Minggu, 14 November 2021

Bab 18 Perkapan Nabi Muhammad & Jibril

 Terjemahan Syajaratul–Kaun

(Ibnu ‘Arabi)

Bab 18

Perkapan Nabi Muhammad & Jibril



Ketika tujuan utamanya adalah menampilkan buah di hadapan Dzat Yang membuahkannya, menyuguhkan ke hadirat kedekatan-Nya dan berkeliling dengan membawanya ke sluruh putaran hadirat-Nya, maka dikatakan kepadanya, “Wahai si yatim yang berada dalam asuhan Abu Thalib, berdirilah! Karena engkau ada Yang mencari, telah disimpan untukmu berbagai harapan dan apa saja yang engkau cari.”


Lalu Allah mengutus kepadanya pelayan khusus malaikat. Dan ketika utusan itu datang kepadanya maka ia menemani dengan penuh setia dalam pembaringannya. Kemudian ia berkata, “Wahai Jibril, ke mana?,”


Jibril pun menjawabnya : “Wahai Muhammad, hilangkan pertanyaan ke mana dari dimensi ruang. Sebab dalam kenabian ini saya tidak pernah mengenal pertanyaan di mana. Akan tetapi saya seorang utusan dari Sang Maha Qadim, yang datang kepadamu sebagai pelayan. Dan kami tidak akan turun kecuali mendapatkan perintah dari Tuhan-mu.”


Ia pun bertanaya, “”Wahai Jibril, apa yang dikehendaki dari saya?”


Jiberil menjawab. “Engkaulah yang dikehendaki oleh Iradah, yang dimaksud oleh Kehendak-Nya. Maka seluruhnya adalah dikehendaki karena engkau. Engkau adalah pilihan dari alam, engkau pilihan gelas cinta, engkau mutiara dari kerang wujud ini, engkau buah dari pohon, engkau matahari berbagai pengetahuan dan engkau purnama kelembutan. Tempat tinggal surga tidak akan dibangun kecuali untuk mengangkat kedudukanmu.


Keindahan ini tidak akan disiapkan kecuali karena kedatanganmu dan gelas cinta ini tidak akan dihidangkan kecuali untuk minummu. Maka berdirilah, karena hidangan ini di suguhkan hanya karena memuliakanmu. Para malaikat alam atas bergembira menyambut kedatanganmu dan para malaikat al-Karubiyyun bertahlil karena kehadiranmu. Mereka telah memperoleh kemuliaan ruhaniyyahmu, maka mereka harus mendapatkan bagian dari jasmaniahmu, Maka kemuliaan alam Malakut adalah sebagaimana kemuliaan alam Muluk, kemuliaan puncak langit karena terinjak kedua kakimu sama seperti kemuliaan permukaan bumi Mekkah terinjak olehnya.”


Kemudian Rasulullah saw. berkata. “Wahai Jibril, Sang Maha mulia memanggilku, lalu apa yang bakal diperbuat oleh-Nya terhadap diriku?”


Jibril menjawab, “Agar Dia memaafkan kepadamu dosa yang telah engkau lakukan dan yang belum.”


Ia bertanya, “Ini untuk saya, lalu bagaimana dengan keluarga dan anak-anak saya? Karena sesungguhnya sejelek-jelek orang adalah orang yang makan sendirian.”


Jibril menjawab, “Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas” (Qs. Adh-Dhuha : 5).


Ia berkata, “Wahai Jibril, sekarang hatiku lega, marilah sekarang kita berangkat kepada Tuhanku.”


Kemudian Jibril mendekatkan kendaraan Buraq kepadanya. Lalu Rasulullah saw. bertanya: “Apa kaitannya kendaraan ini dengan diri saya?”


Jibril menjawab, “Ini adalah kendaraan orang-orang yang cintanya membara.”


Rasulullah berkata, Akan tetapi kendaraanku adalah kerinduan, bekalku adalah keinginanku untuk bertemu, penunjukkan adalah malamku di mana saya tidak akan bisa sampai kepada-Nya kecuali dengan-Nya, dan tiak ada yang bisa menunjukkanku kepada-Nya kecuali Dia. Lalu bagaimana seekor binatang yang lemah sanggup membawa orang yang memikul beban berat cinta kepada Tuhannya, gunung tinggi ma’rifatnya dan rahasia-rahasia amanat-Nya.


Dimana semua itu tidak sanggup dipikul oleh langit, bumi dan gunung. Lalu bagaimana engkau akan sanggup menunjukkanku, sementara engkau bingung ketika di Sidratul Muntaha, sedangkan Dia sampai pada keharibaan yang tiada berujung?.”


Wahai Jibril, dimana persamaan engkau denganku, sedangkan saya punya waktu yang tidak cukup selain Tuhanku? Wahai Jibril, apabila Kekasihku adalah tidak ada sesuatu pun yang sama dengan-Nya, maka saya tidak sama dengan salah seorang di antara kalian, dimana kendaraan yang dinaiki akan menempuh jarak dan petunjuk yang digunakan menunjukan arah masih menuju kepada berbagai arah. Itu semua adalah sifat-sifat makhluk yang huduts, Sementara Kekasihku Mahasuci dari segala arah, di bersihkan dari segala yang huduts, tidak akan bisa ditempuh dengan gerakan dan tiak bisa ditunjukan dengan isyarat.


Barang siapa mengetahui berbagai makna ini ia akan tahu apa yang saya alami. Demikianlah seterusnya, bahwa kedekatan saya dengan-Nya adalah seperti jarak dua ujung busur panah atau bahkan lebih dekat lagi.”


Akhirnya kondisi waktu menjadikan masalah bagi Jibril, lalu berkata, “ Wahai Muhammad, sesungguhnya saya didatangkan kepadamu agar saya menjadi pelayan dalam kekuasaanmu dan teman yang mengikuti perjalananmu. Di datangkannya kendaraan untuk mu adalah untuk memperlihatkan kemuliaanmu, karena sudah menjadi tradisi para raja, apabila mereka menyambut kedatangan seorang tamu yang menjadi kekasih pujaannya atau ketika mengundang kerabat dekatnya, lalu mereka ingin memperlihatkan penghormatan kepada tamu yang diundangnya, maka mereka mengutus pembantu khusus yang mereka percaya dan menyiapkan kendaraan yang paling baik untuk menjemputnya.


Lalu kami datang kepadamu adalah resmi seperti tradisi kerajaan dan etika dalam berperilaku. Barang siapa berkeyakinan bahwa Allah swt, bisa dijangkau dengan langkah kaki, maka ia tercebur dalam jurang kesalahan. Barangsiapa mengira bahwa Tuhan terhalang oleh tutup materi, maka ia tidak akan mendapatkan anugerah.


Wahai Muhammad, sesungguhnya para malaikat dan penghuni alam arwah telah menatimu, pintu surga telah dibukakan untukmu, bagian depannya telah dihiasi dengan berbagai hiasan, tanah pasirnya dihias penuh dengan minuman. Semua itu adalah ungkapan rasa senang dan bahagia dengan kehadiranmu, Malam adalah menjadi malammu dan kekuasaan(kedaulatan) adakah kekuasaanmu. Sementara sejak saya diciptakan telah menunggu malam yang sangat indah dan penuh bahagia ini.


Saya telah menjadikanmu sebagai perantara dalam kebutuhanku, saya akan mengatakan tentang usaha saya, sementara sarana saya telah terputus. Saya di malam itu telah kehilangan akal, tidak mampu berpikir, gundah gulana dan semakin bingung. Wahai Muhammad, kebingunganku telah menghentikanku dalam berbagai medan keazalian dan keabadian-Nya.


Maka saya berkeliling dalam medan pertama, ternyata saya tidak menemukan awalnya, lalu saya berpaling ke medan terakhir, ternyata dia di akhir dalam permulaan. Kemudian saya mencari seorang teman untuk menjemput sahabat itu.


Maka di tengah jalan saya bertemu dengan Mikail. Ia pun menyapa kepadaku, Ke mana? Sementara jalan tertutup rapat berbagai pintu tanpa dengannya akan ditolak, dan tidak dapat ditembus dengan waktu yang dapat dihitung dan tidak dapat ditemukan di tempat yang terbatas.”


Lalu saya bertanya kepadanya, “Apa tujuanmu berhenti di tempat ini.?


Ia menjawab, “Saya disibukkan dengan ukuran-ukuran air laut, menurunkan hujan dan mengirimkannya ke berbagai penjuru. Akhirnya saya tahu berapa yang dijadikan pahit sebagai tinta dan berapa buih yang dihempas oleh gelombang. Namun saya tidak tahu jangka waktu bagi Yang Mahatunggal dan tidak tahu jumlah bagi Yang Mahaesa.”


Kemudian saya bertanya, “Di mana Israfil?


Ia menjawab, “Ketika saya masuk di ‘Lembaga pendidikan’ ia memahami lembaran-lembaran yang didepannya adalah Lauh Mahfuzh. Ia menyalin dari Lauh Mahfuzh apa yang harus terjadi dan apa yang dibatalkan. Kemudian membacakan pelajaran kepada anak-anak kecil, Itu adalah contoh ketentuan (takdir) dari Yang Mahaagung lagi Maha Mengetahui. Ketika ia sedang belajar tidak pernah mengangkat wajahnya ke Lauh Mahfudz karena malu terhadap Sang Maha Guru. Pandangan matanya sangat terbatas, hati dan pikirannya tidak luas. Ia dalam kondisi seperti ini sampai hari ditiupkannya terompet (di hari kiamat).


Saya berkata, “Begitu seterusnya, marilah kita bertanya kepada ‘Arasy kita meminta petunjuk, menyalin dan memintanya agar ia mau mendikte apa yang ia ketahui.”


Ketika ‘Arasy mendengar apa yang kita bicarakan, ia pun amat senang dan berkata, “Jangan engkau gerakkan lisanmu, jangan engkau gerakkan anggota tubuhmu. Ini adalah rahasia yang tabirnya tidak akan dibukakan, pintunya selalu tertutup dan pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Saya hanyalah makhluk yang terdiri dari dua huruf.


Kemarin saya tidak berarti apa-apa dan belum wujud apa-apa. Seorang makhluk yang kemarin belum ada, lalu bagaimana ia bisa mengenal Penglihatan Dzat Yang senantiasa Wujud, tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan.


Dia lebih dahulu ‘bersemayam’ (istiwa) dan memaksaku dengan Kekuasaan. Andaikan tidak karena Dia ‘bersemayam’ labih dahulu tentu saya tidak akan bisa lurus. Andaikan tidak karena Kekuasaan-Nya tentu saya tidak dapat petunjuk. Dia ‘bersemayam’ ke langit sementara langit masih berupa asap.


Dia ‘bersemayam’ di ‘Arasy untuk menunjukan bukti, sehingga saya pun terkejut ketika Dia benar-benar ‘bersemayam’. Sementara saya dan bintang yang tertinggi adalah berdekatan dan dalam jarak yang sama, namun saya tidak mengerti apa yang Dia miliki dan tidak tahu apa yang ada dalam “Genggaman-Nya”. Saya hanyala hamba-Nya, sedangkan si hamba hanya bisa berniat.


Kemudian saya ingin menceritakan kepadamu tentang kisah saya, saya beritahukan kepadamu tentang pengaduan saya karena saya tersendat oleh sesuatu, Saya bersumpah dengan Kemahatinggian Keagungan-Nya. Sementara Kekuatan Kekuasaan-Nya telah menciptakan saya, di dalam Lautan Kemahaesaan-Nya Dia telah menenggelamkan ku, pada luasnya Keabadian-Nya yang tak bertepi telah membingungkan saya.


Suatu ketika muncul dari berbagai tempat munculnya Keabadian, lalu menggairahkanku, suatu ketika mendektiku dari berbagai tempat kedekatan-Nya lalu menghiburku, suatu saat menghalangi dengan tabir (hijab) Keagungan-Nya lalu menggelisahkanku, suatu saat membisikku dengan bisikan Kelembutan-Nya lalu menyenangkanku, suatu ketika menyambungku dengan gelas cinta-Nya lalu menjadikanku mabuk.


Ketika saya merasa tersiksa dengan gaduhnya kemabukanku, maka lidah Kemahaesaan-Nya berkata, engkau tidak akan melihat-Ku,” Saya pun luluh dan merasa karena Kewibawaan-Nya, saya tercabik-cabik dari cinta-Nya karena gundah, sya pingsan sebagaimana Musa as. Ketika Dia menampakkan Keagungan-Nya.


Ketika saya sadar kembali dari mabuk cinta kepada-Nya, maka dikatakan kepadaku, “Wahai makhluk yangcintanya membara! Ini adalah keindahan yang teah Kami jaga, kebaikan yang Kami tutupi, maka tidak ada yang bisa melihatnya kecuali seorang kekasih yang telah Kami pilih, seorang anak yatim yang telah Kami asuh.


Apabila engkau mendengar, “Mahasuci Tuhan Yang telah menjalankan hamba-Nya di malam hari (Qs. Al-Isra’ :1), maka berhentilah di tengah perjalanannya naik kepada-Ku dan kedatangannya kepada-Ku, barangkali engkau bisa melihat orang yang dapat melihat-Ku. Engkau akan beruntung bisa menyaksikan orang tidak melihat kepada salin Kami.”


Wahai Muhammad bilamana ‘Arasy digiring kepadamu, lalu bagaimana aku tidak melayanimmu dengan memberikan kendaraan pertamamu yang Buraq yang akan dijadikan kendaraan menuju ke Baitul Maqdis dan sekaligus kendaraan kedua ketika engkau Mi’raj (naik) ke langit dunia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar