Sabtu, 13 November 2021

bab 5. Tubuh dan jiwa sebagai amanat

Bab 5

TUBUH DAN JIWA SEBAGAI AMANAT

Atabeg berkata : “Keagungan apakah yang telah membuat Maulana menghargaiku?” Aku tidak 

pernah mengharapkan ini. Pikiran ini tidak pernah terlitas pada pikiranku, karena aku hanya layak 

untuk berdiri rendah hati, siang dan malam, di antara jajaran mereka yang siap melayaninya. Aku 

masih belum layak untuk penghargaan itu. Keagungan macam apakah ini?”

Guru menjawab : “Orang ini adalah salah satu dari kalian yang memiliki cita-cita mulia. Tidak 

peduli betapa tinggi derajat yang engkau capai, tidak peduli betapa penting dan terpuji apa-apa yang

engkau perhatikan. Cita-citamu yang paling mulia, engkau menganggap dirimu tidak sempurna; 

tidak puas dengan dirimu dan berpikir masih memiliki jalan panjang untuk dilalui. Meskipun hai 

kita pernah melayani Tuhan, tetapi kita masih mengharapkan pengharapan resmi karena bentuk luar 

yang terpisah dari isi.”

Seperti benda yang tanpa isi, dia tidak dapat dipengaruhi. Dia juga tidak dapat dipengaruhi tanpa 

bentuk. Seperti bii yang apabila engkau sebar tanpa kulitnya, biji itu tidak akan tumbuh. Tetapi 

apabila engkau menanamnya pada tanah bersamaan dengan kulitnya dia akan tumbuh menjadi 

pohon yang mengagumkan. Atas dasar ini, tubuh pun sama pentingnya secara prinsip. Karena tanpa 

itu tidak ada kerja yang mampu dipengaruhi, tidak pula tujuan akan tercapai. Demi Tuhan, mata 

orang-orang yang telah mengetahui makna hakiki dan dia menjadi makna hakiki, dia akan 

mengetahui bahwa hal yang paling penting adalah makna hakikat.

Di dalam hubungan inilah bisa dikatakan bahwa dua rakaat shalat akan lebih baik dariapda dunia ini

beserta seluruh isinya. Ini tidak berlaku pada setiap orang. Tetapi berlaku kepada orang-orang yang 

mempertimbangkan lebih serius kehilangan dua rakaat daripada kehilangan dunia ini beserta isinya.

Orang yang merasa lebih berat kehilangan dua rakaat daripada kehilangan kepemilikan terhadap 

seluruh dunia.

Seorang darwisy pergi ke hadapan seorang raja. Sang raja menghadap padanya lalu mulai berkata, 

“Wahai Zahid ....

“Engkaulah yang zahid,” dang darwisy menyela.

“Bagimana mungkin aku menjadi seorang zahid?” tanya raja, “Sedang aku memiliki seluruh dunia.”

“Tidak.” Jawab sang darwisy, “Engkau meliaht itu dengan cara yang salah. Dunia dan dunia 

selanjutnya, bersama seluruh kerajaanmu, ada;ah milikku. Aku telah mengambil semua kepemilikan

alam semesta. Engkau hanyalah isi kain dan lapnya.

Ke mana pun engkau berpaling, di sanalah wajah Tuhan (QS.2:109). Wajah itu sesungguhnya 

beredar, tidak terganggu, dan kekal, tidak pernah berhenti. Pencinta sejati mengorbankan dirinya 

sendiri kepada Wajah ini dan tidak mencari apa pun demi imbalan. Sebagian besar dari mereka 

bagaikan ternak; meskipun mereka bagaina ternak, mereka pantas memperoleh kebaikan. Meskipun

mereka berada di dalam kandang, mereka mampu diterima pemilik kandang. Apabila dia ingin, dia 

mampu memindahkan mereka dari kandang ini ke dalam kurungan pribadinya. Persis yang 

dilakukan-Nya pertama kali. Dia membawa manusia dari ketiadaan menjadi makhluk yang berada. 

Dan dari kurungan makhluk ke dalam kurungan mineral; dari kurungan mineral; ke dalam kurungan

kebinatangan; dari kurungan kebinatangan ke dalam kurungan kemanusiaan; dan dari kemanusiaan;

menjadi keadaan kemalaikatan, dan seterusnya tiada henti. Dia membuat semua itu mewujud karena

Dia memiliki begitu banyak “kurungan” yang masing-masing lebih indah dari yang lainnya; dari 

keadaan ke keadaan, mereka telah menderita, maka, mengapa mereka tidak beriman? (QS,84: 19-

20). Dia membuat seluruh hal tersebut mewujud agar kalian tahu bahwa di sana terdapat keadaan 

lain yang menunggu di depan. Bukan yang akan engkau tolak dengan perkataan, “Ini demikian 

adanya.” Seorang perajin ahli mempertunjukan keahlian dan kerajinannya adar orang lain 

mempercayainya untuk dapat mengerjakan kerajinan lainnya, yang masih belum dia kerjakan. 

Demikian pula, seorang raja diberkahi pakaian kebesaran dan memberikan anugerah agar kebaikan 

dan anugerah lainnya dapat diharapkan darinya, tidak agar orang berkata : “Ini demikian adanya. 

Raja tidak akan memberikan kebaikan lagi.” Dan mengisi mereka dengan segala yang telah


    

diberikan kepadanya. Apabila raja mengetahui apa yang akan dikatakan dan dipikirkan orang, dia 

tentu tidak akan pernah memberinya kebaikan sejak semula.

Seorang zuhud adalah seseorang yang melihat j=hari kemudian. Sedang seorang awam hanya 

melihat kandang di dudnia ini. Dan para ahli mistik tidak melihat baik hari kemudian maupun 

“kandang” hari ini. Sejak pandangan mereka jatuh pada permulaan, mereka tahu akhir segalanya 

akan terjadi. Seperti seorang ahli yang menanam gandum, dia akan tahu bahwa gandum itu akan 

tumbuh. Dia mengetahui hasil sejak awal. Demikian pula dengan tanaman Gerst (Sejenis gandum) 

padi, dan seterusnya. Ketika sang ahli melihat permulaan sesuatu, meskipun pandangannya tidak 

pada akhir, dia mengetahui apa yang akan terjadi pada akhirnya. Orang seperti itu sangatlah jarang. 

Mereka yang dapat melihat sampai ke akhir sesuatu hanya sedikit, sedangkan mereka yang selalu 

berada di dalam kandang adalah binatang ternak.

Manusia memiliki pembimbing untuk setiap usaha kerasnya. Tidak ada satu pun yang mampu 

diusahakan sampai luka – kerinduan dan cinta pada satu hal – dibangunkan dalam diri manusisa. 

Tanpa luka dan rasa sakit, usaha keras seseorang tidak akan menjadi mudah. Tidak perduli itu 

urusan dunia ini, atau dunia lain, perdagangan, pengagungan, seperti ulama, astrologi atau hal 

lainnya. Maryam tidak pergi ke pohon yang diberkahi sampai dia mengalami kesakitan saat 

melahirkan, dan rasa sakit dari kelahiran bayi datang padanya di dekat ranting Pohon Kurma 

(QS.19:23). Rasa sakit membawanya menuju pohon, dan pohon kering itu memberinya buah-

buahan. Tubuh kita persis seperti Maryam, dan kita masing-masing menanggung seorang Isa. 

Apabila mengalami rasa sakit kelahiran, Isa kita akan lahir; tetapi apabila tidak ada rasa sakit, Isa 

kita akan kembali pada asal mulanya melali jalan yang tak tampak dari tempat dia datang. Dan dia 

akan tetap hilang.

Jiwa berada dalam kemelaratan.

Dan tubuh berada dalam gelora.

Setan memakan sampai muntah.

Hingga Jamshid tidak memiliki makanan apa-apa.

Sembuhkan dirimu sendiri sekarang, sementara Isa-mu berada di bumi.

Karena ketika isa telah diangkat ke surga.

Penyembuhmu harus berpisah.


    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar