Terjemahan kitab risalatul qusyairiyah (Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairy)
bab 5: para tokoh sufi
judul 66. ke Al-Junayd bin Muhammad
Abul Qasim – al-Junayd bin Muhammad (wafat 297 H./910M.), adalah pemuka tharikat kaum Sufi. Berasal dari Nahawand, namun lahir dan tumbuh besar di Irak.
Ayahnya seorang penjual kaca, karenanya al-Junayd sering di kaitkan dengan nisbat, al-Qawariry. Ia di kenal sebagai seorang faqih dalam bidang mazhab Abu Tsaur, dan berfatwa di halaqahnya ketika usianya baru dua puluh tahun. Berguru kepada pamannya sendiri as-Sary, juga kepada al-Harits al-Muhasiby, serta Muhammad bin Ali-al-Qashshab.
Ketika di tanya perihal orang yang ma’rifat, al-Junayd menjawab:
“Siapa yang berbicara tentang rahasia hati Anda, namun Anda diam”
Al-Junayd berkata:
“Aku tidak pernah mengambil pelajaran tasawuf dari kata-kata. Tetapi aku mengambil pelajaran dari rasa lapar dan meninggalkan dunia, memutus segala kecenderungan dan hal-hal yang elok”
Abu Ali ar-Rudzbaary berkata:
“Aku mendengar al-Junayd berkata kepada seorang laki-laki yang menyebutkan perihal ma’rifat.
Laki-laki itu berkata:
“Ahli ma’rifat billah ada yang sampai pada tahap meninggalkan gerakan-gerakan dari gerbang kebaikan dan ketakwaan kepada Allah swt”
Al-Junayd langsung menjawab:
“Ungkapan itu merupakan ucapan kaum yang berbicara tentang gugurnya amal. Bagiku, itu perkara besar.
Orang yang mencuri dan berzina sekalipun, lebih baik dari pada orang yang berpandangan demikian. Orang-orang yang ma’rifat kepada Allah swt, senantiasa tekun beramal kepada Allah swt, dan kepada-Nya mereka kembali. Bila saja usiaku mencapai seribu tahun, sedikitpun aku tidak akan mengurangi amal= amal kebajikan, kecuali jika aku di alihkan selain amal tersebut”
Di antara kata-katanya:
“Seluruh Jalan sebenarnya di peruntukkan kepada makhluk, kecuali bagi orang yang mengikuti jejak Rasul saw”
“Bila seseorang benar-benar menghadap Allah swt. selama sejuta tahun, lantas sejenak ia berpaling dari-Nya, segala sesuatu yang telah hilang dari sejenak itu nilainya lebih banyak ketimbang yang di perolehnya (selama sejuta tahun)”
“Barang siapa tidak menjaga Al-Qur’an dan tidak menulis Hadits, dalam kaitan persoalan ini, orang tersebut tidak boleh di ikuti. Sebab ilmu tasawuf kita di ikat oleh Kitab dan Sunnah”
Al-Junayd di tanya:
“Dari mana Anda meraih prestasi ilmu seperti ini?”
Ia menjawab:
“Dari dudukku selama tiga puluh tahun di hadapan Allah swt”
Di bawah derajat tersebut, al-Junayd mengisyaratkan pada satu tahap derajat yang di contohkan di rumahnya.
Ketika di tangannya teruntai tasbih, ia di tanya:
“Anda, dengan kemuliaan Anda, masih memakai tasbih di tangan?”
Ia menjawab:
“Melalui ini, aku dapat sampai kepada Tuhanku. Oleh karena itu, aku tidak melepaskannya”
Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata:
“A-Junayd memasuki kedainya setiap hari, kemudian menutup tirai, lalu shalat empat ratus rakaat, baru kemudian pulang ke rumahnya”
Abu Bakr al-Athawy bercerita:
“Ketika aku berada di dekat al-Junayd saat menjelang wafatnya, ia ingin mengkhatamkan Al-Qur’an. Lalu ia mulai membaca Surat Al-Baqarah, baru tujuh puluh ayat di bacanya, tiba-tiba ia wafat. semoga Allah swt. mencurahkan rahmat-Nya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar