terjemahan kitab
Al Mawafiq Wal Mukhotobat
(Asy Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri)
Bab 35 Bukti Nyata
Tuhan ku berseru kepadaku:
( 1 )
Ilmu Ku itu menceraikanmu dari Ku, dan karunia Ku memalingkanmu dari Ku Hendaklah engkau menjadi dengan Ku (bukan dengan ilmu Ku dan bukan dengan karunia Ku) Ku nyatakan ini padamu tanpa sebab yang menghukum, yang mana hukum itu telah nyata dalam segala sebab, Engkaupun akan memikul segala sesuatu yang mana segala sesuatu itu tiada sanggup memikulmu, dan engkau akan meliputi segala yang nyata tidak dapat meliputi engkau.
( 2 )
“Bukti nyata” Bukanlah suatu perkataan, dan ia dalam perkataan
bukan pula ilmu tapi ia dalam ilmu, bukan pula makrifat, tapi ia di dalam makrifat.
( 3 )
“Bukti nyata” itu, ialah yang dengannya engkau dapat mengenal dalam engkau melihat dengan penglihatanmu pada Ku,
dan makrifat itu ialah apa yang dengannya engkau dapat mengenal dalam kegaiban Ku. Makrifat itu juru bicara Ku untuk bukti Ku yang nyata, sedang “Bukti nyata” itu juru bicara ‘Berdiri Ku sendiri (Qoyyumiati) Dan “Diam” itu, ialah hukum dari “Bukti nyata” dan “Ucapan” itu dari hukum-hukum makrifat.
( 4 )
Bukan sembarang oranh yang melihat Ku, dapat melihat Wajah Ku, tetapi yang telah melihat Wajah Ku itulah yang sungguh-sungguh telah melihat Ku.
Jika engkau melihat Ku dalam suasana kenikmatan, berarti engkau sudah melihat Wajah Ku, dan siapa melihat Ku tidak dalam kenikmatan berarti tidak melihat Wajah Ku,
tidak ghaib atasnya melihat Ku, dan siapa yang melihat Wajah Ku ghaib atasnya melihat Ku.
Sekali-kali engkau tidaklah dapat melihat Ku, sehingga engkau melihat Aku berbuat, dan tidaklah engkau dapat melihat perbuatan Ku hingga engkau menyerah pada Ku
( 5 )
Bila engkau melihat Ku dalam kejadian malapetaka, maka Aku telah di lihat oleh umum, dan bila engkau melihat Ku dalam suasana kenikmatan niscaya engkau akan menjadi baik untuk selama-lamanya, dan tiada engkau akan gaib dengan apa-apa yang nyata.
Bila engkau telah melihat Ku, tiadalah engkau dapat di selamatkan melainkan oleh penglihatanmu kepada Ku itu, Dan bila engkau tidak dapat melihat Ku, tiadalah engkau dapat di selamatkan kecuali oleh keikhlasanmu kepada Ku,
Bila engkau telah melihat Ku niscaya engkau akan dapat melihat apa yang berasal dari tanah serupa dengan tanah itu pula.
Apa bila engkau mengajak berbicara, maka bicaralah menurut asal mula kejadiannya (Yakni, hendaklah engkau berbicara kepada tanah, niscaya engkau akan selamat dari rangsangannya).
( 6 )
Sesungguhnya engkau telah melihat Ku sebelum sesuatu, maka hendaknya engkau melihat Ku dalam kedatangan sesuatu, maka hendaknya engkau menjadi pengganti Ku atas sesuatu itu; Jika tidak, maka sesuatu itu akan menjadikanmu sebagai pengganti atas sesuatu itu.
( 7 )
Aku telah bersumppah atas Diri Ku,
tiada bertetangga dengan Ku kecuali siapa-siapa yang telah mendapati Ku, atau dengan apa yang dari Ku.
Inilah sifat “Ahli naungan yang terhampar” maka hendaklah engkau melihat dirimu! Apakah Termasuk golongan yang tersingkir dari Dia ataukah golongan yang di sampaikan pada Nya.
Hendaklah engkau menjadi “Ahli Nya Dia” dalam kehidupanmu, niscaya engkau mengalami kesejukanmu, niscaya engkau mengalami kesejukannya dan kedamaian Dia di saat kematianmu.
Bila engkau tidak menjadi “Ahli Nya Dia” dalam kehidupanmu ini, maka tidaklah engkau menjadi baik dalam kematianmu kelak.
( 8 )
Siapa yang tidak mau menyerahkan kepada Ku apa yang telah di ketahui, niscaya akan Ku buka apa yang telah di ketahui, niscaya akan Ku buka baginya pintu-pintu pendapat tentang hal yang berkaitan dengan pengetahuan, lalu ia condong memasukinya, dan akan Ku dorong masuk ke dalamnya, maka terhijablah ia.
( 9 )
Jika keterbatasan- keterbatasan itu memberikan (sesuatu) kepadamu, maka kumpulkanlah, dan jika Aku yang memberikan kepadamu, maka jangan di kumpulkan.
(🗨️Kembalikanlah kebaikanmu sebagai kebaikan Tuhan, tapi akuilah kekuranganmu sebagai kebodohanmu sendiri)
( 10 )
Jangan engkau berpisah dari pendapat yang bermaksud hanya tertuju kepada Ku semata-mata,
hendaklah lisan keadaanmu selalu dan selamanya atas. Ilahi Hanya Engkaulah maksud tujuanku; Dengan demikian engkau akan memenangkan dengan sesuatu kekuatan yang tak terkalahkan, bahkan dirimu sendiri akan menaatimu.
( 11 )
Jika engkau telah mengetahui dan meyakini sepenuh keyakinan, maka hindarkan dirimu dari menghukum dan serahkanlah hukum itu kepada Ilmu Ku karena sesungguhnya tiada hukum melainkan milik Ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar