terjemahan kitab
Al Mawafiq Wal Mukhotobat
(Asy Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri)
Bab 08 Sebutan “Aku”
“Tidak akan di ucapkan kata “aku” (untuk menyebut diri kemahlukanya) melainkan oleh orang yang sedang lalai dan oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat ku (karna allahpun bukan hakikat).
pesona dunia masih mencengkram dirimu, masing masing (dari tipu daya dunia) akan menyambar dirimu dengan seruan supaya kau datang kepadanya (dunia), engkau masih saja dalam kegaiban yang kelam dari Ku (Allah).
Maka apa bila engkau telah melihat “AKU (Allah)” dan “Aku” pun telah nyata di hadapanmu, maka tetapkan keteguhanmu, tiada Aku (mu) lagi malinkan (yang ada) hanya “AKU” (Allah)
“Telah ku ciptakan untukmu dan untuk sesuatu menjadi tujuan, antara lain tujuan itu adalah
“Cintamu kepada dirimu sendiri”
itulah tetesan faham (kalimat) yang engkau warisi,
kata-katamu “aku(mu)” adalah egomu sendiri (sedangkan Aku / Allah berlepas diri dari anggapan yang demikian).
Dan tidak lain Zat itu melainkan hanya milik Ku,
dan tidak lain “Aku(mu)” itu kecuali untuk Aku (Allah) semata.
Akulah yang engkau itu Aku,
adapun hakikatmu, bukanlah zat dan bukan pula persoalan (tempat salah dan dosa)
hanya sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang bersifat wahami (dugaan), hal ini di sebabkan karna caramu berpikir (dengan pola pikir duniawi bukan polah pikir hakikat karna memang kau belum memahaminya) dan pencapaianmu pada pendakian jiwa (tingkat perjalanan batin) dan pencapayan persoalan (dalam pola pikir tasawuf).
Engkau dalam setiap saat terbagi kepada “menyaksikan dan di saksikan”,
dua menjadi satu dalam bentuk penyatuan.
jiwa yang mencapai dan persoalan yang di capai.
adapun hakikatmu sendiri (sebenarnya masih) tersembunyi jauh di balik penyatuan ini, meninggi atasnya, jauh dari segala itu semua. Engkau bukan lagi zat dan penyatuan, tetapi engkau hanyalah roh dari Roh Ku, tiada nisbat (sesuatu yang di kaitkan) bagimu melainkan hanya pada-Ku”.
Engkau tidak mengungkapkan hakikat ini, tidak terbuka hakikat ini bagimu kecuali di kala terangkat darimu tirai penutup sehingga engkau memandang Ku, ketika itulah lenyap keadaan dirimu yang menyatu, penyatuan yang bersifat serba duga (wahami), lalu engkau menyadari atas hakikat dirimu dan engkau dapati dirimu yang sebenarnya yang bukan zat dan bukan pula dari persoalan, tetapi hanya semurni-murninya roh; yang sederhana (Basithah) satu yang tidak terbagi, (Jauhar) tunggal, meninggi, tiada nisbah melainkan kepada Ku, maka engkau tidak lagi mengulangi dan mengatakan “AKU” tetapi mengatakan “Engkaulah Tuhanku”, dan telah engkau ketahui, bahwa “AKU” (sifat Allah yaitu alam semesta dan termasuk dirimu) adalah untuk Ku (Allah) semata, dan bahwa engkau adalah hamba Ku”.
Seruan Allah kepada para arifin:
"Jika engkau sudah melihat Ku, maka tidak akan ada tuntutan, dan apabila tidak ada tuntutan maka hilanglah sebab, dan jika sebab telah musnah maka tiada lagi nisbah, sempai di sini sirnalah hijab”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar