Senin, 15 November 2021

Bab 30 Jihad Akbar

Terjemahan kitab Al-mashaya Lil Ibnu arobi (Wasiat / pesan pesan Ibnu arabi)




Bab 30 Jihad Akbar



Hendaklah engkau melakukan jihad paling besar (al-jihad al-akbar), yaitu jihad melawan hawa nafsumu sendiri, karena hawa nafsu adalah musuhmu yang paling besar dan paling dekat mengelilingimu. Ia ada di dalam dirimu. Allah SWT berfirman:


“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitarmu

(QS. At-Tawbah, 9:123).


Tidak ada yang paling keras kekufurannya kepada dirimu selain hawa nafsumu. Ia ada dalam setiap tarikan nafas yang keluar, dan mengingkari nikmat Allah yang diberikan kepadamu. Jika engkau berjihad melawan dirimu sendiri dengan jihad yang dapat membebaskanmu ini, maka inilah jihad terakhir melawan musuh-musuhmu. Jika engkau terbunuh dalam jihad ini, maka engkau termasuk di antara para syuhada’ yang hidup dan memperoleh rezeki di sisi Tuhan mereka. Mereka senang dengan apa yang Allah berikan kepada mereka berupa karunia-Nya, dan mereka memperoleh kabar gembira tentang orang-orang yang akan menyusul mereka di belakang mereka.


Engkau telah mengetahui keutamaan mujahid ( orang yang berjihad) di jalan Allah, yang berjihad hingga kembali kepada keluarganya dengan membawa apa yang diperoleh berupa ganjaran atau ghanimah (harta rampasan perang. Pen). Ia seperti orang yang berpuasa, menegakkan salat malam, dan berqunut dengan ayat-ayat Allah, yang tidak pernah berhenti dari salatnya dan tidak pula berhenti dari puasanya hingga sang mujahid itu kembali. Engkau mengetahui di dalam hadis sahih bahwa puasa itu tidak ada bandignannya. Jihad telah menempati kedudukan puasa dan salat itu. Hal ini telah diriwayatkan dari Rasulullah swa. Inilah jihad wajib yang ditentukan, dan tidak lain tidak manusia berbuat kemaksiatan dengan meninggalkannya.


Seorang hamba berilmu dan berpengetahuan (al-‘alim) yang tulus tidak bakal membiarkan dirinya menjadi orang yang surut dari melakukan jihad dalam agamanya untuk selama-lamanya, karena hal itu merupakan puncak penyimpangan yang diserukan oleh Allah SWT. Pada dasarnya. Pada dasarnya, orang seperti ini mengikuti hawa nafsunya sendiri yang mendudukan dirinya pada kedudukan kehendak dalam hal Allah. Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya,s edangkan kita semua adalah hamba-hamba-Nya, dan untuk itu tidak ada larangan bagi-Nya. Manusia pun ingin melakukan apa yang diinginkan hawa nafsunya.


Akan tetapi, untuk itu ada larangan baginya, dan yang demikian itu bukanlah kehendak mutlak. Inilah sebab yang mengantarkan dirinya senantiasa menjadi sorang mujahid. Karena itu, orang-orang yang memiliki semangat (ashhab al-himam) menggapai derajat golongan orang-orang yang sangat mengenal dan mengetahui Allah (al-‘arifin billah) hingga kehendak merekapun adalah kehendak Allah juga. Mereka menghendakis egala sesuatu yang dikehendaki Allah, yaitu menjadi makhluk-Nya.


Mereka menghendakinya karena Allah berkehendak menciptakannya, dan mereka membenci sesuatu sama seperti halnya Allah membencinya. Dia menyifati diri-Nya bahwa Dia tidak menyukai hal itu. Dia menghendakinya tetapi tidak menyukainya. Dan dalam kehendaknya itu juga, ia menghendaki dan membencinya jika ia hendak menjadi seorang Mukmin. Jika tidak, maka ia terlepas dari keimanan – na’udzu billah min dzalik. Sebab, yang demikian itu adalah haram. Inilahd kebenaran yang sangat dibenci, seperti yang engkau katakan dalam menggunjing (ghibah): “Menggunjing (ghibbah) adalah kebenaran yang dilarang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar