📓Terjemahan kitab alhikam
📄hikmah 73-74 Nikmat dan musibah adalah jalan menuju Alloh
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
مَنْ لَمْ يُقبِلْ على اللهِ بِمُلاَ طفاَتِ الاِحْساَنِ قـُيِّدَ اليْهِ بِسلاَسِلِ الاِمتِحاَنِ
📄hikmah 73. "Barang siapa yang tidak suka menghadap kepada Alloh dengan halusnya pemberian karunia (bashtu) Alloh, maka akan di seret supaya ingat kepada Alloh dengan rantai ujian. (musibah / qobdhu)"
Syarah
basthu ataupun qobdhu itu adalah karunia allah maka apapun yang allah berikan harus kita syukuri.
Ada dua perkara yang menjadikan seorang hamba itu bisa Taat dan menghadap kepada Alloh, (atau cara allah membuat manusia kembali padaNya);
yaitu :
1. Datangnya nikmat dari Alloh (basthu) pada dirinya, sehingga dia mau bersyukur dan menghadap taat kepada Alloh.
2. Datangnya macam-macam musibah (qobdhu) dan bencana pada dirinya atau hartanya, lalu ia sadar dan kembali kepada Alloh.
Terkadang musibah itu juga bisa menjadi sebab ia meninggalkan kebergantunganya pada dunia dan berubah hanya bergantung pada Alloh. Karena yang di inginkan Alloh pada hambanya yaitu kembalinya hamba kepada Alloh dengan cara menurut (ridho) atau di paksa.
Barang siapa yang tidak suka sadar dan dzikir (ingat) kepada Allah ketika sehat dan murah rezeki, maka akan di paksa supaya dzikir (ingat) kepada Allah dengan tibanya musibah (bencana).
Maka dalam kedua hal itu Allah berkenan akan menuangkan nikmat karunia yang sebesar-besarnya kepada hamba-Nya.
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
مَنْ لَمْ يَشكُرِ النِّعَمِ فَقدْ تـَعَرَّضَ لِزَوَالِهاَ ومن شَكرَهاَ فقد قـَيَّدَ بِعِقاَلهاَ
📄hikmah 74. "Barang siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan (qobdhu), maka berarti berusaha untuk menghilangkan nikmat (wobdhu) itu, dan barang siapa mensyukuri nikmat berarti telah mengikat nikmat (qobdhu) itu dengan ikatan yang kuat."
Syarah
Mensyukuri nikmat itu berarti menetapkan dan menambah nikmat itu, Firman Allah:
"Lain syakartum la-adziydan-nakum" (Kalau kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat bagimu
Bersyukur itu ada kalanya dengan:
1. Hati, yaitu sadar bahwa kenikmatan itu semua datang dari Alloh,
Firman Allah:
"Wamaa-bikum min-ni'matin faminallohi" (Tiada terjadi suatu nikmat bagimu, maka itu dari Allah)
2.Ada kalanya dengan lisan, yaitu dengan menceritakan nikmat itu pada orang lain. Firman Allah:
"Wa-ammaa bini'mati Robbika fahad-dits"
(Adapun terhadap nikmat pemberian Tuhanmu, maka pergunakanlah / ceritakan dan sebarkan).
3. Dan ada kalanya dengan anggota badan, yaitu dengan taat kepada Alloh sehingga jangan sampai anggota tubuh di gunakan untuk melakukan perkara yang tidak di ridhoi Alloh.
An-nu'maan bin Basyir radhiyallahu 'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka tidak akan dapat mensyukuri nikmat yang banyak, dan barang siapa yang tidak berterima kasih kepada sesama manusia berarti tidak dapat bersyukur (berterima kasih) kepada Allah."
Syukur, adalah merasa dalam hati, dan menyebut dengan lidah, dan mengerjakan dengan anggota badan.
Junaid al-Baghdadi berkata:
"Ketika aku berusia tujuh tahun dan hadir dalam majelis As-Sariyussaqathi, tiba-tiba aku ditanya:
Apakah arti syukur?
Jawabku: Syukur ialah tidak menggunakan suatu nikmat yang di beriakan Allah untuk berbuat maksiat.
As-sary berkata:
Aku khawatir kalau bagianmu dari karunia Allah hanya dalam lidahmu belaka.
Al-Junaid berkata:
Maka karena kalimat yang di keluarkan oleh Assary itu aku selalu menangis, khawatir kalau benar apa yang di katakan oleh Assary itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar