Senin, 08 November 2021

0522. Ahmad Ibnul jalla

 Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah

(Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)

bab 5: para tokoh sufi

judul 22. Ahmad Ibnul Jalla’



Abu Abdullah Ahmad bin Yahya al-Jalla’, asli Bagdad, dan pernah di Ramalah (Sebuah wilayah di Palestina, arahnya timur laut dari Masjidil Aqsha. Di bangun oleh Sulaiman bin Abdul Malik (716M.) kemudian di rebut oleh tentara Salib tahun 1099 M), dan Damaskus (Ibu kota Syiria, Kota ini berusia 5000 tahun, Penduduknya adalah bangsa Aramia, Kemudian di kuasai oleh Asywaria, Babilonia, Persia, Yunani, berikut Romawi, Di buka kembali oleh bangsa Arab Islam tahun 639 M. Dan menjadi ibu kota Kerajaan Umayyah.


Ketika Perang Salib kota ini di pertahankan oleh Nururddin. Namun di bakar oleh Timur Leng tahun 1400 M. Dan di menangkan kembali oleh Sultan Salim I tahun 1516 M. Di antara warisan peradaban yang masih ada adalah Masjid Umayyah. Makam Salahuddin, dan Istana Agung serta peninggalan lainnya), Ia termasuk tokoh terbesar dari kalangan Syeikh Sufi di Syam. Berguru pada Abu Turab, Dzun Nuun al-Mishry dan Abu Ubaid al-Bisry serta kepada ayahnya sendiri Yahya al-Jalla’.


Ia berkisah: 

“Ku katakan pada ayah dan Ibu bahwa Aku senang sekali bila ayah dan ibu menghibahkan diriku kepada Allah swt” Ayah dan ibu menjawab: “Kami benar-benar menghibahkanmu kepada Allah Azza wa Jalla” Lalu aku pergi beberapa tahun. Ketika aku kembali, bertepatan hujan lebat di malam hari, aku mengetuk pintu rumah. Ayahku berkata: “Siapa itu?” Ku jawab: “Anakmu, Ahmad” Ayah balik berkata: “Kami memang mempunyai anak, tetapi sudah kami hibahkan kepada Allah swt, dan bagi kami orang Arab, tidak akan mengambil kembali apa yang sudah kami berikan” Ayahku akhirnya tidak membukakan pintu untuk ku”


Di antara ucapannya:

“Siapa yang mengganggap sama antara pujian dan celaan, maka ia adalah seorang zuhud. Dan barang siapa menjaga ibadat-ibadat fardhu pada setiap awal waktu, ia adalah seorang penghamba setia. Siapa yang melihat semua aktivitas (semua peristiwa) dari Allah swt, berarti ia telah manunggal, tidak ada yang di lihat kecuali Yang Tunggal”


Ketika Ibnul Jalla’ wafat, dokter memandangnya, dan iapun tersenyum. “Ia hidup” kata dokter itu. Ketika memeriksa detak jantungnya, dokter itu berkata: “Ia wafat” Namun ketika tutup mukanya di buka, dokter itu malah berkata: “Aku tidak tahu, apakah ia wafat atau hidup?”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar