: "Barang siapa bergaul dengan orang-orang yang baik, akan hidup mulia. Dan yang bergaul dengan orang-orang yang rendah akhlaqnya pasti tidak mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar