Rabu, 10 November 2021

170-172 “Bagian Nafsu Dalam Ibadah”

 📓Terjemahan kitab alhikam

📄hikmah 170-172


“Bagian Nafsu Dalam Ibadah”


حظ النفس فى المعصية ظاهرٌجليٌّ، وحظها فى الطاعة باطن خفيٌّ ومدواة ما يخفى صعبٌ علاجهُ


170. “ Bagiannya hawa nafsu dalam perbuatan maksiat itu sangat jelas dan terang,  sedangkan bagian nafsu dalam perbuatan taat (ibadah) itu halus dan samar,  untuk mengobati yang samar itu itu sangat sulit penyembuhannya.” 


 


Syarah


  Ketahuilah bahwa hawa nafsu itu selalu ambil bagian atau peran, baik dalam maksiat atau dalam taat (amal ibadah). Kepentingan nafsu dalam maksiat itu jelas, sperti zina, minum-minuman keras, dia jelas merasakan enaknya dan kepuasannya. Karena nafsu mengajak maksiat itu tujuannya hanya ingin merasakan kenikmatan dan kepuasan dan ahirnya terjadi bencana dan kehinaan.


 Sedangkan bagian nafsu dalam taat /ibadah, sangatlah halus dan samar untuk di ketahui dan di sadari. Karena dalam taat / ibadah itu nafsu akan merasa berat, karena semua ibadah itu selalu bertentangan dengan hawa nafsu. Jadi apabila nafsu memerintahkan untuk ibadah maka waspadalah! Dan telitilah apakah ada kepentingan nafsu di dalam ibadah tersebut, taat dan ibadah seharusnya bertujuan mendekatkan diri kepada Alloh, tapi nafsu mempunyai kepentingan lain seperti Riya’ (supaya di lihat / di ketahui orang) bahwa dia orang yang ahli ibadah, yang selanjutnya orang lain memujinya, dan terkenal di kalangan manusia. Dan masih banyak contoh yang lain apa bila kita mau meneliti pergerakan nafsu kita. Dari itu muallif (Syeih Ibnu ‘Ato’illah) dawuh :


ربّما دخل الرياءُ عليك من حيث لاينظرالخلقُ اليكَ


171. “Terkadang masuknya riya’ dalam amal perbuatanmu itu dari arah yang tidak ada orang yang melihat padamu.”


 


Syarah


Riya’ yang masuk dalam amal perbuatan ketika di depan orang banyak itu di namakan Riya’ jaliy (terang). 

Riya’ juga bisa masuk pada amal ketika sendirian, dan tidak ada orang yang mengetahuinya. Dan dengan amalnya itu dia berharap akan di sanjung orang, di mulyakan orang, seumpama dia berilmu, supaya orang lain mencukupi hak-haknya, dan apa bila tidak dia berharap supaya orang lain di siksa oleh Alloh sebab tidak menghormati orang yang berilmu. apa bila hal seperti ini ada dalam diri seseorang itu tandanya dia riya’ dengan ilmunya, yang seperti ini di namakan Riya’Khofiy (samar).


 Dan tidak akan selamat dari 

Riya’ Jaliy dan Riya’ khofiy kecuali orang yang sudah Ma’rifat billah, dan kuat tauhidnya. karena Alloh sudah menjaganya dari syirik dan menutup pandangannya dari melihat makhluk sebab Nur keyakinan dan Nur ma’rifat yang sudah terang bersinar dalam hatinya. para Arifiin itu sudah tidak berharap dapat manfaat dari orang lain (makhluk), dan juga tidak takut  bahaya dari makhluk. Dan amalnya para Arif itu bersih dari Riya’ walaupun di kerjakan di depan orang banyak.


 Rosululloh bersabda:  “ Syirik itu ada yang lebih samar dari jalannya semut hitam di atas batu hitam di malam yang gelap gulita.” (dan riya’ itu termasuk syirik yang samar, yaitu beramal tidak karena Alloh)


  Sayyidina Ali bin Abi Tholib ra. berkata: Kelak di hari kiamat Alloh akan berkata kepada orang-orang yang zahid dan fakir: 

"tidakkah telah di murahkan (di turunkan) harga barang-barang untuk kamu, tidakkah jika kamu berjalan lalu di beri salam terlebih dahulu, tidakkah jika kamu berhajat segera di sampaikan (di bantu) semua hajatmu 

(itu semua adalah balasan allah di dunia, tapi karna di dunia sudah di balas maka di akhirat tidak ada balasan atas amal ibadanya maka dari itu utamakan tidak di balas allah di dunia ini, supaya balasanya di berikan allah di akhirat kelak)


Di dalam hadis lain di terangkan: 

"Kini tidak ada lagi pahala bagimu,  sebab semua pahalamu telah kamu terima semasa hidup di dunia"


 Syeih Yusuf bin Al-Husain Ar-rozy berkata: sesuatu yang amat berharga di dunia ini ialah ikhlas, beberapa kali aku bersungguh-sungguh untuk menghilangkan Riya’ dalam hatiku, tiba-tiba tumbuh lagi dengan lain corak (model).


استشرافك ان يعلم الخلقُ بخصوصيّـتكَ ، دليل على عدم صدقك في عبوديّـتك


172. “ Keinginanmu yang sangat untuk di ketahui orang tentang sesuatu dari keistimewaanmu itu, sebagai bukti tidak adanya kejujuran (kesungguhan)mu dalam kehambaanmu (shidqul ‘Ubudyyah).”


 


Syarah


Yang di namakan Sidqul ‘Ubudyyah 

yaitu: 

membuang segala sesuatu selain Alloh, dan tidak memandang pada selain Alloh dalam baribadah.


Jadi apa bila kamu benar-benar beribadah kepada Alloh, pasti akan menerima perhatian dari Alloh kepadamu, sehingga kamu tidak senang di ketahui orang lain dalam menghamba kepada Alloh.


 Syeih Abu Abdulloh Al-Qurasyi berkata: siapa yang tidak puas dengan pendengaran dan penglihatan Alloh dalam amal perbuatannya, maka pasti dia kemasukan riya’.


 Alloh berfirman: “Apakah engkau tidak merasa cukup dengan tuhanmu, bahwa Ia menyaksikan dan mengetahui segala sesuatu.” QS.Fus-shilat 53.


 Syeih Abul-khoir Al-Aqtho’ berkata : Siapa yang ingin amalnya di ketahui orang, maka itu adalah riya’, dan siapa yang ingin di ketahui orang hal keistimewaannya, maka itu pendusta.


  Hikmah ini untuk pelajaran orang yang memulai perjalanan suluk (murid), tapi bagi orang yang sudah Arif dan hanya melihat sifat wahdaniyyahnya Alloh, antara terkenal dan tersembunyi itu sama saja. Seperti kata hikmah dari Syih Abul Abbas Al mursyi.


Syeih Abul Abbas Al-Mursyi 

berkata: 

Barang siapa yang ingin terkenal, maka ia budak (hamba)nya terkenal, 

dan siapa yang ingin tersembunyi, maka ia budak (hamba)nya tersembunyi,  

dan siapa yang benar-benar merasa sebagai hamba Alloh, maka terserah pada Alloh apakah dia di terkenalkan atau di sembunyikan, yakni sama saja, yang penting beramal karena Alloh.


 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar