Sabtu, 13 November 2021

Bab 12 Dengarkanlah Isi Perjanjian Pengangkatanmu

 terjemahan kitab 

Al Mawafiq Wal Mukhotobat

(Asy Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri)


Bab 12 Dengarkanlah Isi Perjanjian Pengangkatanmu


Aku di tegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya; lalu ia berseru:

“Tiada kufitrahkan padamu agar engkau tunduk kepada ilmu pengetahuan, tiada pula Ku didik engkau agar berdiri di depan pintu-pintu selain pintu Ku; tidak pula Aku mengambil kawan duduk semajelis agar engkau mengajukan permohonan pada Ku untuk duduk bersama selain Ku. Hendaklah engkau ketahui siapakah engkau, maka pengetahuanmu tentang dirimu adalah merupakan suatu peraturan bagimu yang tiada akan roboh, dan suatu ketenangan untuk mu yang tiada akan lenyap”.


“Engkau adalah hamba Ku”.

“Engkau hidup dengan Ku, karena tiupan roh Ku, dan kepada Ku engkau kembali, dan dengan Ku engkau akan bangkit, dan kepada Ku engkau bernasab. Ku ciptakan engkau agar engkau menjadi tatapan pandangan Ku, dan engkau akan menjadi pengurai Nama-nama Ku, Ku ciptakan dunia ini untukmu dan pula Ku sujudkan kepadamu dan Ku ciptakan segala sesuatu demi engkau, Ku bentuk engkau demi Aku supaya engkau menjadi ahli Hadirat Ku, Ku pilih engkau demi kemuliaan himpunan Ku, Ku gemarkan engkau bersama Ku, Ku fitrahkan engkau sesuai dengan gambaran Ku”.


Dengarkan perjanjian wilayahmu (Pengankatanmu):

“Jangan engkau bertakwil atas Ku dengan menggunakan ilmu pengetahuanmu, taatilah hukum-hukum Ku tanpa takwil dan tanpa saling berbantah.


Janganlah engkau membuat jarak dari Ku. demi untuk kepentinganmu sendiri. manakala engkau keluar, hendaklah keluar kepada Ku dan engkau masuk, hendaklah masuk pula kepada Ku dan engkau tidur, maka tidurlah dalam penyerahan kepada Ku; dan bila engkau bangun, maka hendaklah engkau bangun penuh dengan rasa tawakal kepada Ku dan bila engkau makan hendaklah engkau menyadari bahwa makananmu itu dari tangan Ku dan bila engkau minum, hendaklah engkau menyadari pula bahwa engkau meneguk minuman dari tangan Ku”.


“Mohonlah pertolongan dengan berdo’a kepada Ku, agar engkau bisa tegak berdiri di dalam maqammu di antara kedua tangan Ku. Kalau tidak. maka diammu itu menyeru mu pada apa-apa yang telah diketahui perihal dirimu, maka waspadalah engkau kepada Ku, jangan sampai diammu itu menjadi seruan kepada dirimu, sedangkan engkau mengesankan (di mata mahluk) bahwa diammu itu adalah taqarub (berhampir diri) kepada Ku”.


“Bagaimana engkau melepaskan pendanganmu ke arah langit dan bumi, matahari dan bulan, dan kepada segala sesuatu apapun, sedangkan engkau telah mengetahui, bahwa kesemuanya itu terang dan nyata dari Ku.


Kesemuanya itu mensucikan diri Ku dengan menyampaikan puji-pujiannya kepada Ku dan mengucapkan kata tulus “Laisa Kamitslihi Syai’un... Tiada satu pun yang menyamai Nya”... Janganlah engkau menyingkir dari patokan pandangan yang demikian ini, agar tidak dirampas oleh pandangan-pandangan lain. Dan jangan lupa engkau mengeluarkan sifatmu dari cara memandang yang demikian, karena itu nantinya engkau dirampas oleh sifatmu sendiri”.


“Bila engkau tidak melepaskan sifatmu keluar dalam pandangan ini pada ku, dan engkau akan menulis atas dahimu wilayah Ku (pemeliharaan Ku), dan akan engkau saksikan bahwa sesungguhnya Aku berada bersamamu di mana pun engkau berada. Dan akan ku dudukan engkau di dalam maqam ishmad (maqam yang tidak luput dalam penjagaan Ku), dan akan Ku tetapkan engkau dalam sopan santun dari segala syahwat keinginanmu, dan engkau akan merasakan malu untuk selalu berada di dalam tata cara adat-isitadatmu”. Sunggu syahwat-syahwat itu menjadi hijab penutup atasmu untuk menguji cintamu, maka jika engkau menetapkan pilihan kepada Ku dan tidak memilih keinginan-keinginan lain, niscaya ku ungkapkan untukmu zatmu sendiri dan tiada lagi Aku menutupi engkau dengan aneka keinginan-keinginan syahwat.


Ketahuilah, bahwa syahwat itu mendatangi engkau melalui jasad tubuhmu. Adapun zatmu maka Ku ciptakan atas dasar suci murni tiada condong melainkan hanya kepada Ku sendiri”.


“Katakanlah pada lubuk hati nuranimu, agar berdiri tegak di natara kedua tangan Ku, tiada dengan sesuatu dan tiada pula untuk sesuatu, niscaya Ku bangun mahligai yang sangat besar di belakangmu, dan kekuasaan agung di bawah kedua telapak kakimu.


Hendaklah engkau memohon bantuan hanya dari Ku saja, jangan dari Ilmu Ku, dan jangan pula dari dirimu, dengan demikian engkau menjadi hamba Ku, berada di sisi Ku dan dapat pengertian perihal Ku.

Hendaklah halmu menjadi demikian laksana Tuhan yang hadir, dalam alam semesta yang gaib dan pudar. Maka inilah hiasan sifatnya barang siapa yang malu padaKu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar