Rabu, 10 November 2021

185-186 “Lebih Utama Mana Antara Berdo’a Atau Tidak”

 📓Terjemahan kitab alhikam

📄hikmah 185-186


“Lebih Utama Mana Antara Berdo’a Atau Tidak”


رُبّـَماَ دَلـَّهُمُ الاَدابُ علَى تَركِ الطلبِ اِعْتماداً على قِسـمتهِ واستغالا بذِكرِه عنْ مسـءـلتهِ


185 “ Terkadang Alloh menunjukkan pada hambanya (para ‘Arif) adabnya seorang hamba untuk tidak meminta/berdo’a karena menyerah pada kebijaksanaan dan merasa puas dengan pembagian dari Alloh, dan terlalu sibuk berdzikir sehingga tidak sempat minta-minta” 


 


Syarah


  Ada sebagian ‘Arifin yang mereka terkadang terpaksa untuk tidak meminta, dan menyerah pada Alloh dan hanya mengandalkan pembagian yang sudah di tetapkan Alloh di zaman ‘azali.


Para ulama ada yang berbeda pendapat tentang lebih utama mana antara meminta / berdo’a atau diam / tidak meminta.


 Ada yang berpendapat: lebih utama berdo’a, karena berdo’a itu bagian dari ibadah, dan mengerjakan perkara yang di sebut ibadah itu lebih utama dari pada meninggalkannya.


Sebagian berpendapat : diam dan tidak berdo’a dan merasa puas dan ridho dengan berlakunya hukum (qodho’) itu lebih sempurna dan di ridhoi, karena sesuatu yang sudah di pilihkan Alloh untuk kita itu lebih itu lebih utama dari pada pilihan kita. 

Dalam hadist qudsi Alloh berfirman :  barang siapa tersibukkan dzikir kepadaKu dan meninggalkan meminta kepadaKu, Aku akan memberi yang terbaik dari apa yang Aku berikan pada orang yang meminta.


 Dan ada yang berpendapat: waktu itu berbeda-beda, adakalanya lebih utama berdo’a dan adakalanya lebih baik diam, sebagaimana yang di katakan Syeih Abul-Qosim Al-Qusyairi ra.


Apa bila hati lebih condong kepada do’a, maka lebih baik berdo’a, dan apabila hati lebih condong diam, maka diam dan tidak berdo’a lebih baik,. Apa bila hati lebih condong kepada ridho, dan puas dengan pembagian dan pilihan dari Alloh, dan lebih memperbanyak dzikir itulah adab tatakrama yang utama.


إنّـَما يُذَكَّرُ من يجُوزُ لهُ الاِغْـفالُ وإنّـَما ينبـَّهُ من يُمْكنُ لهُ الاِهمالُ


186. “ Sesungguhnya yang harus di ingatkan itu hanya orang yang mungkin lupa, dan yang harus di tegur itu hanya orang yang mungkin teledor.


 


Syarah


  Apakah mungkin Alloh itu lupa? mengapa harus di ngingatkan dengan meminta, Dan apakah mungkin Alloh itu teledor, sehingga tidak memperhatikan hambanya? Itu tidak mungkin, dan itu mustahil bagi Alloh.  Maka bagi para ‘Arif meninggalkan meminta itu bagian dari adab tatakrama kepada alloh.


  Syeih Abu Bakar Al-Wasithi ra. Ketika di minta mendoakan muridnya, lalu ia berkata: Saya kuatir kalau saya berdo’a, lalu di tanyakan kepadaku: 

"kalau kamu meminta kepadaKu (Alloh) apa yang menjadi hakmu, berarti engkau curiga kepadaKu,  dan bila kau meminta apa yang bukan menjadi hakmu, berarti engkau telah menyalahgunakan kewajibanmu untuk memuji kepadaKu,  dan bila kau ridho maka Aku akan menjalankan padamu apa yang sudah Aku tetapkan pada masa yang sudah lalu (zaman ‘Azali).


 Syeih Abdulloh bin Munazil berkata: sejak lima puluh tahun saya tidak pernah berdo’a meminta kepada alloh, juga tidak ingin di do’akan oleh orang lain. Sebab segala sesuatu berjalan menurut apa yang telah di tetapkan oleh Alloh di zaman ‘azali, dan saya sudah merasa puas dengan itu.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar