Selasa, 09 November 2021

070-072 Tamak Akan Melahirkan Kehinaan

 📓Terjemahan kitab alhikam

📄hikmah  70-72 Tamak Akan Melahirkan Kehinaan

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

ماَ سَبَقتْ اَغْصاَنَ ذ ُلِّ ِاِلاَّ على بِذْرِ طَمَعٍ


📄hikmah 70. "Tidak akan berkembang biak berbagai cabang kehinaan itu, kecuali di atas bibit tamak [kerakusan]."

 


Syarah


Sifat tamak bagian dari besarnya aib yang mencela sifat kehambaan,

bibit dari segala macam kehinaan dan kerendahan.

dan sumber dari segala penyakit hati, karena tamak itu hanya bergantung pada manusia, minta tolong pada manusia, bersandar pada manusia, mengabdi pada manusia, yang demikian itu temasuk kehinaan, sebab ragu-ragu dengan taqdirnya Alloh.


  Abu Bakar al-Warroq al-Hakim berkata: 

"Andai kata sifat tamak itu dapat di tanya, 'Siapakah ayahmu?' 

Pasti jawabnya, 'Ragu terhadap takdir Alloh'. 

Dan bila ditanya, 'Apakah pekerjaanmu?' 

Jawabnya, 'Merendahkan diri'. 

Dan bila ditanya, 'Apakah tujuanmu?' Jawabnya, 'Tidak dapat apa-apa."

 

Suatu hikayat mengatakan: "Ketika Ali bin Abi Tholib Karomalloh wajhah, baru masuk ke masjid Jami' di Basrah, di dapatinya banyak orang yang memberi ceramah di dalamnya. Maka ia menguji mereka dengan beberapa pertanyaan dan yang ternyata tidak dapat menjawab dengan tepat,  maka mereka di usir dan tidak di izinkan memberi ceramah di masjid itu, dan ketika sampai ke majelis Hasan al-Basri, ia bertanya, 'Wahai para pemuda! Aku akan bertanya kepadamu sesuatu hal, jika engkau dapat menjawab, aku izinkan engkau terus mengajar di sini, tetapi jika engkau tidak dapat menjawab, aku usir engkau sebagaimana teman-temanmu yang lain, telah aku usir itu'.

Jawab Hasan al-Basri, 'Tanyakan sekehendakmu'.

Sayyidina Ali bertanya, 'Apakah yang mengokohkan agama?'

Jawab Hasan, 'Waro' [menjaga diri sendiri untuk menjauhi segala yang bersifat syubhat dan haram].

Lalu Sayyidina Ali bertanya lagi, 'Apakah yang dapat merusak agama?'

Jawab Hasan, 'Tamak (rakus)'.

Imam Ali berkata kepadanya, 'Engkau boleh tetap mengajar di sini, orang seperti engkaulah yang dapat memberi ceramah kepada publik'."

 

Seorang guru berkata: 

"Dahulu ketika dalam permulaan bidayahku (awal pejalananku mengenal allah) di Iskandariyah, pada suatu hari ketika aku akan membeli suatu keperluan dari seorang yang mengenal aku, timbul dalam perasaan hatiku, mungkin ia tidak akan menerima uangku ini, tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi, Keselamatan dalam agama hanya dalam memutuskan harapan dari sesama makhluk'." 

Waro' dalam agama itu menunjukkan adanya keyakinan dan sempurnanya bersandar diri kepada Alloh. 

Waro' yaitu jika sudah merasa tiada hubungan antara dia dengan makhluk, baik dalam pemberian, penerimaan atau penolakan, dan semua itu hanya terlihat langsung dari Alloh Ta'ala.


Sahl bin Abdullah berkata: 

"Di dalam iman tidak ada pandangan sebab perantara, karena pandangan sebab pelantara itu hanya ada di dalam ajaran Islam sebelum mencapai keimanan yang sebenarnya)"

Semua hamba pasti akan makan rezeki-Nya, hanya berbeda-beda, ada yang makan dengan kehinaan, yaitu peminta-minta. 

Ada yang makan rezeki-Nya dengan bekerja keras, yaitu para buruh, 

ada yang makan rezeki-Nya dengan cara menunggu, yaitu para pedagang yang menunggu sampai adanya membeli barang-barangnya. Adapun yang makan rezeki-Nya dengan rasa mulia, yaitu orang sufi yang merasa tidak ada perantara dengan Tuhan.


 ▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

ماَ قاَدَكَ شىءٌ مثـل الوَهْمِ


📄hikmah 71. "Tiada sesuatu yang dapat menuntun/memimpin engkau (pada kehinaan) seperti angan-angan (bayangan yang kosong)"

 


Syarah


Wahm: Ialah angan-angan terhadap sesuatu selain dari Alloh, yang berarti angan-angan yang tidak mungkin terjadi.  Dan biasanya nafsu itu lebih tunduk pada wahm/ angan-angan, dari pada pada akalnya. Sebagai contoh: manusia itu biasanya lari apa bila melihat ular, karena dia berangan-angan ular itu akan menggigit dirinya. tapi Apabila dia (nafsunya) tunduk pada akalnya, tentu dia tidak lari. Karena apa-apa yang sudah di tentukan Alloh pasti wujud, dan sebaliknya.

Ingatlah tidak ada orang yang bisa selamat dari sifat tamak,kecuali orang yang khusus yaitu orang-orang yang ahli Qona’ah dan berserah diri pada Alloh, yang hatinya sama sekali tidak bergantung pada makhluk (manusia).

 

(ya allah merdekakanlah kami dari sifat tamak dan liputilah diri kami dengan sifat warok. aamiin)

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪


 أنْتَ حُرُّمِمَّا اَنتَ عَنْهُ أيِسٌ وَعَبْد ٌ لمَا اَنتَ لهُ طاَمعُ 


📄hikmah 72. "Engkau merdeka dari segala sesuatu yang tidak engkau butuhkan, dan engkau tetap menjadi hamba pada apa yang engkau inginkan."

 


Syarah


Hikmah ini menunjukkan hinanya tamak, dan baiknya Qona’ah.


Andaikan tidak ada keinginan-keinginan yang palsu dan sifat tamak, pasti orang akan bebas merdeka tidak akan di perbudak oleh sesuatu yang tidak berharga.


العبد حرّماقنع ٭ والحرُّعبد ٌماطمع


Budak itu merdeka selagi dia menerima pembagian dari Alloh (Qona’ah), orang merdeka itu menjadi budak selagi dia tamak.


Qona’ah yaitu: tenangnya hati karena tidak adanya sesuatu yang sudah biasa ada. Dan qona’ah itu awal dari pada sifat zuhud.


Suatu hikayat:

Burung elang yang terbang tinggi di angkasa raya, sulit orang akan dapat menangkapnya, tetapi ia melihat sepotong daging yang tergantung pada perangkap, maka ia turun dari angkasa oleh karena sifat tamaknya (rakusnya), maka terjebaklah ia dari perangkap itu sehingga ia menjadi permainan anak-anak kecil.

 

Fateh al-Maushily ketika di tanya tentang perumpamaan orang yang menurutkan nafsu syahwat dan sifat tamaknya (rakusnya), tidak jauh dari tempat itu ada dua anak sedang makan roti, yang satu hanya makan roti, sedang yang kedua makan roti dengan keju, lalu yang makan roti ingin yang keju, maka ia berkata kepada temannya:

“Berilah kepadaku keju.” 

Jawab temannya: “Jika engkau suka jadi anjingku, aku beri keju”.

Jawab anak yang meminta: ‘Baiklah’.

Maka di ikatlah lehernya dengan tali sebagai anjing dan di tuntun.

Berkata Fateh kepada orang yang bertanya: “Andaikata anak itu tidak tamak (rakus) pada keju, niscaya ia tidak menjadi anjing”.

 

suatu kejadian, 

ada seorang murid di datangi oleh gurunya, maka ia ingin menjamu gurunya, maka ia keluarkan roti tanpa lauk pauk, dan tergerak dalam hati si murid sekiranya ada lauk pauknya tentu lebih sempurna. Dan setelah selesai sang guru makan apa yang di hidangkan itu, berdirilah sang guru dan mengajak si murid keluar tiba-tiba ia di bawa ke penjara untuk di tunjukkan berbagai macam orang yang di hukum, baik yang di rajam atau di potong tangannya dan lain-lain, lalu berkatalah sang guru kepada muridnya:

Semua orang-orang yang engkau lihat itu, yaitu orang yang tidak sabar makan roti saja tanpa lauk pauk.

Ada seorang yang baru di keluarkan dari penjara, yang masih terikat kakinya dengan rantai ia meminta-minta sepotong roti kepada seseorang, maka berkatalah orang tempatnya meminta:

Andai saja sejak dulu engkau mau menerima sepotong roti, maka tidak akan terikat kakimu itu.

 

Dalam hikayat lain di kisahkan:

Ada seseorang melihat seorang hakim sedang makan buah yang jatuh ke sungai, maka orang itu berkata, 'Wahai bapak hakim, sekiranya engkau mau bekerja pada Baginda Raja tentu engkau tidak sampai makan buah yang jatuh ke dalam sungai.

Lalu di jawab oleh sang hakim:

Andaikan engkau suka menerima makanan ini, tidak perlu menjadi budaknya Raja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar