Bab 12. CARA BICARA RASULULLAH SAW.

Kepribadian dan Budi Pekerti Rasulullah saw.

Muhammad bin `Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahhak as-Sulami. (Imam at-Tirmidzi)


Bab 12. CARA BICARA RASULULLAH SAW.



"Rasulullah  saw.  tidak  berbicara  cepat  sebagaimana  kalian.  Tetapi  beliau berbicara   dengan kata-kata yang           jelas    dan     tegas.              Orang    yang   duduk bersamanya akan dapat menghafal (kata-katanya)


(Diriwayatkan oleh Humaid bin Mas'adah al Bashriyyi, dari Humaid al Aswad, dari Usamah bin Zaid, dari Zuhri, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)




"Rasulullah saw. suka mengulang kata-kata yang diucapkannya sebanyak tiga kali agar dapat dipahami."


(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya, dari Abu Qutaibah –Muslim bin Qutaibah-. dari


`Abdullah bin al Mutsani, dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)





CARA RASULULLAH SAW TERTAWA



"Betis  Rasulullah  saw.  kecil  (tidak  gemuk).  Beliau  tidak  tertawa  kecuali tersenyum. Bila aku memandang kepadanya, aku berkata (dalam hati); "Betapa hitam pelupuk matanya, padahal tidak dihitami."


(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari `Abbad bin al `Awwam, dari al Hajjaj –Ibnu


Arthah-*, dari Simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)


•     Al Hajjaj (Ibnu Arthah) didla'ifkan oleh jamaah



"Tiadalah tertawa Rasulullah saw. kecuali tersenyum."


(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Khalid al Khilal, dari Yahya bin Ishaq, as Sailihani, dari Laits bin Sa'id, dari Yazid bin Abi Habib, yang bersumber dari `Abdullah bin al Harits r.a)




KELAKAR RASULULLAH SAW



"Sesungguhnya Rasulullah saw. bergaul akrab dengan kami, sehingga beliau bersabda kepada adikku* yang masih kecil :"Wahai Abu `Umair (bapak `Umair), apa yang dapat dikerjakan burung sekecil itu*?"


(Diriwayatkan oleh Hannad bin asSariyyi, dari Waki', dari Syu'bah, dari Abit Tayyah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)


•      Ia adalah saudara seibu Anas bin Malik r.a., namanya adalah Ibnu Abi Thalhah Zaid bin Sahl al  Anshari,  sedangkan  ibu  bagi  keduanya  adalah  Ummu  Sulaim  binti  Malhan.  Ibnu  Abi Thalhah (Abu `Umair) wafat sewaktu masih kecil yakni dimasa Nabi saw. masih hidup.


•     Imam   Tirmidzi   berkata  :"   Maksud   Hadist   ini,  Rasulullah  saw.   bergurau.   Di  dalam pergurauannya,   beliau   memberi   gelar   kepad   seorang   anak   kecil   dengan   sebutan bapak:"Wahai Abu `Umair (Wahai bapak `Umair). Pada hadist inipun terdapat suatu hukum, bahwa  memberi  mainan  kepada  anak-anak  berupa  burung  tidak  apa-apa.  Nabi  saw. bersabda:"Wahai  Abu  `Umair  apa  yang  dapat  dikerjakan  oleh  burung  sekecil  itu  ?" Maksudnya adalah : Anak kecil itu mempunyai burung kecil sebagai mainannya. Kemudian burung itu mati , maka anak tersebut berduka cita karenanya. Untuk mengobati dukanya Nabi saw bersenda gurau kepadanya.



"Mereka  (para  sahabat)  bertanya:  "Wahai  Rasulullah!  apakah  Anda  suka bergurau  kepada  kami?"  Beliau  bersabda  :"Benar!  Hanya  saja  apa  yang kukatakan, tidak lain hanyalah kebenaran."


(Diriwayatkan oleh `Abbas bin Muhammad ad Duri, dari `Ali bin al Hassan bin Syaqiq, dari


`Abdullah bin al Mubarak, dari Usamah Ibnu Zaid, dari Sa'id al Maqbari, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)





SYI’IR YANG DIBACA RASULULLAH SAW



`Aisyah  r.a.  bertanya  :"Apakah  Rasulullah  saw.  pernah  membaca  syi'ir?"  Ia menjawab :"Beliau pernah membaca Syi'ir Ibnu Rawahah r.a.dan juga pernah membaca syi'ir yang berbunyi: "Berita-berita akan datang kepadamu Dibawa oleh orang yang tak kau beri bekal*."


(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Syarik, dari al Miqdambin Syuraih, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)


•      Permulaan baitnya berbunyi: Hari demi hari akan menyingkap kejelasan bagimu. Walau kau sebelumnya tidak tahu.



Rasulullah  saw.  bersabda  :"Syi'ir  yang  terbaik  (paling  benar)  yang  pernah dibacakan seorang penya'ir adalah Syi'ir Labid* (bin Abi Rabi'ah al Amiri), yang berbunyi: "Ingat! Segala sesuatu selain Allah pasti binasa." Dan hamper saja Ummayah bin Abis Shalt* menjadi muslim (karena syi'ir-syi'irnya) ."


(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan as Tsauri, dari `Abdul Malik bin `Umair, dari Abu Salamah, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)




•      Pada masa jahiliyah, Labid adalah seorang yang mulia demikian pula setelah ia masuk


Islam. Ia merupakan penyair Arab yang terkenal saat itu. Namun setelah turun ayat-ayat Al- Qur'an ia berhenti membuat syi'ir dan ia hanya mencukupkan dengan al-Qur'an saja. Ia wafat


pada tahun 41 H pada usia 140 tahun.



•      Tentang Ummayah bin Abis Shalt, Rasulullah pernah bersabda: "Syi'irnya beriman, namun hatinya tetap kafir."



"Aku pernah berada di belakang Nabi saw. (dibonceng), kepadanya kubacakan seratus  qafiah  (sajak)  Syi'ir  gubahanUmmayah  bin  Abis  Shalt  as  Tsaqaf. Manakala kubacakan kepadanya sebait syi'ir, Nabi saw. bersabda :"Tambahkan lagi!" Sehingga kepadanya kubacakan seratus bait syi'ir, kemudian Nabi saw. bersabda :"Sesungguhnya Ummayah itu hampir saja menjadi muslim." (Diriwayatkan  oleh  Ahmad  bin  Mani',  dari  Marwan  bin  Mu'awiyah*,  dari  `Abdullah  bin


`Abdurrahman at Thaifi, dari `Amr bin Syarid, yang bersumber dari ayahnya)



•     Marwan bin Mu'awiyah bin Harits al kufi, ia dinyatakan tsiqat oleh jamaah. ia wafat tahun 193 H.



"Rasulullah saw. meletakkan mimbar untuk Hasan bin Tsabit di dalam masjid agar ia bersyi'ir yang membesarkan hati Rasulullah saaw., atau (perawi ragu) agar  ia mempertahankan  Rasulullah saw.               Rasulullah saw.bersabda


:"Sesungguhnya   Allah    swt.     menolong    Hasan    lewat     Jibril     tatkala     ia mempertahankan (atau membesarkan hati) Rasulullah saw. (dengan syi'irnya)." (Diriwayatkan  oleh  Isma'il  bin  Musa  al  Fazari,  dan  diriwayatkan  oleh  `Ali  bin  Hujr (semakna), keduanya menerima dari `Abdurrahman bin Zinad, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya (`Urwah), yang bersumber dari `Aisyah r.a.)